Ketika Anda menyintai seseorang, apapun akan Anda lakukan untuk membahagiakanya. Tidak peduli walau harus bertaruh nyawa. Sebenarnya kekuatan apa yang ditanamkan Tuhan dalam hati, sehingga kita mau berkorban?
Ketika Allah sudah menanamkan Rahman dan Rahimnya dalam jiwa seseorang, dia akan melakukan apapun. Ruh akan berontak bila kita tidak menyalurkanya.
Rakyat Gayo sudah membuktikan kecintaanya kepada Ustadz Abdul Somad. Dinginya alam dalam guyuran hujan di negeri sejuk ini, tidak membuat masyarakat surut. Hujan hingga tubuh menggigil bukanlah halangan.
Mereka berdatangan dari berbagai penjuru demi menyaksikan dan ingin bertemu dengan ulama kharismatik ini. Bukan hanya mengorbankan waktu, meninggalkan pekerjaan yang lain. Namun mengorbankan dana dan tenaga, semuanya mau dilakukan. Kenapa?????
Ada buliran bening di indra penglihatan saya, ketika menyaksikan masa yang basah kuyub demi sang ustadz. Seorang hamba Allah, selevel ustadz Abdul Somad saja sudah dicintai luar biasa.
Bagaimana dengan manusia pilihan Allah yang ajaranya disampaikan Ustadz Abdul Somad? Salahkah bila ada yang berkorban nyawa untuknya? Selevel Ustadz Somad saja, rakyat sudah mau berkorban. Apalagi manusia pilihan yang ajaranya disampaikan Ustadz Somad.
Sangat wajar dan menjadi fakta sejarah, bila para sahabat Rasullulah mau berkorban nyawa untuk beliau. Thallah dan Zubair misalnya, tubuhnya dipenuhi puluhan tusukan luka, demi menyelamatkan Rasullulah. Sahabat setia ini menahan serangan musuh, melindungi tubuh Rasulullah.
Rasullulah sudah lama kembali keharibaan Ilahi. Namun ruh perjuanganya tidak pernah mati. Ketika pesan pesan Rasul disampaikan ustadz Somad di negeri Gayo, rakyat disana mau berkorban untuk mendengarkanya. Dari berbagai pelosok negeri tumpah ruah ke lapangan Musara Alun.
Ulama ini dicintai karena menyampaikan pesan pesan Ilahi melalui Rasul. Selevel ustadz Abdul Somad saja sudah sangat dicintai, bagaimana dengan Rasullulah yang sudah mengorbankan segala galanya demi ummat?
Rasul yang menunda permintaan kepada Allah dan sengaja disimpan untuk hari yaumul hisab, demi membela ummatnya. Tidak terasa air bening dari pelupuk mata ini semakin mengalir. Hujan juga belum mau berhenti.
Catatan Jumat (9/11/2018) sore di lapangan Musara Alun.