Serbejadi Yang Belum Serba Jadi

SETELAH menempuh perjalanan dengan sepeda motor sekitar satu setengah jam dari Peunaron, Jumā€™at (2/3/2012) tepat pukul 12.45 Wib Lintas Gayo tiba di Ibukota Kecamatan Serbejadi Aceh Timur, yang bernama Lokop berjarak sekitar 50 kilometer dari Peunaron.

Sepanjang perjalanan kami menemui kesulitan untuk bisa sampai ke tujuan dikarenakan jalan yang berliku dan rusak parah, lebih parah dibandingkan jalan menuju kecamatan Peunaron dari arah Peurlak Aceh Timur. Butuh kelihaian saat menyeberangi jembatan yang terbuat dari balok kayu hasil swadaya masyarakat setempat karena kondisinya yang terbilang tidak wajar untuk sebuah lintasan Provinsi.

Sebelum tiba di ibu kota kecamatan Serbe Jadi kamiĀ  bertemu dengan sekelompok siswa yang baru pulang dari sekolah yang tidak mengenakan alas kaki, terlihat memprihatinkan dan kami coba mendekati salah seorang dari mereka, Jufri yang duduk di bangku kelas V SD Negeri 1 Lokop bercerita bahwa setiap harinya mereka berjalan kaki dari desa mereka Dusun Sosial yang berjarak kurang lebih 3 Km menuju ke sekolah mereka di ibukota kecamatan.

Setibanya kami tiba di ibu kota kecamatan Serbe Jadi, kantor camat tampak sepi, maklum waktu shalat Jumā€™at akan segera tiba. Namun kami coba juga menuju gedung Puskesmas kecamatan yang pintunya terlihat masih di buka. Di tempat tersebut kami menjumpaiĀ  salah seorang anggota DPRK Aceh Timur dari Komisi D yang juga warga asli desa tersebut Mat Rais, SE.

Mat Rais menjelaskan tentang kondisi penduduk setempat dan terkait tentang pendidikan di kecamatan tersebut.

ā€œUntuk saat ini kita sudah menyekolahkan beberapa orang untuk melanjutkan kuliah di luar daerah dan sementara kita telah memiliki TK,SD, SMP, SMU dan untuk kondisi Sekolah sudah 75 persen permanen dengan tenaga pengajar sudah bisa dikatakan layak untuk kapasitas kecamatan,ā€ jelasnya sambil ia berpamitan menuju Masjid kecamatan untuk menunaikan Shalat Jumā€™at. Dan Langkahnya kami ikuti karena memang kewajiban bagi orang muslim.

Warga Serbejadi 98 Persen Urang Gayo ā€œPetaniā€

Setelah shalat Jumā€™at kami bergegas menuju kediaman Sekretaris Camat, Utih Arrasyid yang baru di lantik pada tahun 2011 menggantikan posisi Kamaruddin (saat ini sebagai camat) yang pada saat itu sedang berada di Langsa, Letaknya tidak jauh dari kantor camat ia menemui kami dengan ramah kemudian ia langsung mempersilahkan kami masuk. Dia menyuguhi kami dengan segelas teh hangat.

Sedikit berkenalan kami lalu kami coba ingin mengenal lebih jauh tentang kecamatan yang 98 persen masyarakatnya bersuku Gayo dan berprofesi sebagai petani tersebut.

Di kantor camat ini diperoleh data jika Kecamatan tersebut memiliki luas 22.030,745 Kilometer persegi yang dibagi atas 3 kemukiman antara lain Jering dengan mebawahi 6 Kampung, Jering, Loot, Nalon, Sekualan, Sunti, Umah Taring.

Selanjutnya Mukim Bunin yang membawahi 6 kampung antara lain kampung Bunin, Sembuang, Selemak, Mesir, Rampah dan Arul Dukun. Mukim yang terakhir adalah Mukim Tualang yang menaungi 5 kampung di antaranya kampungĀ  Lukup, Tualang, Terujak, Lelis, dan Ujung Karang. Total jumlah penduduk Serbe Jadi ada 1.508 kepala keluarga (KK) dengan 6312 jiwa, terdiri dari 3030 pria dan 3282 wanita.

Kepada Lintas Gayo, Utih Arrasyid menceritakan pada umumnya masyarakat Kecamatan Serbe Jadi bekerja sebagai petani dan pekebun. Hasil pertanian biasanya tidak untuk di jual akan tetapi untuk di konsumsi sendiri.

Tidak dari perkebunan, masyarakat mengandalkan tanaman Sawit, Coklat dan Karet. Masyarakat menjualnya pada toke-toke yang datang langsung ke ladang warga. Dan pertahunnya kecamatan ini menyumbang Rp. 6.000.000 untuk Pendapatan Asli Daerah (PAD) ke kas daerah Kabupaten Aceh Timur.

Ada 100 Anak Putus Sekolah

Kondisi pendidikan di kawasan mereka, menurut Utih masih ada sekitar 100 anak yang putus sekolahnya akibat masalah perekonomian. ā€œDi sini ada dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) akan tetapi dari pihak sekolah tidak pernah melibatkan pihak kecamatan untuk ikut membahas tentang program pemerintah tersebut, padahal pendidikan merupakan tanggung jawab kita bersama,ā€ kata Utih bernada kritik.

Sementara itu sampai saat ini ada sekitar 1 Pesantren bernama Rabbul Hasanah. Untuk pendidikan dasar ada 3 SDN di kecamatan tersebut antara lain SDN 1 Lokop, SDN 2 Sekualan dan SDN 3 Tualang. Selanjutnya ada SMK dengan Jurusan Pertanian dan Peternakan.

Khusus pendidikan, menurut Sekcam Utih, masih mengalami banyak kendala karena dari 17 kampung kami hanya memiliki 6 sekolah yang banyak dari beberapa desa siswanya harus berjalan beberapa kilometer yang untuk seusia mereka jika diceritakan cukup menyedihkan.

ā€œSebagai contoh siswa SD dari Dusun Sosial untuk ke sekolah mereka harus berjalan sejauh 3 sampai 5 kilometer bayangkan untuk anak sebaya mereka, ini sangat memprihatinkan,ā€ ujar Utih.

Dia berharap di tahun yang akan datang sekolah-sekolah sudah bisa di bangun lagi untuk daerah yang jauh jangkauannya dari pusat Kecamatan.

ā€œSemoga Pemkab Aceh Timur mempunyai alternatif lain, memberikan bus sekolah misalnya agar siswa bisa mengenyam pendidikan tanpa harus berfikir lelah berangkat dan sepulangnya mereka dari sekolah,ā€ pungkas Utih mengakhiri keterangannya.

Serbe Jadi yang belum “serba jadi” itulah yang terlihat dan terasakan saat menuju dan berada disana. Memang tidak ada yang sempurna didunia, namun upaya wajib ada. Berjuanglah saudaraku…. (Konadi Adhani/red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments