Redelong| Lintasgayo.com – Kehadiran lebah madu pada perkebunan kopi mampu mendorong peningkatan produktivitas kopi sebesar 20-30 persen. Di samping perannya sebagai penyerbuk, madu yang dihasilkan juga akan menjadi nilai tambah ekonomi bagi keluarga petani.
Demikian terungkap pada Pelatihan Budidaya Lebah Madu Berbasis Pertanian Kopi yang digelar di Desa Wer Tingkem, Kecamatan Mesidah, Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Minggu (14/12/2021). Kegiatan tersebut diinisiasi oleh PT. Stovia Garuda Yaksa (SVGY) dengan dukungan Koperasi Permata Gayo dan Rainforest Alliance.
“Lebah madu memberi peran besar dalam proses pembuahan kopi. Sementara madunya sendiri bisa menjadi tambahan pendapatan bagi petani. Madu yang bersumber dari kopi juga memiliki nilai yang lebih tinggi, sangat baik untuk kesehatan,” kata fasilitator kegiatan dari Boemi Madu Medan, Ahmad Azhari.
Madu Kopi, katanya mempunyai khasiat khusus antara lain mengatasi insomnia, mengatasi gelisah dan stress dan memperlancar sirkulasi darah.
Azhari menjelaskan, konsep perkebunan terintegrasi atau terpadu merupakan salahsatu solusi bagi peningkatan ekonomi petani dan akan mendorong petani untuk menerapkan pola perawatan berbasis organik pada kebunnya. “Kebun organik lebih disukai oleh lebah. Kalau tidak, maka dia akan pindah,” ujarnya.
Ditambahkannya, dalam hubungan saling menguntungkan pada ekosistem, tanaman kopi menyediakan nektar dan polen sebagai pakan lebah guna menghasilkan madu berkualitas, sementara lebah berfungsi proses penyerbukan untuk meningkatkan produktivitas kopi. “Lebah yang dibudidayakan adalah jenis Apis Cerana, karena spesies ini yang dominan terdapat di perkebunan kopi, produktif dan mudah diternakkan,” ujar Azhari.
Di samping pemaparan materi dan tanya jawab, peserta juga dilatih cara membuat kotak lebah, teknik pemanenan dan teknik proses pemindahan lebah di sekitar perkebunan ke kotak lebah.
Sementara, Direktur Utama PT. SVGY, Bella Fajar Ramadhan, didampingi Direktur, Husor Boy Dabutar, usai pelatihan mengatakan, perkebunan terintegrasi merupakan salahsatu pilihan baik dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani kopi.
“Budidaya lebah madu juga merupakan bagian dari upaya menjaga ekosistem alami bagi kebun. Di sisi lain, madunya bisa menjadi penghasilan tambahan bagi petani dan ini merupakan potensi besar yang bisa digalakkan secara massif di perkebunan-perkebunan di Gayo. Melihat luasnya perkebunan kopi di Tanoh Gayo, lebah madu merupakan potensi sumber daya yang bisa dikembangkan,” ujarnya. Data menyebut, terdapat kuranglebih 97.319 ha luas lahan perkebunan kopi yang dikelola oleh sekira 65.900 kepala keluarga yang tersebar di 3 kabupaten di Gayo: Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues.
Dikatakan Bella, sebagai perkebunan percontohan, sebanyak 4 kotak lebah dengan sedikitnya 5.000 koloni dan 1 ratu di dalam masing-masing kotak, telah berdiri di perkebunan miliknya di di Desa Wer Tingkem, Kecamatan Mesidah. “Silakan bagi masyarakat petani yang ingin melihat modelnya di perkebunan ini untuk kemudian dapat direplikasi di kebun masing-masing. Ini akan sangat menguntungkan,” tandasnya.
Seorang petani peserta, Irham, mengatakan beruntung bisa mendapat pelatihan budidaya lebah madu karena bermanfaat bagi produksi kopi dan tambahan pendapatan ekonomi keluarga. “Saya sangat senang bisa ikut pelatihan ini. Pelatihnya memberi solusi, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan akan saya praktikkan nanti di kebun saya,” ujarnya.*
Peserta lain, Sulaiman, yang menjadikan lebah yang bersarang di kediamannya sebagai bahan praktik teknik proses pemindahan lebah madu ke kotak, sangat senang bisa mengikuti pelatihan itu. “Sudah 2 tahun lebah ini bersarang di bawah kolong rumah saya. Sekarang mereka sudah berada di tempat yang seharusnya. Semoga praktik langsung ini memberi tambahan ilmu bagi kami, karena kami langsung melakukannya,” katanya. (Mhd)
Photo 5 : Peserta menunjukkan madu sebagai hasil dari teknik proses pemindahan lebah di sekitar perkebunan ke kotak lebah di rumah warga.
Comments are closed.