Kemana Anggaran Informasi Teknologi Gayo

Oleh Salihin Gayo*

Menindaklanjuti tulisan saya yang kemarin, Gayo kurang promosi di online http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150251355411320 Hal ini semakin menganggu pikiran saya saat membaca berita di beberapa media tentang besarnya dana pengembangan IT beberapa waktu lalu. Hanya untuk mengelola website DPR.go.id saja menghabiskan dana milyaran rupiah http://teknologi.kompasiana.com/internet/2011/05/11/ternyata-website-termahal-di-dunia-ada-di-indonesia/. Sangat ironis melihat begitu banyaknya rakyat Indonesia yang masih belum mengetahui tentang internet, sedangkan pemerintah dengan mudahnya menyetujui anggaran dana untuk para “dewan yang terhormat” tersebut. Ditambah lagi dengan pemberitaan yang saat ini sedang ramai diperbincangkan oleh masyarakat, tentang uang komunikasi para anggota dewan. Silahkan buka linknya di  http://metrotvnews.com/read/newsvideo/2011/05/12/128095/Anggota-DPR-Terima-Uang-Pulsa-Rp14-juta-Tiap-Bulan. saya heran, entah bagaimana jalan pikiran mereka, untuk beasiswa pendidikan anak-anak yang kurang mampu membutuhkan waktu berbulan-bulan membahasnya dalam rapat, giliran untuk “kepentingan mereka” sangat mudah sekali mendapatkan persetujuannya.

Itu yang berhasil di liput oleh media, bagaimana dengan yang tersembunyi?? Biasanya pemerintah daerah sangat lihai masalah “petak umpet” ini. Saya tidak membahas tentang anggota di pusat, Saya lebih fokus membahas daerah kelahiran saya, Daerah Gayo. Karena kalau bukan kita yang peduli dengan daerah kita sendiri siapa lagi?? saya  merasa berkepentingan untuk masa depan Gayo, tentu kita tidak ingin terpuruk dan jauh tertinggal dengan kabupaten yang ada di Indonesia. Berapakah anggaran dana untuk pengembangan system informasti berbasis teknologi, tidak usah jauh-jauh cukup menyikapi tentang pengelolaan website daerah. Apakah dana yang di anggarkan untuk pengembangan teknologi untuk kabupaten ada atau tidak. Menurut saya pasti ada dana yang di anggarkan, karena melihat kondisi di pusat saja dananya sangat besar.

Kalau seandainya dana ini ada, kenapa tidak di kelola dengan baik dan dimanfaatkan, bayangkan saja mahasiswa diluar Gayo, perantau. Kemana lagi mereka mencari informasi tentang perubahan tanah kelahiran mereka. Kalau bukan dengan memanfaatkan teknologi internet yaitu dengan perantara website sebagai media, memang ada alternatife lain. Sekarang zaman sudah maju dan modern serba menggunakan teknologi memang tidak ada alasan untuk tidak menggunakan teknologi . Kalau mau tau informasi tinggal telpon sanak saudara, apa itu cukup untuk menyatakan kecintaan terhadap gayo.. saya rasa jawabannya tidak.

Tentu kalau dana sudah di anggarkan pasti ada pekerja pegawai yang khusus mengawasi tentang teknologi ini, jadi apa saja kerja para pengelola atau Pembina teknolgi/website  tersebut?? Kalau memang masih kekurangan pegawai, kenapa tidak membuka lowongan ketika penerimaan CPNS?? Saya rasa tidak ada alasan atas lambatnya penanganan pengelolaan teknologi untuk kepentingan bersama demi terwujudnya kemajuan suatu daerah melalui website sebagai media alternative mudah dan tidak perlu banyak memakan biaya.

Tidak  sedikit putra-putri Gayo yang mengerti akan bahasa pemrograman,perancangan teknologi bahkan banyak dari mereka kuliah di jurusan khusus membidangi teknologi, baik yang tinggal di daerah atau yang sedang merantau. Yang menyakitkan banyak dari mereka yang bekerja tidak sesuai dengan bidang IT karena minimnya lowongan kerja. Jelas pihak pemda sangat tidak ingin mengurangi dana yang masuk ke kantong mereka dari anggaran untuk pengelolaan teknologi terutama pengelolaan website masing-masing pemda yang ada di Gayo, lebih baik tidak usah di buat kalau tidak diurus.

Tidak heran rasanya jika masih banyak yang belum mengetahui bagaimana daerah Gayo itu memiliki potensi yang begitu besar, jika tidak ada perhatian khusus terhadap pengelolaan websitenya. Kita perkirakan secara keseluruhan ada puluhan media yang membahas tentang Daerah Gayo, dan itu jangkauannya hanya satu provinsi saja. Lalu bagaimana dengan warga dari daerah lain?? Yang berbeda provinsi, berbeda pulau bahkan berbeda benua kalau bukan dengan website, pemberitaan secara online.

Yang menjadi pertanyaan saya sekarang adalah, kemana anggaran pengelolaan website itu sekarang?? Masuk ke kantongnya siapa?? Apa harus ada tim investigasi untuk mengechecknya?? Bersyukur sekarang tiap daerah di gayo terdapat di sebagian Café-Café atau kedai Kopi yang menyediakan internet gratis, nah pemda bagaimana..? lihat kantor camat masing-masing apakah kantor tersebut sudah di pasangi internet sebagai pelengkap media komunikasi mereka..? Dan bagaimana dengan kabupaten Gayo lainnya, Seperti AT, BM, Gayolues, Aceh Tenggara, apakah tidak merasa iri dengan adanya fasilitas teknologi yang  dikabupaten lain di indonesia yang kekayaan alamnya dibawah rata-ra bila di banding dengan Gayo?? Jangan hanya iri ketika di kabupaten Kota lain  mendapatkan fasilitas berlebih tapi irilah ketika kabupaten sendiri dapat memberikan sesuatu yang bermanfaat terhadap masyarakatnya, dalam kasus tulisan saya ini tentang kemudahan mengakses internet bagi masyarakatnya.

Saya mencoba mengangkat hal ini bukan berarti saya sudah terlalu hebat dalam berkontribusi untuk Daerah Gayo masalah IT, karena rasa kecintaan saya terhadap Gayo lah yang mendorong saya membuat sebuah tulisan untuk menuangkan isi pikiran saya. saya hanya mencoba mencari penjelasan dari pihak terkait. Minimal setelah mereka membaca ini, menjadi bahan pertimbangan atau pemikiran betapa pentingnya media online untuk mempromosikan suatu daerah. Sudah tahu bahwa daerah kita ini kecil, jangan tambah mengecilkannya dengan terbengkalainya website pemerintah daerah sebagai media sangat efesien untuk dimanfaatkan, bahkan Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tenggara tidak memiliki website resmi, Kabupaten Aceh Tengah masih menggunakan sistem copy paste berita dari media lain, sedangkan Kabupaten Gayo Lues tidak update. Bagaimana akan mendatangkan kepercayaan kepada pihak investor kalau masalah website saja terabaikan sebagai salah satu sarana untuk berpromosi?? Bagaimana meningkatkan pendapatan penduduk dengan mendatangkan wisatawan jika tidak ada promosi yang dapat diakses oleh semua orang?

Saya bertanya-tanya pada diri sendiri, apakah saya yang terlalu berlebihan dalam menyingkapi masalah ini?? Apakah masalah website pemda ini merupakan masalah remeh-temeh yang seharusnya tidak perlu diusik?? Atau bagaimana seharusnya saya melihatnya. Saya mencoba melihat dari sudut pandang yang berbeda, mencoba berpositif thinking, tapi tetap saja tidak bisa. Adakah jalan keluar dari pikiran yang berkecamuk ini??

 

*Mahasiswa asal Gayo Lues di Pekanbaru

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.