Saatnya Dollar Mengalir ke Gayo Lues Dari Minyak Sere Wangi

Oleh: Azhari Lubis*

Bagi Masyarakat Kabupaten Gayo Lues Tanaman sere wangi bukanlah hal yang asing,Tanamanan jenis ilalang dengan menebar aroma sere ini,sudah menjadi bagian dari penghasilan petani di daerah yang disebut negeri seribu bukit ini.

Tanaman sere wangi tumbuh dengan subur dikawasan hutan-hutan pohon pinus milik masyarakat,dan tanaman sere wangi ini,diperkirakan sudah puluhan tahun ditanam didaerah ini,dan masyarakat menganggap kawasan hutan pinus merupakan kawasan yang subur bagi tanaman sere wangi,sebab kawasan hutan pinus dianggap tidak begitu subur,dan tanaman sere wangi merupakan tanaman yang mampu tumbuh dengan baik diantara pepohonan pinus.

Bagi masyarakat, khususnya petani tanaman sere wangi selama ini merupakan tanaman sambilan,artinya tidak perlu banyak perawatan,tidak banyak modal menanamnya,mudah tumbuh dalam kondisi tanah yang tidak subur sekalipun,artinya dengan menanam sere wangi,masyarakat dapat bekerja dilahan yang lain,seperti menanam sayur mayur,padi dan lainnya,sehingga sere wangi hanya dianggap tanaman sambilan.

Fluktuasi harga yang tidak menentu,tentunya membuat masyarakat agak enggan untuk bertanam sere wangi secara merata.

Sere wangi  Jadi Andalan Ekonomi

Sejak Gayo Lues menjadi Kabupaten pada tahun 2002,sektor ekonomi kerakyatan oleh pejabat Bupati I ,II dan Bupati definitif telah berupaya melakukan terobosan,namun,formula andalan sektor ekonomi kerakyatan tersebut belum mampu,mendongkrak ekonomi rakyatnya,kelesuan ekonomi dengan daya beli yang sangat rendah masih saja terjadi,masyarakat Gayo Lues bukanlah masyarakat yang malas,namun perlu pembinaan dan mengarahkan kepada potensi budaya kerja selama ini,yang mereka lakukan,tidak sedikit dari masyarakat Gayo Lues menopang ekonominya dari tanaman sere wangi,ternak kerbau dan sapi.

Jika kita melihat potensi budaya kerja tersebut,tentunya program ekonomi kerakyatan oleh pemerintah daerah,tidak perlu membuat program lain,apalagi program tersebut belum dikenal dan dikuasai secara utuh oleh petani,sehingga berapapun dana dikucurkan tidak akan membawa dampak yang baik,dan akhirnya menjadi program gagal.

Kebutuhan dunia industri saat ini terhadap minyak atsiri jenis sere wangi,setiap tahun meningkat secara tajam,ini tebukti sejak tahun 2009 hingga saat ini,harga minyak sere di Gayo Lues tidak pernah mengalami penurunan harga yang signifikan,malah selalu mengalami kenaikan,artinya minyak sere wangi,bukan hanya sebagai bahan baku minyak gosok,tetapi sudah dipergunakan kebanyak hal,seperti sabun sere,lotion anti nyamuk dan minyak sere juga mengandung bahan anti septic (bakteri),dampaknya harga minyak sere wangi melonjak akibat banyaknya permintaan.

Melihat kondisi saat ini,kenapa kita berpikir untuk menjadikan komoditi Sere wangi sebagai andalan utama Gayo Lues ? padahal komiditi sangat menjanjikan jika dikerjakan dengan baik,fokus dan mampu mengelolanya seperti sebuah perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit,teh ,karet dan kakao,yang menjadi andalan daerah lain,Gayo Lues sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa sebagai daerah yang memiliki kawasan hutan pinus yang cukup luas,sehingga tanaman sere wangi dapat ditanam dalam kawasan hutan tersebut.

Dari data yang ada saat ini Gayo Lues memiliki lebih dari 90 ribu Hektar kawasan hutan pinus,bayangkan jika areal seluas itu ditanami serewangi,berapa pundi pundi rupiah yang akan masuk kekantong masyarakat Gayo Lues ?

Mari Kita Hitung.

