Oleh: Muhammaddinsyah*
Sudah menjadi informasi umum yang dikonsumsi publik bahwa Bupati Bener Meriah saat ini menggunakan tenaga Asistensi dengan dalih upaya percepatan pembangunan di Bener Meriah. Abuya Sarkawi dinilai cukup berani karena memperkerjakan orang-orang non pemerintahan dalam tim Asistensi nya.
Selayaknya sebuah kebijakan, pilihan Abuya menggunakan tenaga tim Asistensi dalam menjalankan roda pemerintahan tentu saja memunculkan pro dan kontra di kalangan masyarakat Bener Meriah. Banyak yang menilai Tim Asistensi yang Abuya Sarkawi buat cukup membantu jalanya pemerintahan di lain sisi tidak terhitung pula masyarakat yanyang tidak sepakat dengan keberadaan tim Asistensi ini.
Di Aceh, Tim Asistensi bukan sesuatu yang baru dalam pemerintahan. Catatan penulis, beberapa pejabat publik di Aceh termasuk Gubernur Aceh Nonaktif Irwandi pernah membuat tim Asistensi untuk membantu menjalankan pemerintahan.
Di Bener Meriah Pemerintahan di bawah pimpinan Bapak Rusli M Saleh juga pernah menggunakan tenaga orang non pemerintahan meski kemudian sebutannya berbeda dengan tim Asistensi milik Abuya Sarkawi saat ini. Tujuannya hampir sama yaitu Upaya percepatan Pembangunan Bener Meriah. Pada hakikatnya Tim Asistensi bukanlah barang haram.
Sesaat setelah Abuya di lantik sebagai pelaksana tugas (PLT), beliau langsung membuat tim Asistensi yang diketuai oleh orang kepercayaannya saat itu. Amatan penulis, ada beberapa nama yang kal itu di percaya menjadi tim Asistensi Abuya. Kerennya, semua nama yang termaktub berasal dari background dan disiplin ilmu yang berbeda.
Beberapa bulan berjalan, baru baru ini masyarakat Bener Meriah kembali di hebohkan dengan kabar perombakan tim tersebut. Nama Nama baru yang di gadang gadang masuk pun jadi pembahasan menarik, yang paling di soroti publik ialah isu keterlibatan aktivis garis keras Tanoh Gayo juga isu permintaan Gaji tim Asistensi yang hampir menyentuh angka dua digit sedikit lebih tinggi dari gaji PNS berpangkat Eselon II.
Namun hinga saat ini, SK perubahan tim Asistensi bupati belum juga muncul ke publik. Tentu saja, Isu pemberian gaji yang lebih tinggi dari Gaji PNS berpangkat eselon II juga berakhir tanpa berita sebab tak jelas kabar beritanya.
Dalam ulasan kali ini penulis tidak ingin bicara tentang siapa sosok yang dipercaya sebagai bagian dari Tim Asistensi karena hal tersebut merupakan hak Progratip Abuya Sarkawi sebagai Bupati, yang ingin penulis ulas adalah efektivitas dari keberadaan tim Asistensi ini dalam tugasnya mewujudkan upaya percepatan pembangunan Bener Meriah.
Bicara tentang efektive atau tidaknya tim Asistensi tentu saja kita harus terlebih dahulu memahami tugas dan fungsi dari tim Asistensi ini. Namun sangat disayangkan, Tugas dan fungsi Tim Asistensi percepatan pembangunan Bener Meriah tidak diketahui secara spesifik, hal ini dikarenakan tugas dan fungsi tim asistensi tidak pernah di publikasi oleh Bupati ataupun Tim Asistensi itu sendiri kendati demikian sebagaimana biasanya tugas Tim Asistensi adalah membantu pekerjaan Pemerintah Daerah dalam upaya percepatan pembangunan.
Lalu, sejauh manakah sudah Tim Asistensi percepatan pembangunan Bener Meriah melakukan tugasnya?
Sayangnya, Belum ada capaian apapun yang berhasil penulis temukan dari penelusuran perihal kinerja Tim Asistensi ini dalam kelompok. Yang berhasil penulis temukan hanyalah catatan catatan media tentang Oknum tim Asistensi yang membantu kerja Bupati dalam beberapa permasalahan yang bersifat umum.
Sejauh ini, yang publik lihat dari keberadaan tim Asistensi Bupati Bener Meriah hanyalah sebatas membantu pekerjaan Bupati atau penghubung antara Abuya Sarkawi dengan koleganya atau berperan sebagai keterwakilan dari Abuya Sarkawi dalam diskusi dan pertemuan pertemuan dengan tokoh publik, masyarakat bahkan tokoh politik.
Pada intinya, penulis gagal menemukan capaian apapun yang berhasil diperoleh oleh tim Asistensi ini semenjak di bentuk. Untuk kegagalan ini sudah barang tentu penulis harus meminta maaf. Ditambah dengan keberadaan Tim Asistensi yang seolah-olah sengaja tidak di publikasi memunculkan banyak kebingungan di tengah masyarakat tentang untuk apa sebenarnya Tim ini di bentuk.
Oleh sebab itu, penulis menyarankan Abuya Sarkawi untuk mengulang kaji kembali apakah Beliau butuh Tim Asistensi untuk membantunya berkerja atau tidak. Jika ternyata sangat butuh maka sudah sewajarnya Abuya melakukan pembenahan terhadap tim tersebut agar berjalan sebagaimana mestinya. Dikhawatirkan, jika tidak dilakukan pembenahan Tim Asistensi malah menjadi penghambat percepatan pembangunan itu sendiri dan menjadi boomerang bagi Abuya karena di anggap malas dalam berkerja sehingga memilih membentuk Tim Asistensi untuk membantu Abuya berkerja.
Saran penulis, jika keberadaan tim tersebut tidak terlalu bermanfaat dan hanya membebani keuangan daerah, ada baiknya Abuya Sarkawi membubarkan Tim Asistensi percepatan pembangunan Bener Meriah yang sekarang kemudian membebankan tugas Tim Asistensi kepada Staf Ahli atau lembaga kedinasan terkait. Penulis menilai, memanfaatkan seseorang atau kelompok yang telah terikat untuk mengabdi kepada Negara (pegawai Negeri Sipil) untuk mengemban tugas melakukan percepatan pembangunan Bener Meriah masih jauh lebih baik dari pada mengembankan nya kepada orang orang yang di luar pemerintahan.
Lagi lagi ini hanyalah pandangan penulis belaka, karena sesungguhnya hal ini merupakan hak penuh Bupati untuk memberikan penilaian apakah Tim Asistensi ini berguna dalam upaya mewujudkan Bener Meriah Harmoni, Islami, Bersatu, Maju dan sejahtera.
*Direktur LSM Cempege Institut