*Oleh : SabelaGayo
Tuntutan perkembangan zaman yang semakin kompleks dan dinamis di mana perlunya terobosan-terobosan luar biasa dan langkah āberaniā dalam mengambil kebijakan dan keputusan yang berdampak luas bagi pertumbuhan ekonomi, sosial, dan pendidikan masyarakat khususnya masyarakat Gayo maka aliansi-aliansi perdagangan dan pendidikan mutlak dilakukan demi terwujudnya tujuan masing-masing kelompok masyarakat. Globalisasi ekonomi secara perlahan namun pasti akan mengglobal-kan berbagai aspek pembangunan lainnya seperti pendidikan, sosial dan budaya. Termasuk kehidupan berpolitik bangsa yang juga akan terpengaruh ke dalam tarik-menarik kepentingan ekonomi global tersebut. Rakyat Gayo tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kekuatan ekonomi global dan arus globalisasi melainkan harus mengikuti dan beradaptasi dengan situasi tersebut. Globalisasi merupakan sebuah hukum gravitasi yang tidak dapat dihindarkan. Hal merupakan tuntutan dunia dan suatu bentuk neo-imperialisme and neo-kolonialisme yang diterapkan negara maju terhadap negara-negara miskin dan berkembang.
Globalisasi mewujudkan arus liberalisasi perdagangan dimana negara-negara besar berusaha sekuat tenaga mempengaruhi negara-negara yang bergantung padanya untuk menyesuaikan peraturan perundang-undangannya sesuai dengan kepentingan dan keinginannya. Negara-negara yang punya ketergantungan besar terhadap keberadaan negara maju seperti Indonesia akan mengalami suatu kondisi dimana semua aktivitas kehidupan ekonominya ādikontrolā oleh negara lain. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat bergantung pada negara besar dan maju karena para pemimpinnya tidak mampu memberdayakan dan mendayagunakan semua potensi yang ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang dimilikinya untuk menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara maju dan kuat baik secara ekonomi maupun militer.
Ketergantungan Indonesia terhadap negara maju membuat para pemimpinya terlena dan merasa semua dapat didapatkan dengan mudah dengan cara membuat kesepakatan utang/pinjaman baru dari Paris clubĀ atau kelompok negara G-7. Para pemimpin Indonesia harus merubah kebijakan yang ada agar mempermudah dan memberikan ruang gerak yang luas bagi masyarakat untuk berkereatifitas menciptakan produk-produk baru. Disamping negara juga melakukan upaya-upaya yang signifikan, terencana dan sistematis dalam mewujudkan perencanaan pembangunan yang bersinergi dengan semua aspek kehidupan masyarakat dan menambah daya saing Indonesia dimata dunia. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) yang selama ini diserahi tanggung jawab melakukan perencanaan pembangunan harus direformasi dan direstrukturisasi agar mampu memberikan sumbangsih yang lebih signifikan bagi proses pembangunan di Indonesia. Penyegaran dan kejutan-kejutan harus diberikan pada BAPPENAS agar meredefinisi dan mereavaluasi semua kebijakan-kebijakan perencanaan pembangunan yang ada.
Malaysia dengan luas wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia mampu menjadi eksportir kelapa sawit dan karet nomor 1 (satu) dunia. Dan ada apa dengan Indonesia? Mengapa Indonesia tidak mampu menjadi eksportir kelapa sawit dan karet nomor 1 (satu) di dunia? Padahal luas wilayah perkebunan karet dan kelapa sawit di Indonesia lebih luas dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Malaysia. Sebagai contoh, lahan Hak Guna Usaha (HGU) yang dikuasai oleh PT.Perkebunan Nusantara 1 (PTPN-1) saja ada sekitar 2 juta hektar di seluruh wilayah Indonesia, belum lagi lahan HGU yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan swasta. Ini merupakan contoh kecil dari kurangnya koordinasi dan kurang ātajamnyaā mata pisau perencaaan pembangunan kelapa sawit dan karet di Indonesia. Ditambah lagi dengan penyakit sosial yaitu Korupsi yang merajalela hampir disemua tingkatan lembaga pemerintahan baik daerah maupun pusat, militer, dan swasta.
Gayo sebagai sebuah daerah yang berada diwilayah pegunungan harus mampu mengidentifikasi peluang, tantangan, ancaman dan hambatan yang ada sekarang dan yang kemungkinan timbul di masa depan sehingga memiliki kesiapan untuk menghadapi dan memasuki era globalisasi dan arus liberalisasi perdagangan dunia. Gayo memiliki sumber daya alam dan posisi yang strategis dimana wilayah Gayo masuk ke dalam wilayah Taman Nasional Gunung Leuser yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia oleh UNESCO. Kekuatan Gayo untuk melakukan perubahan terletak pada rakyat, kalau segenap rakyat Gayo menginginkan adanya perubahan dan Gayo tampil sebagai salah satu kekuatan ekonomi maka hal itu dapat diwujudkan asalkan semua elemen Gayo bekerja keras dan bergerak maju bersama.
Dalam situasi dunia yang diselimuti dengan kompetisi global maka salah satu cara untuk bertahan dan eksis dalam dunia persaingan global dibutuhkan aliansi-aliansi strategis yang memberikan keuntungan bersama kepada masing-masing pihak yang melakukan aliansi tersebut. Sebagai contoh, negara-negara Eropa barat yang merasa bahwa luas masing-masing wilayahnya sangat kecil melakukan upaya dengan membentuk aliansi yang bernama Uni Eropa (European Union) agar mampu memberikan dampak positif bagi semua negara-negara anggota dan meningkatkan pengaruh mereka baik secara politik, ekonomi dan sosial baik di tingkatan Eropa maupun di dunia internasional. Uni Eropa memiliki mata uang bersama yaitu Euro yang menjadi salah satu mata uang dunia, memiliki peradilan bersama dan berbagai deregulasi yang menguntungkan masing-masing negara anggota dalam melakukan perdagangan antar negara.
Gayo memiliki posisi tawar yang tinggi baik untuk tingkatan Provinsi, Nasional maupun Internasional dalam kehidupan dunia yang terus berubah, khususnya dengan munculnya isu perubahan iklim (climate change). Tetapi sayangnya, sampai hari ini hutan Gayo masih dklaim sebagai hutan Aceh, dan berbagai bentuk kesepakatan perdagangan karbon, konservasi hutan, dan program-program peruban iklim lainnya masih dipegang dan dikuasai oleh Provinsi dengan Unit Aceh Green-nya dan Yayasan Leuser Internasional/Leuser Internationa Foundation (LIF). Padahal, rakyat Gayo yang punya hutan, rakyat Gayo yang dilarang menebangi hutan dengan alasan perubahan iklim dan pemanasan global, rakyat Gayo juga yang ditangkap dan dipenjarakan kalau kedapatan menebang hutan, tetapi justru orang lain yang memperoleh dana besar untuk melakukan konservasi hutan Leuser, menandatangani kesepakatan-kesepakatan perdagangan karbon dengan pihak asing dan menjalankan program-program konservasi hutan Leuser. Hal ini harus dijadikan sebagai bahan renungan bagi para pengambil kebijakan di Gayo untuk melakukan upaya-upaya yang signifikan agar dana konservasi Leuser yang demikian besar dapat dikelola oleh masyarakat Gayo sendiri.
Aliansi perdagangan strategis dan taktis harus dilakukan oleh Gayo untuk menambah daya saing dan mempertegas kehadiran Gayo sebagai salah satu pemain baru ekonomi dunia. Salah satu aliansiyang strategis adalah dengan menciptakan poros kerjasama antara Gayo-Seoul-Tokyo-Berlin. Poros ekonomi ini sangat strategis dimana Seoul (Korea Selatan) dan Tokyo (Jepang) merupakan kekuatan-kekuatan ekonomi besar Asia. Bahkan Seoul merupakan sebuah kekuatan ekonomi baru Asia yang baru muncul 20 tahun terakhir. Korea Selatan bukan lah merupakan sebuah negaga seluas Indonesia dan memiliki semua sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industrinya, tetapi dengan keinginan yang besar dari segenap rakyatnya untuk menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu pemain ekonomi besar Asia bahkan dunia maka akhirnya impian mereka terwujud. Bahkan Korea Selatan tidak hanya besar secara ekonomi melainkan industri olahraga sepakbolanya berkembang dengan pesat. Ditambah lagi dengan Berlin (Jerman) sebagai pusat teknologi yang mampu memberikan sumbangan terhadap kebutuhan sumber daya manusia di Gayo.
Aliansi-aliansi perdagangan strategis seperti diatas harus dilakukan untuk mempercepat proses pembangunan di Gayo.walaupun Gayo sekarang masih terbagi ke dalam beberapa wilayah administrasi yang terpisah antara satu dengan yang lain seperti Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Tengah, Lokop Serbejadi, Kalul dan Lhok Gayo, aliansi-aliansi perdagangan seperti yang disampaikan diatas masih dapat diwujudkan apabila adanya kemauan bersama dari semua stakeholders di Gayo untuk mewujudkannya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan membentuk Gayo International Development Agency(Badan Pembangunan Internasional Gayo/GIDA). Jadi GIDA adalah sebuah organisasi yang menaungi semua kabupaten-kabupaten Gayo yang masing-masing wilayahnya terpisah antara satu dengan yang lain. Kerjasama-kerjasama, aliansi-aliansi yang dibentuk dan kesepakatan-kesepakatan yang ditandatangani oleh GIDA mengikat secara hukum masing-masing kabupaten/kota yang berada dibawah GIDA. Dengan demikian maka Gayo mampu melakukan hubungan perdagangan ke luar tanpa harus membentuk sebuah provinsi atau pun negara baru. Cukup dengan keberadaan organisasi GIDA tersebut maka dapat memperjuangkan kepentingan bisnis dan perdagangan Gayo disemua negara dan tingkatan. Sekali lagi dipertegas bahwa, kemungkinan Gayo menjadi salah satu pemain ekonomi baik ditingkat Asia Tenggara maupun dunia sangat mungkin dan masih terbuka peluang yang sebesar-besarnya asalkan rakyat Gayo memiliki kemauan secara kolektif untuk mewujudkannya. Kekuatan terbesar bagi setiap perubahan terletak pada kekuatan rakyat tanpa adanya dukungan yang maksimal, komprehensif dan signifikan dari rakyat maka program/rencana apapun yang mau dibuat dipastikan tidak akan terlaksana dengan baik.
* Mahasiswa Program Ph.D.in Planning and Development of University Northern Malaysia (Universiti Utara Malaysia). *Wali World Gayonese Association (WGA).