Penelitian yang telah saya lakukan selama empat bulan,setiap hektar kebun sere wangi akan mampu menghasilkan sebanyak 150 Kg minyak sere,dengan catatan adanya perawatan pada tanaman sere,dan pengukusan daun sere wangi dengan api yang standar,bayangkan jika Gayo Lues punya 90 ribu Ha kebun sere berapa Ton minyak sere yang dapat dihasilkan setiap tahun ? 90.000 Ha X 150 Kg =13 500.000 kg  setara dengan
(13.500 Ton),jika harga terendah katakan saja,Rp 100.000 per kg dikalikan 13.500.000 Kg.maka hasil yang didapat bagi kantong rakyat Gayo Lues sebesar Rp.1 350.000.000 (1.35 Trilyun) hasil ini adalah untuk sekali panen,jika setahun dilakukan dua kali panen nilai Rupiah yang akan diperoleh adalah (Rp 2.7 Trilyun) bandingkan dengan APBK Gayo Lues yang hanya berkisar tiga ratusan milyar setahun.untuk menghitung pendapatan perkapita bagi Gayo Lues pendapatan daerah dibagi jumlah penduduk maka didapat Rp.2,7 Trilyun dibagi jumlah penduduk katakan saja 100.000 jiwa,maka pendapatan perkapitanya adalah Rp 27.000.000 (dua puluh tujuh juta) setara dengan US $ 3000. artinya pendapatan setiap penduduk Gayo Lues sama dengan pendapatan masyarakat negara singapura.bukankah ini kemakmuran dan kesejahteraan ? ini bukan mimpi tetapi sebuah konsep besar,dengan kata lain,kita mau atau tidak ?

Pengelolaan

Kenapa masyarakat Gayo Lues tidak sepenuhnya mau mengelola perkebunan sere wangi ? kendala utama yang ada selama ini adalah,kawasan hutan pinus berada dikawasan lereng gunung dan perbukitan,dan sarana jalan kekawasan tersebut sama sekali tidak ada,untuk mengelola perkebunan sere wangi ini.harus membuka berbagai sarana jalan ,seperti jalan block kebun ,jalan pengumpul hasil,dan kondisi jalan cukup dengan pengerasan,sehingga masyarakat cukup dengan sepeda motor dapat menempuh kebun serenya,ini dapat dilakukan sebagai tahap awal.

Jika kawasan 90 ribu hektar sere wangi sudah dibuka tentunya perlu pengelolaan,penampung kalau perlu dibuat pabrik pengukusan dengan sistem boiler tenaga listrik,sehingga hasil dan mutu minyak sere cukup baik,pembelian dapat dilakukan oleh BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) yang bekerja sama dengan Investor selaku pembeli dengan membuat kontrak.

Dampak negatif dari perkebunan sere wangi ini tidak banyak hanya bahaya kebakaran saat kemarau,untuk perlu adanya block pembatas,agar tidak merambat jika terjadi kebakaran lahan.

Sedangkan dampak positifnya cukup banyak,antara lain,Gayo Lues akan benar benar menjadi daerah konservasi (green country) sebab kondisi hutan pinus akan terjaga,bahkan lahan tandus dapat ditanami kembali dengan sere dan pinus,ancaman longsor dan banjir bandang dapat diantisipasi dengan hijaunya kembali tanaman pinus,getah pinus dapat dijadikan komiditi kedua dengan menyadap getahnya sebagai bahan terpentin,dan bahan lainnya bagi industri,limbah daun serai dapat dijadikan nilai tambah untuk dijadikan  sebagai obat anti nyamuk bakar,atau paling tidak dijadikan pupuk kompos.dampak yang paling amazing,fenomenal,adalah kemakmuran dan kesejahteraan yang merata bagi rakyat Gayo Lues.sebab dengan masuknya uang sebasar Rp 2.7 Trilyun kemasyarakat.daya beli masyarakat akan tinggi,pasar tidak sepi dari pembeli seperti sekarang ini,transportasi barang akan seimbang harga tentunya akan lebih murah,sehingga semua sektor kehidupan ekonomi  masyarakat akan tumbuh dengan pesat.

Dengan konsep diatas masih terpikirkah lagi bagi kita untuk membuka pertambangan mineral ? yang jelas tidak akan membawa dampak yang baik bagi masyarakat,tetapi hanyalah kehancuran lingkungan yang akan mengundang bencana. (Alabaspos.com)

*Berprofesi sebagai Wartawan dan pelaku pasar. Tinggal di Belang Kejeren Gayo Lues.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. ni baru konsep perekonomian yang mantab, semoga para semua kandidat dapat membacanya dan dijadikan sebagai bahan kampanye dalam pilkada….. agar masyarakat cepat sejahtera….