Antara Film dan Sinetron

Oleh:  Husaini Muzakir Algayowi*
DSC01594 - Copy

Dalam  beberapa hari ini, semua media masa membahas tentang qanun WN, bendera dan lambang. Penulis  berinisiatif menulis artikel ini sebagai  hiburan dan menambah wawasan bagi penulis dan bagi teman-teman yang membacanya, semoga bermanfaat walaupun artikel ini  masih banyak kekurangan.

Dulu film Indonesia terkenal dengan film Horornya, tapi film horror ini terus digilas oleh perkembangan  zaman. Saat ini film Indonesia di dominasi oleh film-film yang bersifat mendidik sehingga bisa di ambil manfaat dari  film tersebut.

Beberapa tahun terakhir perfilman Indonesia kian marak dengan Film-film Religius dan Film yang bertemakan Pembangun jiwa  atau Motivasi Pembangkit Jiwa dan lain sebagainya. Ini tidak lepas dari karya para Novelis yang handal, yang mana novel-novel yang mereka ciptakan sangat diminati oleh semua kalangan  masyarakat mulai dari kalangan  para remaja  sampai orang  tua, sehingga para Produser dan Sutradara mengambil kesempatan ini dan berlomba-lomba untuk membuat film sesuai dengan isi novel tersebut. Sebut saja Novel yang fenomenal karya Habiburrahman El-shirazy yang berjudul “Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih 1 dan 2. Dan Novel terlaris dalam sejarah Indonesia “laskar pelangi”  karya Andrea Hirata, ada juga  Novel kehidupan santri “Negeri 5 Menara” karya a.fuadi, kemudian muncul Novel terbaru yang membuat para Intelektual dan pecinta Novel terkesima dengan Novel “Habibie dan Ainun” karangan sang jenius putra terbaik Indonesia dan juga  mantan presiden Indonesia B.J Habibie yang menceritakan tentang kisah nyata perjalanan hidup bapak Habibie dan tentunya tentang kesetiaan cinta yang abadi dan murni. Dari novelis  yang hebat munculluh sebuah film  yang bermutu juga sehingga bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.

Fenomena  Laskar Pelangi

Dari beberapa film yang ditayangkan, dalam benak saya ada satu film yang menurut saya yang fenomenal, salah  satu wajah  pendidikan Indonesia dan bisa membangun jiwa atau bermimpi untuk meraih cita-cita setinggi langit yaitu novel/film “Laskar Pelangi” yang ditonton oleh semua kalangan  baik  rakyat biasa maupun para pejabat sekalipun dan tidak tanggung-tanggung bapak presiden Susilo Bambang Yudhyono memberi pujian terhadap film ini, dan  setiap tanggal 2 Mei film  ini ditayangkan dalam memperingati Hari Pendidikan Nasional. Novel laskar pelangi ini menginspirasi jutaan orang dan salah seorang pembawa acara show yang terkenal –Andy F. Noya pernah  berujar bahwa “Fenomena laskar pelangi begitu luar biasa, seperti sihir bagi para pembacanya, semangat laskar pelangi menular pada pembacanya dan menjadi inspirasi untuk terus bermimpi kemudian bangkit mengejar mimpinya”.

Dalam film laskar pelangi ini menginspirasi untuk bermimpi meraih cita-cita, jangan  takut bermimpi. Lagi pula mimpi itu gratis itulah yang di emban para anak-anak laskar pelangi dan  mereka amat yakin tentang pendidikan.

Salah satu yang paling berpengaruh terhadap anak-anak laskar pelangi adalah  Bu Mus. Dalam film laskar pelangi ini bagaimana Bu Mus yang diperankan oleh Cut mini memperjuangkan anak-anak  muridnya untuk bisa belajar  walaupun dana dan prasarana jauh dari kelayakan, dan berbagai macam tipe anak muridnya akan tetapi dengan semangat, motivasi dan kecintaanya terhadap mengajar membuat anak-anak muridnya patuh terhadap Bu Mus. Apa kata Fajri (Mahar) salah seorang anggota laskar pelangi “yang paling saya kagumi dari Bu Mus adalah keikhlasannya mengajar”.

Perfilman  Indonesia beberapa tahun terakhir semakin diminati oleh masyarakat Indonesia,  dari novel-novel yang berkualitas menjadi film yang bermutu menjadikan film sebagai menambah wawasan dan tentunya bisa merubah dan membangkit jiwa dengan motivasi-motivasi  yang disuguhkan  oleh novelis yang berkelas dunia. Hanya saja ada beberapa film yang kontroversi dan sangat provokatif itu hanyalah orang-orang kapitalis yang ingin meruntuhkan generasi muda melalui film-film tersebut, oleh karena itu  kita harus memfilter film-film mana saja yang bermutu dan bisa kita ambil manfaatnya.

Sinetron

Lain lagi  dengan fenomena  sinetron, ini merupakan penyakit takut  masyarakat Indonesia yang susah dibasmi, sinetron ini biasanya digemari oleh para kalangan ibu-ibu rumah tangga dan para kalangan remaja perempuan. Mereka seakan-akan terbuai dan terpesona dengan jalan cerita sinetron tersebut, sinetron lebih banyak menghasilkan kesan-kesan yang tidak mendidik bahkan parahnya lagi saat shalat maghrib dan shalat Isya ditayangkan sehingga perintah Allah  dinomor duakan dan lebih mementingkan sinetron tersebut daripada ibadah.

Adapun negatif-negatif dari sinetron tersebut, sebagaimana yang di uraiakan oleh Abdul Aziz Saefuddin dalam bukunya yang berjudul “Republik Sinetron”, ada beberapa nilai yang  tidak layak dan  jauh dari akal sehat dari sinetron tersebuat, yaitu: Bisa menimbulkan nilai-nilai kekerasan, Sebagai contoh dalam sebuah tayangan sinetron keluarga,  seorang  suami yang tidak  sependapat dengan sang istri dalam suatu permasalahan rela menganiaya istrinya.  Apabila tanyangan ini sering ditonton oleh  pemirsa yang kurang baik dalam mencerna suatu  tayangan, maka dapat dipastikan tayangan tersebut akan mudah diterima mentah-mentah. Kemungkinan  akan dijadikan contoh suru  teladan  atau inspirasi mereka (suami) untuk  melakukan kekerasan dalam  rumah tangga (KDRT). Dan dengan sinetron tersebut bisa merusak  moral masyarakat, adegan-adegan percekcokan antara anak  dengan  orang tuanya yang kemudian berlanjut dengan aksi sang anak yang  berani  melawan  orangtuanya dengan kekerasan, bahwa adegan  ini  sama sekali tidak bermoral. Dan  banyak  lagi kita saksikan  ironi-ironi dari sinetron seperti Budaya yang Konsumtif dan Hedonis, mengarah pada Irrasionalitas (Mistik), cinta yang lebay, Agama menjadi sempit dan jauh dari realitas. Dan dilanjutkan  dalam tulisan beliau bahwa untuk mengukur kualitas diri seseorang atau suatu bangsa dapat dilihat dari apa yang ditonton atau dibacanya. Andai kita gemar menonton acara TV yang tidak mencerdaskan  diri, seperti gossip, sinetron atau film tidak bermutu maka kualitas diri kita  di  anggap rendah, tetapi sebaliknya andai acara-acara TV yang kita tonton banyak  yang memberikan pengetahuan dan pencerahan diri, maka kualitas diri bisa diandalkan.

Hiburan-hiburan seperti  film dan sinetron ini, kita harus mencerna lebih jernih apa yang ditayangkan dari  hiburan  tersebut. Jadikan  film-film  yang penuh dengan motivasi dan pembangkit jiwa sebagai dorongan  untuk merubah diri menjadi lebih baik  dan tentunya menambah wawasan dan jangan mudah dibodohi oleh tayangan  sinetron yang bisa menjurus kearah yang kurang baik.

*Husaini Muzakir  Algayowi: Anggota DKMA Banda Aceh, Peminat Masalah Politik dan Pendidikan
 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.