Di Gayo, Harga Kopi Luwak Piaraan Tidak Stabil

Anak musang. (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)
Anak musang. (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)

Takengon | Lintas Gayo – Salah seorang yang petani kopi yang memelihara Musang untuk dijadikan penangkaran Kopi Luwak di Kampung Gayo Murni Kecamatan Atu Lintang Aceh Tengah keluhkan tidak stabilnya harga beli kopi luwak.

Sumatri kepada Lintas Gayo, Rabu 24 April 2013 mengatakan, dirinya beserta keluarga telah memulai membuat penangkaran kopi luwak sejak setahun yang lalu, dengan memeilihara musang sebanyak 18 ekor.

“Musang saya tangkap dihutan memakai perangkap, dikandangkan. Beberapa ekor ada yang saya beli juga, ada warga yang menangkapnya lalu diberikan kepada saya dengan harga yang beragam”, kata Sumatri. Musang-musang tersebut diberi makanan buah kopi merah sebagai makanan pokoknya,

Sumatri yang dalam waktu seminggu dapat mengumpulkan 150 kilogram gabah luwak tersebut, mengatakan kesulitannya dalam menjual kopi luwaknya, harga relatif rendah.

Sumantri sedang memberi susu kepada anak Musang piaraannya. (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)
Sumantri sedang memberi susu kepada anak Musang piaraannya. (Lintas Gayo | Kha A Zaghlul)

“Biasanya pembeli datang kemari untuk mengambilnya, namun permintaan mereka kadang hanya beberapa kilo saja, tidak mengambil semuanya, dan harga yang mereka tawar pun nilai sangat rendah hanya berkisar  40 ribu sampai 150 per bambunya, padahal kan harga bubuk kopi itu per kilo gram nya bisa mencapai 1,5 juta Rupiah, pembeli biasanya mengatakan bahwa pasarnya masih kurang sehingga harus membeli dengan harga yang ditawarnya itu”, keluh Sumatri.

Dia menambahkan, untuk memenuhi pakan untuk musang berupa kopimerah, dirinya juga harus membeli dari petani-petani lainnya selain kopi juga didapat dari kebun miliknya dan keluarga.

“Saya juga harus membeli kopi merah dari petani-petani lainnya, ya harganya sama seperti yang dipasaran, saya berharap harga kopi luwak hasil penangkaran bisa naik walaupun tak semahal kopi luwak liar”, harap Sumatri

Beternak Musang

Sumatri juga berencana untuk membudidayakan musang dengan cara mengawinkannya, namun hingga saat ini belum menemukan cara.

“Memang saya sudah berencana mengembakbiakannya, namun saya belum mengerti bagaimana caranya, kan kalau ditangkap terus musang nya dihutan bisa bahaya, nantinya tidak ada lagi binatang ini yang hidup dialam bebas, oleh sebab itu saya ingin membiakannya, jika ada yang sudah berhasil, saya mau belajar bagaimana caranya”, ujar Sumatri.(Darmawan Masri/Red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.