Proses Unik Makanan Khas Jawa Di Bumi Gayo

Oleh Tarmizi*

Tarmizi - Lintas GayoWarnanya hitam, rasanya manis, kenyal dimulut, dan agak sedikit lengket di gigi. Ya.. ia adalah salah satu jenis penganan khas suku Jawa yang saat ini di dataran tinggi Gayo masih sering kita jumpai setiap ada pesta pernikahan, di desa yang mayoritas penduduknya bersuku Jawa. Makanan ini dibuat hampir setiap ada pesta pernikahan atau sunatan. Bahan yang dibuatpun tidak begitu sulit dicari, di antaranya  tepung ketan, santan, gula, minyak makan, dan bahan tambahan lainnya. Memang proses pembuatannya membutuhkan waktu yang relatif lama. Kurang lebih 5 jam, menggunakan kayu bakar dengan menggunakan wajan besar. Mengaduknya juga membutuhkan keahlian,  tidak boleh berhenti agar bagian bawahnya tidak gosong. Masih penasaran? Lanjutkan saja membaca!!

jenang 2Uniknya dari proses pembuatan makanan jenis ini, saat mengaduk tidak bisa dilakukan sendiri, tetapi harus berhadapan antara satu pengaduk jenang dengan yang lainnya. Adukannya agak sedikit berat, karena bahan baku dalam wajan besar ini mengental. Pengaduknya terbuat dari gagang kayu dan satu orang lagi sebagai penariknya. Bagi yang pernah melihat atau mungkin banyak yang sudah sering mengikuti rewang, pasti tau bagaimana proses pemasakannya. Uniknya lagi tali penariknya dipasang dari tali kopling sepeda motor. Hal ini dilakukan agar ketika ditarik kuat, demi masaknya jenang, tali itu tidak putus. Lo kok sampai ke spare part sepeda motor ya? Hmmm.ya ini adalah bagian dari proses pembuatan jenang.

jenangSelain jenang, ada beberapa makanan yang khas dari suku Jawa  terutama di Bener Meriah, Aceh. Misalnya wajik, gemblong, getok, dan masih banyak lagi. Tradisi ini sampai sekarang masih dipertahankan dan masih ada, seperti contoh pada gambar, itu merupakan proses pembuatan jenang di kediaman bapak Ponimin di Desa Selamat Rejo kecamatan Bandar Bener Meriah.

Bisa dibayangkan spare part sepeda motor laku dijual untuk pembuatan jenang setiap kali ada orang walimahan atau acara pernikahan…. mungkin bisa jadi,  esok hari alat-alat itu tidak lagi untuk sepeda motor. Semua digunakan untuk alat membuat makanan. 

 Tarmizi, mahasiswa, berdomisili di Selisih Mara, Kecamatan Bandar, Bener Meriah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.