Kemilau Tanah Gayo, Kesenangan dan Kekecewaan

Oleh : BUDIMAN

BudimanAcara Kemilau Tanah Gayo yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh pada tanggal 14 November 2014 sangat heboh di kalangan Mahasiswa Banda Aceh yang berasal dari 4 Kabupaten yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Tenggara dan Gayo Lues maupun dari kalangan warga Banda Aceh yang sudah lama menetap di Banda Aceh yang berasal dari 4 kabupaten tersebut.

Dengan adanya acara tersebut mereka merasa senang maupun bahagia karena jarang-jarangnya ada acara khusus yang menampilkan budaya dari 4 kabupaten tersebut diselanggarakan di Banda Aceh, di balik kesenangan yang para penonton rasakan mereka juga merasakan kekecewaan yang sangat besar. Ini dikarenakan banyak penampilan yang tidak diharapkan oleh penonton, seperti Band Aceh dimana nyanyiannya memakai bahasa Aceh, ini kan tidak menunjukkan ciri khas 4 kabupaten itu, sedangkan kita melihat dari tema acara tersebut ini sudah sangat tidak sesuai, masih banyak band-band yang berasal dari 4 kabupaten tersebut yang terkenal yang bisa menampilkan ciri khas dari daerah itu. Bahkan dalam hal pembawa acara saja pihak panitia tidak memberikan kesempatan kepada putra daerah dari Wilayah Tengah Tenggara Aceh itu, padahal sangat banyak mahasiswa yang berbakat dan berkompeten untuk menjadi MC dalam acara-acara besar seperti Kemilau Tanah Gayo ini.

Pada awalnya penonton sangat antusias dan bersemangat menonton acara tersebut sampai habis walaupun cuaca gerimis bahkan sebagian dari mereka ada yang rela terkena hujan, tetapi karena ada penampilan-penampilan yang tidak di inginkan banyak dari mereka yang pulang lebih awal bahkan hampir setengahnya yang menghilang dari acara tersebut, sangat di sayangkan sikap panitia dari Dinas kebudayaan dan Pariwisata akan hal ini.

Jadi untuk apa pihak penyelenggara menamakan acara tersebut “Kemilau Tanah Gayo” kalau yang ditampilkan dan berjalannya acara tersebut bukan disukseskan oleh para peserta yang berasal dari 4 kabupaten itu, kan sudah ada bagian masing-masing wilayah di Aceh untuk menampilkan ciri khas mereka yang diselenggarakan setiap sebulan sekali secara bergantian tiap-tiap wilayah. Dan sekarang ini yang perlu kita pertanyakan apakah pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pernah memberikan kesempatan kepada masing-masing 4 kabupaten tersebut diatas untuk menunjukkan penampilannya di acara kabupaten lain yang ada si pesisir? Tentu saja jawabannya tidak. Seharusnya pihak panitia jauh-jauh hari sudah melakukan komunikasi dengan pihak 4 kabupaten itu agar mereka bisa menyiapkan dan menentukan penampilan-penampilan yang akan di pertunjukkan di acara tersebut yang sesuai dengan ciri khas mereka masing-masing bukan di campuradukkan seperti ini.( Rel/LG007)
Penulis : Aktifis GeRAM (Gerakan Rakyat ALA Merdeka)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.