LAZIMNYA wartawan hanya bisa menulis. Kesehariannya selalu disibukan dengan tugas pers. Mencari data dan selanjutnya menyajikan berita demi kepentingan publik.
Namun tidak demikian dengan Mahyadi wartawan yang aktif di salah satu media harian bonafit di Aceh ini. Walau tidak melepas atribut jurnalistiknya dengan segudang jadwal peliputan, ia masih menyempatkan diri “bermain” dengan kopi.
Tangannya yang lihai menghentak mesin ketik, seolah tak mampu mengolah racikan biji kopi beraroma nikmat. Tapi ternyata, dibalik itu, sosok Mahyadi mampu membuat konsumen berdecak kagum. Cita rasa kopi buatannya bak barista lainnya.
“Meracik kopi ini sudah seperti hobi. Sembari bekerja (wartawan) di waktu senggang saya belajar menyajikan kopi,” kata Mahyadi dalam perbincangannya dengan penulis disela kesibukannya melayani pelanggan di tempat usaha miliknya, Cafe Lumbung Kopi, Takengen, Aceh Tengah.
Mungkin tidaklah terlalu aneh, bila saat ini ada sebagian masyarakat di Gayo Lut mulai menyempatkan diri bercengkrama dengan kopi. Hal itu lantaran komoditi ini merupakan sumber utama denyut nadi hidup warga. Sekitar 80 persen ekonomi penduduknya bergantung dari tanaman penghasil cafeein ini.
Mahyadi misalnya, dia bukanlah satu satunya wartawan di Gayo yang mulai belajar jadi barista. Catatan penulis sebelumnya ada sejumlah nama yang belakangan jatuh cinta dengan kopi, diantaranya; Win Ruhdi Bhatin, Khairul Akhyar, Qosi Nawar, Iqoni RS, Zul MD dan lainnya.
“Kendati terjun di bisnis ini, namun saya tetap fokus di dunia jurnalistik. Terpenting resepnya, bagaimana kita harus bisa memilah mana bisnis dan yang mana pekerjaan utama,” ungkap sosok yang dikenal berkarakter kalem dan ramah ini.
Ditanya tentang bisnis yang dirintisnya, Mahyadi menuturkan, cafe miliknya tidak jauh beda dengan usaha warung kopi lainnya yang tumbuh di sana. Cafe yang tatanya cukup sederhana, nyaman dilengkapi mesin ekspresso, “serakan” gelas dan sendok, ditambah sentuhan music untuk memanjakan para tamu pelanggan. (LeuserAntara.com)