Biarkan Aku Disebut Ceh (7)

Riduwan Philly

     Dengan gemetar aku memasukki hotel, terpampanglah dengan jelas spanduk selamat datang kepada para peserta kesenian Gayo dan Alas, sambutannya sangatlah membuat semangatku bertambah kembali.

            Semangat yang kendor karena permasalahan di rumah dan juga kesialan yang aku hadapi tatkala baru saja sampai ke kota ini.

            Semua orang ramah padaku, tak seperti yang aku alami salama ini di kampung sejak ayah tiada.

            “Bisa saya bantu bang?” Senyum manis dari seorang wanita berbaju batik menyapaku.

            “Saya mau mendaftarkan diri menjadi peserta kesenian Gayo dan Alas kak, masih bisa?”

            “ohh masih bisa bang, silahkan daftar di sini, ikuti petunjuknya nanti kami akan antar abang ke kamar”

            “Biaya pendaftarannya berapa ya kak?”

            “Kami dari panitia tidak memungut uang sedikitpun dari para peserta, karena ini di danai oleh pemkab dari 4 kabupaten serumpun[4]

            Senanglah kiranya aku berada disini dan mengikuti kegiatan budaya ini, selain melestarikan kebudayaan nenek moyang juga sebagai wadah penyalur minat seni kami yang sekarang ini mulai kurang diminati anak-anak muda. (Bersambung)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.