Banda Aceh yang panas. Setengah kota ini dikelilingi laut. Dari Lhoknga -Krueng Raya. Sebagai kota pesisir. Penghuninya terbiasa habiskan waktu di warung kopi.
Setelah melakukan kegiatan rutin. Tempat yang ramai adalah warkop dan pusat jajanan. Petang hingga tengah malam, keramaian akan berpusat di tempat ini.
Kawasan Aceh Besar adalah lahan pertanian. Terutama sawah menghampar . Mulai dari Seulawah hingga ke tepi kota.
Paska tsunami, geliat kota Banda Aceh tumbuh lebih modern. Ditandai dari bangunan dan gaya hidup.
Disisi lain , puluhan, ratusan pasantren telah lama ada dan terus berkembang. Seperti dua sisi mata koin. Religius dan modernitas
Selain kafe kafe dan pusat jajanan yang dijubeli warganya, Mesjid juga menjadi tempat yang adem dan menenangkan. Dan disesaki warganya.
….
Saya berkunjung ke sebuah kafe. Rumah sederhana yang sebagian dindingnya dibobok. Tempatnya menjadi terbuka. Hampir setiap meja penuh.
Hampir semua menunya adalah menu modern. Tak biasa kita dengar dan rasakan. Apalagi orang seperti saya, dari gunung.
Kafe berbahaa Inggris ini telah membuka dua cabangnya di Lambhuk dan Lamteumen. Di kafe yang pertama yang dibangun ,tempatnya berada di pemukiman. Sedikit jauh dari jalan utama. Hebatnya , semua kursi hampir terisi.
Saya berpikir, apa yang membuat orang setia datang kemari?. Jawabnya tentu saja selera yang terpenuhi dari makanan, minuman dan suasana tentu saja
Mereka yang datang, ngobrol sesamanya atau memainkan gawainya. …
Memiliki tiga kafe, satu malam dari satu kafe ini bisa hasilkan hampir Rp. 500 juta kotor.
Dari tiga outlet kafe ini jumlah pekerjanya sekitar 200 orang. Dengan gaji training selama tiga bulan sekirar Rp. 1.3 juta.
Setelah tiga bulan menjadi diatas Rp 2 juta.
….
Itu barulah satu kisah dari satu kafe. Ratusan kafe lainnya sepanjang jalan protokol di Banda Aceh setiap malam.penuh sesak.
Di satu tempat ditepi jalan, penjual mie dengan merek G, dipadati pembeli yang antri panjang. ‘”Mie ini sedang ttrendi di sini”, kata keponakan saya.
..
Panasnya Banda Aceh membuat penduduknya lebih suka berada di luar rumah. Ya ke kade kafe dan pusat jajanan dan warkop.
Lantas bagaimana melewati hari dan malam yang panas di Banda Aceh?. Angin buatan. Hampir semua rumah memiliki mesin angin buatan.
Tiap kamar dan ruangan dipasangi mesin angin buatan yang tak henti. Seorang ponakan yang kuliah di Usk, biasa menghabiskan waktunya di luar rumah.
Rata rata waktu pulang ke tempat kos, tengah malam. Selebihnya, di kafe. Pulang kerumah ,tidur ditemani angin buatan, buka baju.
Jika tak ada kuliah,atau keponakan lain yang kerja, tidur adalah kemerdekaan. Selain santai di kafe.
Waktu yang dipakai para keponakan ini untuk tidur sekitar 10 jam . Bahkan bisa lebih. Para keponakan ini dibekali motor. Rumah sewa dan transferan tiap bulan.
….
Tak jauh dari Banda Aceh, tepatnya di seputar Sibreh, Aceh Besar, 20 Juli 2024 , ratusan anak anak masuk sekolah dan asrama. Pasantren Insan Qurani.
Para santri putra putri berasal dari seluruh Aceh. Dengan jumlah santri 2000 orang. Sekitar 80 santri IQ alumnus atau sedang berada di Al Azhar Kairo dan beberapa lainnya di negara Arab.
Banyak orang tua yang menginginkan anaknya bisa sekolah di Dayah IQ. Lulusan dari sini banyak diterima di perguruan tinggi negeri di antero Indonesia.
Pasantren ini sangat sederhana. Bahkan ketika kami mengantarkan anak tes masuk, halaman pasantren ini banjir.
Namun antusias warga Aceh mendaftar sangat tinggi dengan kursi terbatas. Dengan keunggulan dibidang ilmu Alqur’an dan umum.
…
Lamreung Juli 2024.