Suaranya lembut.Berpakaian rapi, terlihat anggun. Tutur katanya halus, apalagi ketika diiringi dengan senyuman di bibirnya, bagaikan mampu menutupi raut wajahnya yang sudah nampak guratan di makan masa.
Bagi yang belum mengenalnya akan ada perasaan sungkan. Apalagi ketika berurusan soal murid, karena dia dipercayakan sebagi pimpinan di salah satu sekolah aliyah di pasantren. Perawakanya terbilang sedang untuk ukuran wanita.
Umurnya terbilang tua, kini sudah 51 tahun. Awalnya dia sebagai guru bahasa Indonesia, namun takdir Tuhan dia dipercayakan menjabat sebagai kepala sekolah. Dia dinobatkan sebagai kepala Madrasyah Aliyah yang didirikan orang tuanya di Bur Jimet, Bebesen, Aceh Tengah.
Hasanah, begitu namanya ditabalkan almarhum Tengku Hasan Tan, orang tuanya yang sekaligus sebagai pendiri yayasan Pondok Pasantren Darul Muhklisin. Pasantren ini berdiri pada tahun 1991. Arti pasantren ini orang yang ihlas.
Hasanah ketika ditemui tim pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah, Aceh Tengah, Sabtu (14/11/2020) terlihat ramah menyambut. Sosok keibuanya sekaligus sebagai pemimpin dia tunjukan.
Kepada para santri dayah yang mendapat tugas melakukan wawancara di pasantren ini, dia jelaskan apa yang ditanya. Sesekali terlihat sungingan senyuman dibibirnya.
“Saya terharu dan bahagia melihat alumni dayah sukses, dapat bersaing dengan orang lain. Namun dibalik itu ada susahnya, kekurangan modal sehingga banyak program menjadi kendala,” sebutnya kepada para peserta pelatihan jurnalistik.
Tujuan didirikannya dayah sangat mulia, sebutnya, untuk mendidik generasi islam menjadi kader ulama yang berasal dari bawah. Semuanya membutuhkan proses, sama seperti dayah ini harus melangkah setahap demi setahap.
“Ada satu kebanggaan,” sebutnya,” semangat para ustadz dan guru dalam menempa generasi penerus bangsa, mereka tidak kenal lelah. Mereka menunjukan kinerjanya, sehingga dayah ini dipercaya oleh masyarakat”.
Dayah Darul Muhklisin memiliki santri yang berbakat, beragam prestasi pernah diukirnya, seperti lomba cerdas cermat, azan dan beberapa kegiatan lainya. Alumni dayah juga banyak berkiprah di tengah masyarakat.
“Kami memiliki visi dan misi dalam mendidik ummat, bagaimana santri dekat dengan Allah, berakhlakul karimah,dan dapat berkompetisi dengan orang lain,” sebutnya.
Menurut Hasanah, di Madrasyah Aliyah Darul Muhklisin ini ada 36 guru, sementara untuk MTS juga ada 36 guru yang berbeda dengan MA. Ada 30 lokal di sana dengan jumlah murid mencapai 584 santri.
Hasanah guru bahasa Indonesi dilantik menjadi kepala MA Darul Muhlisin pada 7 Juni 2020 lalu. Dia merupakan anak tertua dari pendiri pasantren ini, alrmarhum Tgk. Drs. Hasan Tan.
Usai bertemu dengan kepala MA Darul Mukhlisin, para peserta pelatihan jurnalistik, ditemani seorang santri untuk berkeliling di dayah ini. Namanya Maya Serungke, dia duduk dibangku Aliyah kelas tiga.
Gadis ini sebelumnya juga sudah mengikuti pelatihan jurnalistik yang diselengarakan Dinas Syariat Islam. Maya Serungke dipercayakan menjadi mudabirah di dayah ini. Gadis ini mencintai dayahnya, karena menurutnya ada kedamaian di sana, ustadz disana punya semangat mengajar yang tinggi.
Di dayah ini tidak ada ustazah. Walaupun tanpa ustazah yang sedikit susah para santriwati dalam berinteraksi, namun para santriwati senior di sana berperan sebagai mudabiroh.
“saya berharap pasantren ini semakin maju dan melahirkan generasi penerus yang tangguh, “ sebut gadis ini dengan penuh semangat.
Pasantren Darul Muhklisin berada di atas bukit, di Bur Jimet, Kecamatan Bebesen, tidak jauh dari pusat pemerintahan Aceh Tengah. Pasantren ini sudah banyak melahirkan kader kader yang berkualitas, yang kini berkiprah di tengah ummat.
Semoga pasantren ini tetap melahirkan kader kader ummat, seperti harapan pendirinya yang kini sudah kembali kehariban ilahi. *** Siti Rohaya
Penulis; Santriwati Ponpes Muhammadiyah, peserta pelatihan jurnalistik Dinas Syariat Islam dan Pendidikan Dayah Aceh Tengah)
Comments are closed.