Dilema Kopi

Oleh: Surya Apra*

Surya Apra_1SENIMAN Gayo banyak yang menyayangkan nasib para petani kopi, terbukti saat ini banyak ungkapan perasaan melalui puisi yang diciptakan oleh seniman dengan menggambarkan masih sengsaranya masyarakat petani kopi di Gayo. Petani kopi masih belum sejahtera, hal tersebut tak dapat ditampikkan, masih banyak petani kopi belum dapat merasakan sepenuhnya hasil kopi yang menjadi kebanggaan masyarakat Gayo sejak dahulu, saat ini yang terjadi adalah pertumbuhan ekonomi petani kopi yang tidak dinamis. Bahkan yang sangat miris adalah ketika panen raya tiba petani malah menjerit akibat harga kopi yang turun drastis, ini menunjukkan bahwa pertanian kopi kita belum merakyat.

Masalah Petani Kopi

Kopi Gayo adalah salah satu terbaik dari kopi yang ada dan berasal di daerah lainnya, ini adalah modal dasar yang dimiliki petani sebagai daya saing bagi pemenuhan kebutuhan kopi dunia. Namun, jika hal tersebut tidak terkonsep, termenjemen dan tidak dapat dipertahankan secara berkelanjutan. Maka, ratusan ribu petani kopi akan tercekik kesejahteraannya. Kita tidak boleh menutup mata dengan masih banyaknya masalah yang dihadapi petani kopi diantaranya, masih berkuasanya para pemilik modal dalam kepemilikan perkebunan kopi bukan petani kecil yang menyebabkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat.

Salah satu contoh, banyak para pegawai negeri sipil dan swasta memiliki modal besar saat ini berbondong-bondong berinvestasi jangka panjang dengan membeli perkebunan kopi, secara tidak langsung kesejahteraannya dapat melaju meningkat. Nah, pertanyaannya bagaimana dengan petani kecil? “sikaya kaya renye, sipapa papa renye”. Pada saat ini belum ada program-program pemerintah yang tepat sasaran, dan kebanyakan program yang digalakkan pemerintah tidak memberikan feedback yang menguntungkan bagi masyarakat kecil para  petani kopi, itu artinya pemerintah belum merakyat?

Serapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kopi saat ini masih rendah, padahal kopi merupakan produk unggulan ekspor dan merupakan salah satu tempat para petani kopi mengais rejeki. Dalam hal ini pemerintah daerah  belum sungguh-sungguh  dalam menangani kopi. Sangat miris rasanya produk unggulan kualitas dunia belum dapat memberikan sumbangsih besar kepada daerah sendiri. kita dapat mengambil salah satu contoh perkebunan kopi Bies milik pemerintah daerah kabupaten Aceh Tengah  penyumbang PAD terendah, padahal perkebunan tersebut puluhan hektar yang seharusnya dapat menyumbang besar terhadap PAD daerah.

Bahkan isu yang beredar saat ini perkebunan kopi Kampung Bies milik pemerintah daerah hanya menyumbang kurang lebih 10 juta/thn bagi PAD Aceh Tangah (ini tidak logis). Ini membuktikan pengelolaan aset tidak termenejemen dan terkonsep dengan baik. Jika hal tersebut tidak ditangani dan menjadi konsen pemerintah daerah maka dapat menjadi borok bagi pengelolaan menejemen di pemerintah daerah tersebut.

Pada saat ini, tidak dapat kita tutupi lagi bahwa pengepul (toke) dan mafia kopi yang semakin banyak bermunculan, bahkan jumlah toke hampir setara dengan jumlah petani kopi sendiri. Seharusnya ini menjadi konsen pemerintah dalam menangani masalah tersebut. Hal ini dapat menyebabkan berkurangnya jumlah nilai pendapatan yang seharusnya jatuh kepada petani.

