Vespa Mania Bandung, Ke Takengon Meriahkan Hut Gasac

Takengen | Lintas Gayo : Sore, Jum’at (6/5/2011) terjadi kesibukan di posisi tengah lapangan Gelengang Musara Alun Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Sejumlah panitia anggota Komunitas Vespa Aceh Tengah yang tergabung dalam Gayo Scooter Club (Gasac) sedang disibukkan dengan sejumlah persiapan menjelang acara peringatan ulang tahun ke-2 club tersebut pada Minggu (8/5/2011).

Belasan vespa tampak terparkir dilantai semen sisi utara Gelengang Musara Alun. sejumlah perlengkapan berupa teratak dan tenda besar berwana hijau telah berdiri. Disudut lainnya tampak dipajang agak 3 rangka Vespa tua. Ridwan, sang ketua Gasac kelihatan sibuk mengkoordinir teman-temannya membereskan lokasi acara tersebut. Sesekali tampak dia menelpon atau menerima telepon. Sosok ramah ini tampaknya sibuk menerima telepon dari calon peserta acara Gasac yang datang dari berbagai daerah di Aceh dan Sumatera Utara.

Ditengah kesibukan panitia tersebut, ada seorang agak kurus berambut lurus, berkulit agak hitam tampak menahan dingin udara Takengen sore tersebut. “Dia itu pecinta Vespa dari Bandung. Tiba di Takengon dua hari yang lalu dengan naik Vespa,” kata Iwan, panggilan akrab Ketua Gasac sambil mempersilahkan Lintas Gayo berkenalan dengan orang tersebut.

Sesaat kemudian kami bersalaman, saya Cikung bang, dari Bandung, katanya. “Sejak Rabu kemarin saya tiba di Takengon setelah sebelumnya dari Medan, Banda Aceh dan Sabang,” kata Cikung yang mengaku berprofesi sebagai tukang bakso di Bandung ini.

Cikung lalu sepintas  menceritakan kisah perjalanannya hingga tiba di Takengon. “Sekitar setahun lalu saya berangkat dari Bandung, naik kapal dari Tanjung Priok menuju Batam dan berdiam disana beberapa bulan, bekerja mojok-mojok sebagai kuli bangunan atau di bengkel las,” papar Cikung.

Setelah cukup bekal untuk ongkos di perjalanan, Cikung lalu ke Medan dengan kapal laut. Ibarat keong, Vespanya dibagi dua bagian, rangka ditinggalkan di Batam dan mesinnya dibawa serta dan dicari rangka pengganti di Medan. “Untuk memudahkan perjalanan, jadi yang besar harus ditinggalin,” jelas Cikung.

Cikung rupanya tidak sendiri dari Medan, bersama kenalannya di Medan, Rubin berniat hanya mengunjungi Kilometer Nol (Km 0) di Sabang. Tapi kemudian mendengar ada acara komunitas Vespa di Takengon. Tanpa pikir panjang niat untuk kembali ke Bandung diurungkan. “Asyik bisa ngumpul sama rekan-rekan komunitas Vespa se-Aceh,” ujar Cikung.

Sial bagi keduanya, dalam perjalanan dari arah Bireuen, persisnya di kawasan Cot Panglima Kecamatan Juli, kondisi jalan becek dan licin akibat tanah di badan jalan yang sedang diperlebar. Rekannya Rubin yang kena giliran didepan mencoba mengenderai vespanya dijalan sempit sebelah kiri badan jalan yang berbatas langsung dengan jurang. Kaki Rubin terpeleset dan langsung terjatuh kedalam jurang. “Beruntung ada semak belukar yang agak tebal, sehingga rekan dan vespa saya tersebut tidak terjatuh hingga kedasar jurang,” kenang Cikung.

Setelah ditolong beberapa orang, Rubin berikut vespanya bisa dievakuasi, dan bisa melanjutkan perjalanan ke Takengon dengan sedikit oleh-oleh sejumlah luka di sekujur badan.

Sebelumnya Cikung mengaku tidak pernah dengar nama tempat Takengon. “Mungkin saya yang salah karena kurang ikuti perkembangan. Tapi jujur saya tidak pernah dengar nama Takengon dengan danau Lut Tawarnya,” kata Cikung.

Padahal, menurut Cikung, keindahan panorama Takengon sangat luar biasa. Masyarakatnya juga ramah-ramah. Apalagi treknya sangat menantang tentu akan menarik komunitas pecinta vespa untuk berkunjung kesini juga para wisatawan. “Perlu upaya publikasi tentang Takengon lebih luas lagi agar pariwasatanya lebih maju,” saran Cikung sambil berjanji akan menceritakan pesona Takengon kepada rekan-rekannya di Bandung.

Ditanya saat di Takengon dimana menginap, Cikung sambil tersenyum menjawab, wah bang, kalau komunitas vespa gampang. “Dimana-mana bisa nginap, teman-teman biasanya langsung bantu, walau sebelumnya belum pernah kenal,” ujarnya.

Malah jika kita kehabisan bekal untuk melanjutkan perjalanan, kita akan dicarikan pekerjaan sementara dan setelah bekal cukup kembali jalankan vespa menuju kota lain. “Bagi saya agak sulit jika lakukan perjalanan keluar Jawa, karena seperti disini tidak bisa ngamen. Kalau di Jawa saya langsung ngamen untuk cari bekal. Dapat Rp.50 ribu – Rp.100 ribu sudah cukup untuk bensin dan makan menuju satu kota lainnya,” pungkas anggota Scooter Independent Lembang ini.

Setelah memotret Cikung dan Ribun bersama vespanya, Lintas Gayo kembali berbincang-bincang dengan Iwan yang rupanya sudah didampingi Rasyidin, pemilik perusahaan bubuk kopi Lakun yang kesohor di Aceh tersebut. Rupanya Lakun ambil peran sebagai salah satu sponsor utama acara tersebut.

Dijelaskan Iwan, pada puncak acara ulang tahun Gasac akan hadir sekitar 300 – 400 pecinta vespa dari Aceh dan Sumut. “Malam ini kemungkinan banyak yang akan tiba di Takengon dan sisanya besok,” ujar Iwan.

Selain komunitas vespa, Iwan mengaku  juga mengundang sejumlah komunitas lain seperti Central Aceh Bicycle Community (CABC), Komunitas Ceper Gayo, Yamaha Matix Takengon (Yamosta), Suzuki Takengon Club (STaaC), Gayo Fotografer Club (GFC), Woman Boy (WB) dan lain-lain. “Kami memberi kesempatan kepada klubpklub lain untuk unjuk kebolehan saat puncak acara yang rencananya akan dihadiri sejumlah pejabat di Aceh Tengah dan Aceh. Termasuk, Rektor Unsyiah, Darni Daud yang kabarnya ikut menjadi calon Gubernur Aceh di Pilkada nanti,” pungkas Iwan. (Khalisuddin)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments