Menag RI Canangkan Gemar Mengaji

Banda Aceh | Lintas Gayo : Menteri Agama Republik Indonesia, Surya Darma Ali, bertempat di Mesjid Raya Baiturrahman Banda Aceh mencanangkan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemar Mengaji), Minggu (24/7).

Menurut ketua panitia penyelenggara acara tersebut, Kepala Dinas Syari’at Islam Aceh, Prof. Dr. Rusjdi Ali Muhammad, SH., MA, acara tersebut terselenggara berkat dukungan penuh Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, yang dinyatakan pada pembukaan MTQ Provinsi Aceh di Aceh Tamiang dua minggu lalu.

Dalam laporannya,  ketua panitia ini menjelaskan acara tersebut dihadiri selain Menteri Agama juga oleh beberapa anggota DPR RI, Gubernur dan Wagub Aceh, pimpinan dan anggota DPRA, serta Muspida Plus lainnya dan semua pimpinan SKPA; juga hadir sejumlah bupati/walikota dan DPRK se-Aceh.

“Unsur masyarakat Aceh yang datang adalah seluruh madrasah baik MI, MTs, serta MA yang ada di kota Banda Aceh dan Aceh Besar. Juga hadir dari kalangan dayah. Selain itu masyarakat umum juga tampak sesak berbaur dengan jama’ah yang diundang”, papar Kadis Syari’at Islam Aceh ini.

Mengawali sambutannya, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf terlebih dahulu menyentil masalah kuota haji. Gubernur “mengingatkan” janji Menteri Agama ketika membuka Muswil Partai Persatuan Pembangunan Aceh di Takengon di tanggal 5 Februari 2011 yang lalu.

Saat itu, menurut Wakil Gubernur yang turut dalam acara tersebut, Menteri Agama berjanji akan menambah kuota haji Aceh tahun 2011 dari 3922 orang menjadi 5000 orang calon haji.

“Daftar tunggu (waiting list) jama’ah haji Aceh saat ini mencapai 41.200 orang, artinya perlu waktu sebelas tahun untuk menunggu jika masih dengan kuota yang ada saat ini,” kata Irwandi dengan sedikit berseloroh. Gubernur menyatakan jika menuruti waiting list yang ada saat ini maka banyak dari para calon jama’ah haji tersebut yang sudah almarhum.

Berkaitan dengan Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji, Gubernur menyatakan melihatnya dari dua dimensi, pertama sebagai bukti manifestasi Pemerintah dan masyarakat Aceh pada gerakan moral yang dicanangkan oleh Menteri Agama secara nasional dan kedua, sebagai wujud keprihatinan pemerintah dan masyarakat Aceh terhadap kenyataan banyaknya anak-anak di Aceh baik yang berasal dari Aceh atau dari luar Aceh, yang masih buta huruf al-Qur’an.

“Fenomena yang menurut Gubernur sulit ditemukan dalam masyarakat Aceh di masa lalu. Kondisi inilah yang dimanfaatkan pihak-pihak penyesat akidah sehingga banyak anak-anak Aceh saat ini yang terperosok ke aliran sesat dan pendangkalan akidah,” kata Gubernur.

Sebagai bukti dukungannya kepada Gemar Mengaji ini, maka sebelum menutup sambutannya, Gubernur memberi instruksi langsung kepada empat SKPA, Dinas Syari’at Islam, Badan Pembinaan Pendidikan Dayah, Kanwil Kemenag Aceh, serta Biro Isra Setda Aceh untuk segera berkoordinasi dengan Biro Hukum Setda Aceh untuk segera menyusun Instruksi Gubernur tentang Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji ini. Diharapkan Ingub ini segera dapat terealisasi sehingga gerakan ini mendapat dukungan moril dan materil yang memadai.

Sebelum menutup sambutannya, Gubernur Irwandi menyampaikan harapannya kepada semua lapisan masyarakat Aceh agar membantu suksesnya gerakan ini.

Menanggapi paparan Gubernur Aceh tersebut, Menteri Agama menyatakan panjangnya daftar tunggu jama’ah calon haji Aceh adalah indikasi membaiknya perekonomian masyarakat Aceh, jadi menurut dia tidak perlu dirisaukan.

“Pihak kami setiap tahun berusaha meminta kerajaan Saudi untuk memberi tambahan kuota untuk Indonesia. Namun untuk mendapatkan tambahan kuota sangat sulit mengingat untuk Indonesia sendiri, Arab Saudi telah memberikan kuota yang banyak,” ujar Menag. Namun, dia berjanji jika ada sinyal positif dari Saudi maka ia akan menambah kuota haji untuk Aceh.

Selanjutnya terkait Gerakan Masyarakat Maghrib mengaji, menurut Menag, ide ini beranjak dari keprihatinan terhadap dekandensi moral yang melanda generasi muda saat ini. Hilangnya tata krama seperti sopan-santun dan  hormat pada orang tua dan guru.

“Banyak anak yang kini berani melaporkan orang tuanya ke badan hak asasi manusia karena menuduh orang tua mereka telah melakukan kekerasan. Demonstrasi mahasiswa, tawuran, narkoba, dan sebagainya adalah akibat dari runtuhnya sistem  nilai yang kita miliki,” keluh Menag.

Selain itu berkaitan dengan Ramadhan, Menag juga mencanangkan Pesantren Kilat Nasional (PSN) dimana semua anak baik dari madrasah atau sekolah sama-sama harus belajar agama di pesantren-pesantren yang memiliki warisan klasik ini. Menag mengharapkan betul agar kegiatan Ramadhan diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.

Dalam kesempatan tersebut, Menag juga memberikan dana bantuan untuk Gemar Malam sebesar Rp.29.300.000.000,-. (MH)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.