Menjaga kualitas kopi seharusnya menjadi konsen pemerintah agar produk unggulan sebagai komoditi ekspor dunia dapat dipertahankan secara continu dan sustainnabillity. Selama ini pertanian kopi Gayo tidak ada lagi memiliki sebuah balai tentang kopi, ini menjadi penting bagi masyakat petani kopi untuk dapat slalu berkontribusi dalam menghasilkan kopi-kopi terbaik. akibat berubahnya ilklim global juga berpengaruh terhadap daya tahan kopi. Oleh sebab itu, perlu adanya sebuah balai tentang kopi. Masyarakat Gayo dahulu memiliki balai penelitian tentang kopi namun sudah tidak dapat bekerja secara optimal. Kita dapat melihat daerah Jember yang daerah pengahasil kopi yang memiliki balai kopi yang berkontribusi dalam peningkatan kualitas kopi.

Fluktuatifnya harga kopi pada saat ini sangat merugikan bagi para petani kopi, jatuhnya harga kopi tidak dapat di predikisi, bahkan dalam satu hari bisa saja terjadi 2 kali penurunan harga kopi. Hal ini seharusnya pemerintah daerah dapat menangani permasalahan sentral petani kopi. Salah satunya dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang pro terhadap petani kopi seperti memanfaatkan PAD sebagai dana talangan pelaksanaan kebijakan pemerintah terhadap jaminan harga pasar kopi. Jaminan harga kopi sangat dibutuhkan oleh masyarakat petani kopi agar jesejahteraan petani dapat meningkat.

Bertani kopi saat ini hanya dilakukan sebagai kegiatan sehari-hari petani sebagai lumbung rejeki petani belum dilirik baik pemerintah daerah maupun swasta sebagai salah satu trend wisata. Hal tersebut seharusnya dapat dilakukan karena hampir 90 % masyarakat Gayo adalah petani kopi, ini dapat menyumbang pendapatan bagi para petani kopi dan pemerintah daerah.

Selain daripada itu, jauhnya pelabuhan yang memberangkatkan kopi sebagai barang ekspor tentu saja akan memangkas pendapatan petani yakni di pelabuhan belawan Medan, bukan hanya transportasi bahkan biaya penggudangan ternyata memakan biaya yang sangat besar sehingga sangat tidak efesien dan mengurangi pendapatan, belum lagi restribusi.

Berdasarkan pengamatan penulis sampai saat ini, belum ada pinjaman lunak dan bunga rendah bagi para petani kopi guna sebagai modal pembukaan lahan perkebunan kopi baik dari pihak pemerintah maupun perbankan. Meskipun ada beberapa pinjaman seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) tapi tidak dapat digunakan dalam jangka panjang dan sistem kepengurusannya yang masih dianggap rumit oleh para petani.

Solusi

Pemerintah daerah saat ini sangat diharapkan dapat mengeluarkan kebijakan yang strategis guna peningkatan kesejahteraan petani, di antaranya:

–          Berdayakan petani kopi melalui pendidikan tentang kopi melalui kaidah sustainnability agriculture.

–          Perlu digalakkan oleh pemerintah daerah menejemen kopi berbasis koperasi, ini merupakan salah satu langkah peningkatan kesejahteraan petani kopi, mengurangi kesenjangan sosial antara petani kurang mampu dan para pemilik modal.

–          Menjaga harga melalui jaminan harga oleh pemerintah daerah melalui PAD, bila ini dapat dilakukan sangat jelas pemerintah sangat pro terhadap rakyat petani kopi.

–          Menjaga kualitas kopi melalui pembuatan atau pengaktifkan kembali balai kopi guna menjaga kualitas kopi yang dihasilkan baik secara continu dan sustainnabillity.

–          Menggeliatkan promo kopi nasional maupun internasional baik di benua amerika, eropa, asia, australia sebagai salah satu upaya mendatangkan investor baru dan buyer baru kopi.

–          Menggeliatkan wisata kopi menjadi trend wisata daerah.

–          Memanfaatkan pelabuhan terdekat, salah satunya pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara laut sebagai lokasi keberangkatan ekspor kopi.

–          Adanya kebijakan pemerintah tehadap petani kopi baik melalui program pemberian modal untuk kepemilikan kebun kopi guna peningkatan kesejahteraan petani. (Suryaapra[at]yahoo.co.id)

*Mahasiswa Agroekoteknologi (Peminatan Ilmu Tanah) Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.