Gadis sulung berparas cantik ini dikenal santun, mampu menunjukan identitas diri sebagai Muslimah. Namun dia bukan hanya cantik, akan tetapi tergolong cerdas. Aktif berorganisasi dengan sejumlah kegiatan.
Baru baru ini gadis asal Gayo Lut Aceh Tengah ini menunjukan kemampuanya, dia lulus cumlaude di UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Bahkan yang menyidangnya langsung Rektor UIN Ar- Raniry, Prof. Warul Walidin AK, MA. Siapa gadis cantik yang kelak diharapkan menjadi penerang negeri ini?
Awalnya dia enggan memberikan keterangan ketika profilnya akan diekpose, namun setelah diberi penjelasan, agar ada orang lain yang termotisivasi dengan aktifitasnya, ahirnya Salvinda Syahara Dewi mau menyampaikan identitasnya.
Dia adalah putri sulung dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan Alwinsyah bertugas di kantor Imigrasi Aceh Tengah dengan Siti Sarah yang berprofesi sebagai bidan.
Tidak hanya perparas cantik, wanita ini juga dikenal ramah dan sering meluangkan waktunya untuk meringankan beban orang lain.
Ketika awal masuk kuliah wanita yang terkenal ramah ini sudah mendapatkan problem pada jurusannya, ia mendapatkan jurusan yang tidak sesuai dengan apa yang ia inginkan sebelumnya.
Ia lulus di perguruan tinggi Universitas Islam negeri Ar Raniry ini jalur undangan yang ia dapatkan dari sekolah Madrasah Aliyah Negeri 1 Takengon.Syukur alhamdulilah perempuan sulung ini lulus pada jurusan yang sangat ia sukai, pisikologi.
Saat menceritakan pengalaman kepada media ini yang meminta keterangan, baru baru ini, Salvinda terkejut ketika melihat nama pada barisan putih yang bertulisan nama-nama mahasiswa yang ingin tes al-Qur’an, pengumuman itu tertempel di dinding gedung kampus. Ia tidak menemukan namanya pada urutan pisikologi.
Akan tetapi nama Salvinda berada di jurusan bimbingan konseling. Gadis ini mulai panik dan segera melaporkan masalah ini kepada pihak kampus. Dia penuh harapan kesalahan ini muncul dari pihak kampus dan masi bisa diperbaiki kembali, agar dia bisa netap pada jurusanya, psikologi.
Air mata mulai membasahi pipinya setelah pihak kampus mengatakan bahwa ini bukan kesalahan pihak kampus, akan tetapi kesalahan UIN pusat, di Malang. Jika ingin diperbaiki maka harus pergi ke Malang untuk menjumpai pihak kampus tersebut.
Kebingungan dicampur dengan kegelisahan yang memuncak, Salvinda langsung menceritakan masalah ini kepada PA (Penasehat Akademik). Ia berharap agar bisa pindah jurusan sesuai keinginan hatinya.
Namun pihak PA justru memberinya beragam penjelasan, dan dengan penuh semangat pihak akademik meminta gadis dari Asir-Asir ini untuk mengikuti jurusan bimbangan konseling. Walau tidak suka dan ada ganjalan di dalam dada, ahirnya Salvinda menghabiskan hari harinya di bimbingan konseling.
“Saya pasrah dan menyerahkan semua persoalan itu kepada yang maha kuasa. Saya percaya itu yang terbaik dalam hidup saya, karena rencana Tuhan jauh lebih sempurna,” sebut gadis ini.
Dia melalui hari harinya dengan penuh dinamika, penuh liku. Tanpa terasa dia mampu menyelesaikanya, ahirnya gelar S1 diraihnya.
Ia merupakan mahasiswi pertama dari prodi , yang bersidang pada semester itu. Ia juga mahasiswi yang pertama yang disidang oleh orang hebat di kampus biru. Dia langsung disidang oleh rektor UIN Ar Raniry , Prof. Warul Walidin AK, MA. Dan dinyatakan lulus tepat tanggal 28 November 2019.
Lagi-lagi sang maha kuasa memberi hadiah kepada perempuan sulung ini, pada yudisium tanggal 10 Februari 2020 namanya menjadi pilihan lulusan terbaik (cumlaude) dengan IPK 3,84.
Ada tetesan air matanya disela tepukan riuh, para sahabatnya, para dosen, ketika dia dinyatakan cumlaude. Salvinda saat itu perasaan bercampur aduk, air matanya tak terbendung mengingat beratnya perjuangan orang tuanya.
“Dalam hatiku saat itu, ini hadiah untuk ayah mamak dan orang-orang yang kusayangi. Terimakasih Ya Rabbi,” kata Salvinda yang serius membalas whatsapp, penulis.
Cumlaude yang diperolehnya sudah membuktikan sekenario Tuhan jauh lebih sempurna, dia bisa lulus S1 dengan nilai IPK 3,84, bahkan yang menyidangnya adalah pimpinan tertinggi di Universitas Islam negeri bergengsi di Aceh. Namun walau mendapat prestasi ini, gadis peramah ini tetap merendah. **** Rahma Gustia/ Red LG
Comments are closed.