Jakarta | Lintas Gayo : Setelah sukses dengan rekaman keempat albumnya, yaitu Ulak Ku Sedenge, Uwes Ni Ate, Senimen Gayo, Nanggroe Aceh Darussalam (album religiāberbahasa Gayo, Aceh, Padang, dan Indonesia), kini Muryati sedang menggarap album kelimanya.
Muryati Aria Tanjung lahir di Simpang Kelaping, Kecamatan Pegasing, Kabupaten Aceh Tengah dan merupakan anak seniman Gayo era 1960-an, Khaidir. Aria Tanjung sendiri adalah kependekkan dari Ari Atang Jungket (bahasa Indonesia = āberasal dari Atang Jungket,ā nama kampung yang sekarang sebagai ibukota Kecamatan Bies Aceh Tengah), tempat Muryati besar.
Setelah menamatkan SD dan SMP di Simpang Kelaping, Takengon. Tahun 1970-1981, Muryati berkelana ke Medan, dilanjutkan ke Sumatera Barat, tahun 1982-1985. Pahit getir kehidupan sudah dirasakan Muryati, dengan segala rintangan, keikhlasan, dan berserah pada Tuhan, akhirnya Muryati mencoba perutungan di Jakarta, sejak tahun 1986.
Di ibukota itulah, Muryati mencapai puncak karirnya. Dan dengan keuletan, kerja keras, dan ketabahannnya, terakhir Muryati mendirikan PT. Aria Tanjung, tahun 1995. Setelah berhasil dalam bisnisnya, ia melirik dunia rekaman dengan melibatkan penyanyi terkenal seperti Mahlil, Ramlah, Uriya, Maya, dan suaminya sendiri, Arnold C. Tanjung.
Hari ini, Sabtu (14/5) Muryati bersama krunya akan Live jam 11.30 di RRI Pro 4 Jakarta pada frekuensi 92. 8 FM. Pada kesempatan tersebut, Muryati dan seniman Gayo lainnya seperti Ramlah dan Arnold C. Tanjung akan menyanyikan album religi berbahasa Gayo, Aceh, Padang, dan Indonesia. Selain itu, ikut hadir Muhammad Yusuf (player), Sukamto (player), dan Nirwanida Bakri. Juga, Yusradi Usman al-Gayoni, salah satu akademisi dan pemerhati pendidikan, yang dalam kesempatan tersebut akan memaparkan pendidikan dalam kaitannya dengan budaya Gayo dan Aceh secara umum.
āIni kedua kalinya saya live di RRI Pro 4 Jakarta,ā aku Muryati kepada Lintas Gayo di Gedung RRI. Pertama kali, Muryati live bersama Maya, salah satu artis Gayo. āSaya sangat senang bisa live di sini, sehingga saya bisa memperkenalkan musik Gayo dan tanoh tembuni. Sebagai akibatnya, Gayo bisa dikenal lebih luas, kata Muryati.
Muhammad Yusuf , yang bukan orang Gayo mengungkapkan ketertarikannya bergabung dengan Ari Tanjung, karena lagu-lagu Gayo sangat identik dengan nuansa Melayu. Menurut Yusuf, sampai saat ini, musik Melayu masih melegenda. Kemungkinan, siapa pun akan suka dengan musik ini. āDi lain pihak, secara tidak langsung, saya telah ikut pula melestarikan musik daerah,ā kata M. Yusuf (Win Kin Tawar).