Oleh: Maqbul Rizki
Permasalahan terjun bebas nya harga jual kopi yang terjadi di daerah Gayo saat ini, menjadi isu yang cukup serius untuk segera dicari jalan keluarnya oleh pemerintah setempat, pasalnya hampir keseluruhan masyarakat Gayo menjadikan kopi sebagai sumber penghasilan utama dan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi mereka.
Harga kopi terus saja mengalami penurunan secara signifikan saat masa panen, hal tersebut bukan terjadi tahun ini saja, namun sudah berulang hampir setiap tahun saat musim panen tiba. Namun masalah tersebut tidak kunjung direspon dan diperhatikan secara serius oleh pemerintahan kabupaten Aceh Tengah.
Tahun ini dampak penurunan harga kopi tersebut akan sangat terasa oleh masyarakat karena kurang dari satu bulan lagi masyarakat akan merayakan hari raya idul fitri. Merujuk pada kebiasaan masyarakat Aceh Tengah dan Gayo pada umumnya dalam menyambut hari raya idul fitri dengan membeli baju baru, membuat kue-kue untuk sanak keluarga yang datang bersilaturahmi, merenovasi rumah dan lain sebagainya yang membutuhkan jumlah biaya yang cukup besar, dengan demikian dapat dipastikan pengeluaran masyarakat akan sangat meningkat kedepanya.
Jika harga kopi terus turun seperti ini maka dikhawatirkan akan terjadi beberapa permasalahan kedepanya. Salah satu yang sangat mungkin terjadi dan menjadi kekhawatiran kita bersama adalah meningkatnya kriminalitas selama ramadhan dan menjelang hari raya idul fitri nantinya. Tidak terpenuhinya kebutuhan ekonomi merupakan faktor yang sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya perilaku kriminalitas terutama perilaku pencurian.
Potensial meningkatnya angka kriminalitas pencurian bisa dikategorikan sangat tinggi saat ini, dengan keadaan harga kopi yang rendah yang menyebabkan pendapatan masyarakat menurun dan disempurnakan dengan ramadhan dan datangnya hari raya yang akan menyebabkan pengeluaran masyarakat meningkat.
Rasa malu yang timbul jika tidak memeriahkan datangnya hari besar islam tersebut juga sangat menambah besar kemungkinan kejahatan akan terjadi.
“Kemel anak gere bebaju reraya, kemel geh biak gere mu penan I umah, kemel gere ber cet ayu umah dan kemel-kemel lainya” akan sangat mungkin memicu tindakan kriminalitas pencurian kedepanya.
Potensi kriminalitas dengan pola-pola baru juga tidak dapat dipandang sebalah mata oleh pemerintah, munculnya pembegalan di takengon akhir-akhir ini juga akan menjadi pola kriminalitas baru yang akan menjadi hal yang dapat berulang jika keadaan ekonomi masyarakat yang sangat bertumpu pada kopi tidak diselesaikan segera. Selain kriminalitas pencurian dengan berbagai pola-pola baru maupun lama yang akan sangat mungkin terjadi, kita juga akan dihatui oleh masalah meningkatnya prostitusi yang akhir-akhir ini juga mencuat di daerah Gayo, bukan tidak mungkin jika ekonomi masyarakat terjepit maka masyarakat akan menjadi Bagian dari pelaku pekerjaan tersebut untuk memenuhi kebutuhan yang meningkat.
Pemerintah harus segera mengimplementasikan pepatah “Inget-inget sebelem kona” atau dalam bahasa sederhanya menyiapakan usaha preventif guna mengindari hal-hal nagatif yang mungkin tejadi.
*Mahasiswa Asal Gayo di Banda Aceh