Ada tetesan air mata, saat melihat Takengen dari puncak Bur Kelietan, Kecamatan Bintang, Aceh Tengah. Sebuah pemandangan yang tidak tentu semua manusia bisa melihat langsung. Ketika saya melihat negeri bagaikan surga ini, tanpa sadar terucap dari bibir saya. “subhanallah”.
Ternyata mendapatkan foto seperti yang saudara lihat ini bukanlah semudah membalikan telapak tangan. Kami harus mendaki gunung dengan kondisi terjal, belukar, penuh duri, melalui jalan setapak.
Perjalananya juga membutuhkan waktu selama 13 jam. Otomatis bila sampai kepuncaknya pada sore hari, setelah di start pada saat matahari terbit. Kami harus bermalam di kawasan gunung ini. Tentunya harus bisa melawan dingin yang menusuk tulang. Perlengkapan untuk tidur di dalam hutan wajib dibawa.
Demikian dengan persiapan selama dalam hutan , semuanya harus kiami siapkan. Mulai dari makanan, obat-obatan, sampai dengan perlengkapan tidur. Lumanyan berat ransel yang kami bawa sampai ke puncak. Rata- rata tim kami membawa beban ransel mencapai 80 kilogram. Selain perlengkapan untuk memasak dan yang sudah saya sebutkan sebelumnya, juga harus dimasukan air 10 liter, beras, sampai keperlengkapan untuk membalut tubuh. Lumanyan berat, membutuhkan fisik yang harus stamina.
Berjalan mendaki selama 13 jam dengan beban di pundak, cukup melelahkan. Dengan beban di ransel yang lumanyan berat kami istrirahat sejenak ketika makan, atau minum untuk memulihkan tenaga. Perjalanan panjang dengan mendaki diantara semak dan duri kami lalui. Namun rasa lelah itu hilang dan berubah menjadi tetesan air mata haru, ketika melihat Takengen, negeri Gayo, dari puncak gunung ini. Negeri yang sangat indah bagaikan surge.
Dengan ketulusan hati, apa yang saya lihat bersama tim Mahagapa, kami kadang kala berlima, berenam melakukan pendakian gunung. Kami memiliki nama sandi sesuai dengan keadaan gunung. Saya kayu kul (kayu besar). Ada yang kami panggil Gele, Gerupel, Lekap, Beringen, Kelowang, Kuwel Kimpul, semua nama yang kami panggil itu berasal dari hutan.
Apa yang saya saksikan bersama tim Mahagapa dari Bur Kelietan, bagaikan menyaksikan sebuah negeri yang dijangkau awan. inilah Gayo. Keindahan Gayo ini kami dari Gajah Putih (Mahagapa) mempersembahan buat saudara semuanya. Lihat Gayo hasil karya jeptran kami dari jangkau awan awan.
Bur Keliatan berada di sebelah Tenggara danau Lut Tawar Takengen, merupakan gunung yang menjulang ke langit dengan ketinggian 3000 meter DPL. Gunung dalam pelukan bukit barisan ini, dikenal angker. Namun bila kita datang dengan rasa pershabatan dan membawa misi kedamaian, alam juga akan bersahabat dengan kita.
Meningat Bur Kelieten, saya teringat dengan sepenggal syair Gayo yang dikarang wartawan senior di Gayo. Syair Bahtiar Gayo membuat saya menitikkan air mata di atas Bur Kelietan. Subhanallah. Ini Syair wartawan senior itu;
Tenareng datu belangi penadi
Lagu serge ken kite heme
wo urang Gayo ingeti diri
tanoh tembuni ari sedenge
Pulih ko mata cahaya denie
Pulih ko rayoh teger semangat
Pulih ko jiwe ulakmi ko ate
Pulih kekire ingeti manat
Kuuuur semangatmu bumi Linge .
Takengen, 7 September 2015
(Kayu Kul- Irwan Yoga)