Takengon | Lintasgayo.com – Terkait Perda Majelis Nomor 09/XI/28/2002 tentang lagu Tawar Sedenge gubahan AR. Moese. Lagu kebanggaan masyarakat Gayo dan juga merupakan karya yang menjadi kekayaan budaya di dataran tinggi Tanoh Gayo. Namun, kini telah dilupakan dan terpinggirkan.
Hal itu menjadi sorotan ketika berlangsungnya Muscab Pramuka Aceh Tengah, Sabtu (11/5/2024) di aula DP3A ( Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak), Pegasing, Aceh Tengah.
Atas dasar itu, Afdhalal Gifari, Formatur HMI Cabang Takengon, menegaskan pentingnya Majelis Adat Gayo (MAG) untuk tidak hanya diam dan menikmati hasil, tetapi juga bertindak aktif dalam melestarikan identitas budaya Gayo.
Dalam pernyataannya, Afdal meminta perlakuan khusus terhadap pelestarian identitas budaya. Hal ini bukanlah tindakan rasialis, melainkan upaya untuk mempertahankan akar budaya sebagai putra daerah.
Menurut Afdal, Lagu Tawar Sedenge, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas budaya di Tanoh Gayo. Namun, ini dikhawatirkan telah terlupakan dan terpinggirkan. Afdhal menegaskan pentingnya upaya pelestarian dan penghidupan kembali lagu tersebut sebagai bagian dari warisan budaya yang harus dilestarikan.
Sebagai seorang yang berasal dari lingge awal Serule, Afdhalal Gifari merasa tanggung jawab untuk memastikan bahwa identitas budaya Gayo tetap hidup dan dihargai. Ia menegaskan orang Gayo tidak akan ragu untuk mempertahankan identitas mereka meski dalam perang hingga titik darah penghabisan.
Afdhal menegaskan bahwa panggilan untuk bertindak aktif dalam melestarikan identitas budaya Gayo tidak hanya bersifat retorika, tetapi membutuhkan tindakan konkret dari MAG dan pihak-pihak terkait lainnya.
“Kami tidak meminta banyak, hanya ingin MAG di bubarkan saja dan pemerintah daerah bergerak lebih aktif dalam menjaga warisan budaya kita karna MAG hari ini juga tidak ada kerja,” tegasnya.
Sebagai putra Gayo yang bangga akan akarnya, Afdhal menekankan bahwa upaya pelestarian identitas budaya adalah tanggung jawab bersama dan bukan hanya tugas satu pihak.
“Kami mau langkah-langkah yang diambil oleh MAG dan pemerintah daerah dapat memastikan bahwa identitas budaya Gayo tetap hidup dan dihargai oleh generasi-generasi mendatang,” pungkasnya.
“Kami mengajak seluruh pihak yang merasa dirinya hidup dan memiliki darah Gayo asal lingge awal serule geruduk gedung DPRK untuk mempertanyakan identitas perwakilan rakyat Gayo di gedung yang mewah ,”tutup Afdhal. (LG01/Coco)