Gayo Cupper Team Latih Produser Kopi Meroasting

Pante Raya | Lintas Gayo – Tim Gayo Cupper Team yang diketuai Mahdi  Usati, selama tiga hari sejak tanggal 9-11/7, melatih sekitar 30 pengusaha kopi Gayo menjadi penyangrai kopi handal.

Pelatihan puluhan pengusaha kopi Gayo ini difasilitasi IOM-SEGA bertempat di  Puskud Aceh Pante Raya Bener Meriah.

Juandi, Salah seorang ahli kopi Gayo yang kini bekerja untuk perusahaan asing di Takengon, mengungkapkan, kualitas hasil roasting sangat ditentukan oleh banyak faktor, seperti bahan baku kopi, manusia, tehnologi serta tehnik meroasting serta penyimpanan.

Selama ini, sebut Juandi, keahlian putra Gayo dibidang kopi seperti ahli roasting, ahli rasa dan ahli kualitas kopi Gayo (Q grader) lebih banyak dimanfaatkan perusahaan luar dibandingkan pengusaha lokal.

Untuk itu Juandi berharap kedepan saatnya  putra daerah Gayo bangkit dengan memanfaatkan keahlian ini. Sehingga kualitas kopi Gayo yang sudah dikenal dunia dengan rasa yang khas dan aroma yang menonjol , dapat dilakukan memenuhi kebutuhan pasar Internasional.

Sementara itu, instruktur roasting, Mahdi Usati menjelaskan, keahlian yang mereka miliki di Gayo Cupper Team ternyata mendapat banyak tawaran untuk bekerja di banyak tempat hingga keluar negeri dengan gaji yang jauh lebih mahal.

“Namun kami memilih tetap bekerja di Gayo agar ilmu yang kami miliki bisa kami sumbangkan  untuk daerah”, tegas Mahdi.

Dipaparkan Mahdi, keahlian meroasting memiliki standar yang harus dipenuhi, sehingga standar roasting lebih kurang akan sama meski mesin roastingnya berbeda. Standar itu antara lain, beber Mahdi, adalah, kisaran waktu roasting antara 8-12 menit.

“Meroasting bukanlah saja soal temperature tapi juga berapa lama kopi diroasting”, ungkap Mahdi. Berdasarkan pengalaman meroasting kopi arabika Gayo dari berbagai tempat dan kabupaten Gayo, menurut Mahdi, kisaran roasting yang paling disukai konsumen adalah pada tingkatan Medium-medium to dark.

Setelah kopi diroasting, tambah Mahdi, kopi terlebih dahulu harus didinginkan dengan rentang waktu 8-24 jam. “Jika kopi yang telah diroasting tidak didinginkan, karakter dan rasa kopi belum maksimal karena adanya gas karbon dioksida pada kopi. Ini bisa merusak kesehatan”, imbuh Mahdi.

Selain meroasting, peserta pelatihan roasting juga diperkenalkan pada metode melakukan sebuah uji rasa kopi (cupping). Selain itu, pkepada para pengusaha kopi di Takengon, juga diperkenalkan tentang Resi Gudang oleh Indrajit dari IOM-SEGA.

Indrajit menjelaskan, resi gudang sangat penting bagi petani kopi karena bisa dijadikan jaminan pengambilan uang di Bank. Bukan itu saja, dengan menyimpan kopi dengan sistim resi gudang, kopi petani mendapat penilaian mutu, hingga nilai score kopi.

Sejumlah peserta pelatihan roasting, mengaku pelatihan ini sangat berarti bagi mereka karena selama ini meroasting hanya menggunakan petunjuk buku atau sekedar bertanya dari sesama roaster.

Kini di Takengon, sedang tumbuh berbagai cafe yang menyediakan kopi dengan olahan moderen karena menggunakan mesin espresso dan sejumlah tehnik penyajian kopi lainnya serta tumbuh dan berkembangnya roaster-roaster kopi.

Demikian halnya kopi olahan dalam bentuk lainnya seperti penyediaan bubuk kopi  gayo arabika dengan kemasan alumunium foil . Kopi Gayo saat ini dilindungi secara geografis dan terhimpun didalam Masyarakat Perlindungan Kopi Gayo (MPKG).

Mustafa Ali , ketua MPKG kepada peserta pelatihan roasting meminta agar pengusaha kopi gayo mencantumkan MPKG dalam produknya dan memanfaatkan Gayo Cupper Team guna menentukan skor kopi yang dijual.

Kebanyakan kopi Gayo adalah berjenis specialty dan merrupakan anugerah terbesar bagi rakyat Gayo, demikian Mustafa Ali (Win RB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments