Setiap tanggal 23 Juli, kita memperingati Hari Anak Nasional. Bangsa Indonesia mulai memperingatinya sejak tahun 1986, berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 44 Tahun 1984. Memperingati Hari Anak Nasional merupakan momentum untuk menumbuhkan kepedulian, kesadaran dan peran aktif keluarga, masyarakat, lembaga sosial pemerhati anak, dunia usaha, pemerintah dan negara dalam perlindungan, perawatan dan pengasuhan, pemberian pelayanan pendidikan, kesehatan atau gizi.
Momentum itu juga dapat digunakan untuk pemberian informasi yang seluas-luasnya kepada seluruh anak dan seluruh komponen bangsa tentang prioritas kebutuhan perlindungan anak dan kelangsungan hidup anak di masa depan.
Masa kanak-kanak adalah masa yang tidak dapat diulang kembali. Terutama di awal-awal tahun pertama kehidupan anak adalah masa terpenting bagi anak. Masa ini sering disebut dengan Goldea Age atau masa keemasan bagi anak, yaitu saat anak berusia 0-5 tahun. Karena pada saat itu, kemampuan otak anak untuk menyerap informasi sangat tinggi, tanpa melihat baik dan buruknya. Apapun yang diberikan akan berdampak bagi si anak di kemudian hari.
Oleh karenanya, orang tua sangat berperan penting bagi proses tumbuh dan kembang anak. Orang tua hendaknya bisa mendidik dan mengoptimalkan kecerdasan anak baik secara intelektual, emosional dan spriritual. Jadi, orang tua harus mampu menjadi teladan yang baik bagi anak.
Masa kanak-kanak juga identik dengan bermain. Orang tua dituntut harus pintar memilih mainan yang bermanfaat bagi anak-anaknya. Apalagi sekarang kita sering mendengar istilah bermain sambil belajar. Bahkan Majalah Bobo juga memakainya sebagai slogannya, yaitu “Teman Bermain dan Belajar”. Tapi saat ini, apakah slogan itu masih berlaku untuk anak-anak kebanyakan?
Pada masa kanak-kanak, belajar sambil bermain adalah salah satu metode belajar yang efektif. Kemajuan teknologi saat ini juga mempermudah proses belajar anak. Misalnya penggunaan internet. Tidak jarang juga guru di sekolah memberi tugas yang mengharuskan anak menggunakan internet. Tetapi disamping itu, tentu saja juga memiliki dampak yang negatif. Bila tidak ada pengawasan dari orang tua dan masyarakat, anak-anak dapat menyerap pengetahuan yang seharusnya belum waktunya mereka dapatkan. Misalnya seperti situs yang mengandung content pornografi, dan tidak sedikit game yang banyak terdapat di internet mengandung content tersebut. Selain itu game-game tersebut tanpa disadari juga mengajarkan sikap agresif pada anak dan mengurangi interaksi sosial anak bersama teman-temannya.
Di Takengon Kabupaten Aceh Tengah sendiri, tidak jarang kita menjumpai anak-anak sebagai pengunjung internet setahun belakangan ini. Hal ini memerlukan pengawasan dari orang tua maupun masyarakat. Kontras sekali dengan jenis permainan tradisional yang hampir punah sekarang ini. Pada saat saya masih kanak-kanak banyak sekali permainan tradisional, seperti permainan asin, kring, petak umpet, patok lele, dsb. Permainan tradisional ini sebenarnya sarat dengan sarana belajar juga bagi anak. Karena selain melatih keterampilan motorik anak, juga dapat melatih hubungan interpersonal anak terhadap teman-temannya.
Begitu juga dengan tayangan TV, banyak tayangan yang tidak seharusnya ditonton oleh anak-anak. Banyak tayangan televisi yang mengandung kekerasan dan acara yang belum layak ditonton oleh anak-anak. Masa kanak-kanak adalah masa dimana anak banyak belajar dengan meniru apa ia lihat dan ia dengar. Banyaknya tayangan yang menayangkan tayangan kekerasan dapat memicu sikap agresi pada anak.
Begitu juga dengan acara musik yang ada sekarang, sangat jarang menayangkan acara musik untuk anak-anak. Sehingga anak-anak sekarang tidak mengenal lagi lagu anak-anak. Lirik-lirik yang terdapat di lagu untuk orang dewasa tidak jarang memicu keingintahuan anak-anak akan apa maknanya. Contohnya saja, tetangga saya yang masih TK lebih sering menyanyikan Cari Jodoh – Wali dibandingkan menyanyikan lagu Bintang Kecil.
Kita orang dewasa kebanyakan sering merasa lucu dan menganggap ini adalah hal yang biasa, padahal ini dapat berpengaruh pada keadaan psikologis anak. Inilah salah satunya penyebab anak sekarang lebih cepat dewasa dibandingkan dengan anak-anak zaman dulu. Oleh karena itu, pengawasan orang tua terhadap tayangan TV yang ditonton oleh anak sangat diperlukan.
Seperti kita ketahui, anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang besar. Rasa ingin tahu itu tentu saja harus disalurkan secara positif. Dan usahakan agar anak tidak merasa cepat kenyang. Cara yang tepat adalah dengan meletakkan permasalahan di hadapannya dan membiarkan anak menyelesaikan sendiri dengan stimulus dari kita. Intinya, rangsanglah anak untuk bias menjawab dan menyelesaikan permasalahannya sendiri.
Jangan jadikan anak manja dan menyukai segala sesuatu yang bersifat instan. Salah satu cara untuk merangsang rasa ingin tahu anak dengan mengajarkan anak gemar membaca. Ini tentu saja dapat dimulai jika kita orang tuanya juga cinta membaca. Karena anak akan meniru kebiasaan orang tuanya. Kita dapat membiasakan hal ini sejak anak masih di dalam kandungan. Ibu hendaknya mulai membacakan dongeng untuk anak mulai saat itu. Dan saat anak mulai mengenal buku, bukalah buku bersama anak dan membacalah untuk mereka. Ini akan memicu anak untuk mulai belajar banyak bertanya. Karena pada awalnya, sering kali banyak kata atau kalimat yang belum dimengerti oleh anak. Tentu saja orang tua juga harus pintar memilih bacaan yang tepat untuk anak.
Di Tanoh Gayo sendiri dan Takengon khususnya, amatan kami budaya membaca masih sangat rendah. Diharapkan dengan peringatan Hari Anak Nasional 2011 ini, ada kesadaran dari orang tua dan masyarakat untuk menggalakkan gerakan cinta membaca pada anak-anak.
Pendidikan tentu saja adalah keharusan bagi setiap anak. Tetapi masih banyak anak-anak yang tidak bisa menikmati bangku sekolah. Tetangga saya, ada yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMP karena masalah ekonomi orang tuanya. Padahal anak memiliki prestasi yang bagus saat di bangku SD. Dari pihak SD tidak ada tindakan apa-apa, entahlah karena mereka tidak tahu atau tidak peduli. Semoga saja, hal ini dapat menjadi perhatian dari pemerintah. Bukankan kita memiliki program wajib belajar Sembilan tahun. Hal ini juga menjadi pelajaran untuk calon orang tua. Karena memiliki anak berarti kita sudah siap memenuhi semua hak-hak mereka nantinya. Baik itu hak lahir maupun bathin.
Apa yang saya jabarkan di atas hanyalah beberapa hal yang harus diwaspadai orang tua dalam proses tumbuh kembang anak. Tentu saja masih banyak lagi permasalahan anak yang harus diperhatikan oleh orang tua. Ternyata peran orang tua itu bukanlah perkara gampang. Karena lingkungan adalah faktor penting yang akan menjadi tiruan langsung bagi anak dalam usia berkembang.
Semoga dengan memperingati Hari Anak Nasional ini bukan hanya dijadikan sebagai sekedar perayaan saja, tetapi para orang tua semakin memperhatikan kualitas hal-hal yang mereka berikan pada anak dan lebih peka akan tumbuh kembang anak Begitu juga dengan masyarakat dan pemerintah juga lebih memperhatikan pelayanan kesejahteraan dan perlindungan bagi anak-anak.
Selamat Hari Anak Nasional untuk semua anak Indonesia. Mari saling berbagi untuk anak bangsa, mari munculkan senyuman di wajah mereka yang memberi harapan akan masa depan. Maju terus anak Gayo, anak Indonesia.
*Mahasiswa asal Gayo Takengon Aceh Tengah di Medan Sumatera Utara