“Awalnya saya hanya seorang yang gemar membaca namun lambat laun, saya pun mulai tertarik pada dunia tulis menulis.” Ungkap seorang wanita keturunan spanyol itu. Namanya Esmeralda Santiago, ia adalah seorang penulis, dosen dan pembuat film yang telah diakui. Lahir di San Juan, Puerto Rico dan pindah ke Amerika Serikat saat berumur 13 tahun. Ia anak tertua dari 11 bersaudara. Esmeralda bersekolah di SMA khusus seni pentas di New York, di mana ia mengambil jurusan drama dan seni tari. Setelah bersekolah dan bekerja selama 10 tahun, beliau lulus dari Universitas Harvard dengan predikat magna cum laude tahun 1976.
Tepat pada hari Selasa sore, 9 Oktober 2012. Pukul 16.20 Wib, bertempat di gedung pameran taman budaya Sumatera Utara. Ruangan sudah ramai disesaki oleh para sastrawan, penulis muda maupun kalangan mahasiswa, guna mengikuti acara temu ramah bersama wanita yang terkenal dengan buku memoarnya When I Was Puerto Rican. Kedatangan Esmeralda ke Kota Medan usai mengikuti Ubud Writers dan Readers Festival di Bali, menjadi ketertarikan bagi peminat sastra di Kota Medan. Sebab acara yang diadakan berkat kerja sama antara Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan dan Kedubes AS di Sumatera Utara ini, merupakan acara yang sangat langka. Pasalnya, sastrawan yang dihadirkan adalah sastrawan dunia yang terkenal yaitu Esmeralda Santiago.
Acara yang diawali dengan pembacaan puisi oleh tiga sastrawan Sumatera Utara yakni Hasan Al-Banna, Raudah jambak dan YS Rat pun menjadi pembuka acara yang meriah. Dilanjutkan dengan kata sambutan dari Bapak Bangun Nasution dari pemko Medan dan Mrs. Cathrine dari konsul kedubes AS untuk Sumatera Utara. Acara selanjutnya, langsung diisi oleh Sastrawan Esmeralda Santiago yang ditranslatori oleh Mbak Dian.
Esmeralda Santiago mengakui, bahwa ia sangat terkesan dengan Indonesia. Ia merasakan bahwa masyarakat indonesia, sangat bergairah dan emosional dalam berkarya dan itu ditunjukkan dengan ekspresi. Ia juga bercerita tentang proses kreatifnya dalam berkarya serta kehidupannya di Puerto Rico, kota kelahirannya. Esmerlada sebagai penulis novel, essai dan memoar ini juga mengakui, bahwa ayahnya-lah yang menjadi inspirasinya. Sebab ayahnya, begitu menghargai tulisan dan bacaan.
Tulisan Esmeralda yang banyak mengangkat kebudayaan daerahnya di Puerto Rico, menjadi bahasan yang menarik sebab ia yang putri asli Spanyol menulis dengan bahasa Inggris bukan Spanyol. Ia juga mengakui bahwa orang-orang di kota asalnya sangat menyayangkan dirinya sebagai penulis terkenal dari Puerto Rico namun menulis dengan bahasa Inggris bukan Spanyol. Namun sekarang, selain menulis dalam bahasa Inggris, karya-karyanya juga tersedia dalam bahasa ibunya, bahasa Spanyol. Bahkan buku-bukunya juga telah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Jerman, Italia, Portugis, Rusia dan Swedia. Selain aktif berkarya di bidang media dan literatur, Esmeralda Santiago aktif pula sebagai sukarelawan di masyarakat, berfokus pada isu paham media (media Literacy), imigrasi, isu wanita dan pendidikan.
Esmeralda yang bersuamikan seorang sutradara yaitu Frank Cantor ini, dengan semangat memberikan motivasi kepada para peserta yang hadir. Ia memberikan motivasi khusunya pada penulis muda untuk menulis sebagai wahana memperkenalkan kebudayaan, apalagi di Indonesia yang pada dasarnya kaya akan keanekaragaman budaya. “Kebudayaan itu membutuhkan seniman/sastrawan, sebab seniman/sastrawan-lah yang memperkenalkan kebudayaan.”
Salah satu motivasi yang disampaikan olehnya. Sejak kecil ia yang gemar membaca, sangat menghargai ambisi/keinginan. Sebab ia berpendapat jika kita menghargai ambisi/ keinginan sendiri, maka orang pun akan menghargai keseriusan kita itu. Di sela kesibukannya, ia juga sangat disiplin dengan waktu. Hal ini ia sampaikan, setidaknya dalam seminggu ia memiliki waktu khusus tiga hari untuk menulis dan itu ia lakukan dari dulu hingga sekarang.
Hari makin sore, acara pun masuk pada sesi tanya jawab. Antusias dari para peserta begitu ramai berdatangan dan Esmeralda dengan senang hati dan runtun menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar kepadanya. Dan tepat pukul 18.00 wib acara ditutup. Esmeralda yang begitu ramah dengan senyumnya yang merekah, menerima ajakan foto dari para peserta yang ramai. Ini suatu potret yang menarik pula dari sosok Esmeralda, sebab ia seorang sastrawan yang mendunia namun tetap bersahaja. (Zuliana Ibrahim)