Berjiwa Besarlah Ketika Dikritik !!

Tidak ada manusia yang sempurna dalam hidup ini. Untuk itu kritik dan saran sangat dibutuhkan, guna melatih kita semakin dewasa dan tegar menapaki hidup ini.

Anaku…… selagi ada nafas diberi Allah, tidak ada salahnya Ama juga mengingatkanmu. Bila kemaren ama sampaikan bagaimana etika ketika kamu mengkritik, kini ketika giliranmu dikritik, bagaimana sikapmu?

Kritik dan saran yang ditujukan kepadamu, jadikanlah sebagai “lecutan” untuk memacu langkahmu. Bukan menghentikan langkahmu. “Ibebuk kati kul irurut kati naru”. Jadikan masukan itu untuk memperbaiki diri. Kita butuh teman, butuh saran dan kritikan untuk memperbaiki kualitas diri.

Setiap manusia memiliki amanah. Baik itu amanah untuk dirinya sendiri, atau amanah yang dititipkan pihak lain untuk kita jalankan. Ketika kita sudah mendapatkan amanah itu, jangan lupa anakku, amanah itu akan diminta pertanggungjawabanya.

Bukan hanya Allah akan meminta tanggung jawab. Namun, pemberi tanggung jawab di pundakmu, juga akan meminta pertangungjawaban apa yang sudah kamu lakukan. Amanah itu memang berat dan harus dipertanggungjawabkan.

Untuk itu, anakku… Ketika ada yang mengkritikmu, terimalah dengan lapang dada dan jiwa yang besar. Tanyakan kepada hatimu, apakah yang disampaikan oleh saudaramu itu benar? Apa yang harus kamu lakukan ketika yang disampaikan itu benar? Apakah kamu mau memperbaiki diri?

Jadikanlah kritikan itu sebagai “kopi pahit arabika”, sebagai penyengar pemikiranmu. Sepenggal nasihat leluhur di Gayo, perlu kamu pertimbangkan. Pit enti tir ulowahen, sediken lungi enti tir idoloten”.

Pahit jangan langsung dimuntahkan, belum tentu tidak bermanfaat. Bila manis jangan langsung kamu telan, bisa jadi tuba yang memabukan. Indah sekali nasihat petuah di Gayo ini anaku, jauh jauh hari para leluhur sudah mengingatkanya.

Anakku…… Kopi pahit itu ketika kamu nikmati, akan terasa lemak dan menyegarkan. Tubuhmu membutuhkan kopi pahit untuk penyeimbang. Jangan jadikan kopi pahit itu sebagai lawanmu! Tetapi jadikanlah kopi ekpreso pahit itu, sebagai bagian dari kebutuhanmu.

Saringlah kopi itu, agar kamu dapat menikmatinya. Ciumlah dengan indra mu, apakah aroma kopi itu murni kopi berkualitas, atau kopi yang sudah dicampur dengan ramuan lainya. Bila kopi murni berkualitas, maka nikmatilah. Namun bila sudah bercampur, kiranya menjadi catatan untukmu.

Anakku, selagi ada nafas diberi Allah dan sudah menjadi kewajiban kita manusia untuk saling mengingatkan. Kopi pahit itu bagi Ama laksana cermin. Dia akan menunjukan bagaimana tubuh dan pakaianmu.

Cermin itu tidak pernah berbohong, maka jadikanlah sebagai sahabat. Dia akan berkata jujur, bila ada sesuatu yang melekat ditubuhmu dan tidak sesuai dengan penampilanmu. Karena dia menyampaikan dengan jujur, janganlah cermin itu yang kamu belah.

Jadikanlah cermin itu sebagai sahabatmu. Namun kamu jangan percaya kepada cermin yang retak. Pergunakan akal dan nalurimu.

Anaku ….. jalan yang dibentangkan di hadapan kita bukanlah jalan bertabur bunga, berlapiskan emas. Bukan jalan berbalut sutra. Namun jalan yang penuh onak dan duri. Jalan yang menuntut pengorbanan dan keteguhan hati.

Walau jalan dipenuhi onak dan duri, kita harus melaluinya. Disanalah kemampuan kita diuji. Apakah kita mampu melaluinya dan sampai ke pulau harapan. Tuhan tidak akan memberikan cobaan, bila tidak memberi imbalan diahirnya.

Jadikanlah semua ini sebagai ibadah, sebagai pengisi hidup kita di dunia, karena kita manusia, bukan mahluk yang maha segala galanya. Ama, kamu anakku, dan semuanya kelak akan meninggalkan dunia yang pana ini.

FB : Bahtiar Gayo

berita terkait : Luruskan Niat Dalam Mengkritik

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.