Saat kami datang karena sedang musim kemarau, sungai Gerfa tampak susut. Hal ini mengundang banyak orang termasuk warga setempat untuk memancing , menjala bahkan menjaring ikan yang ada disana.
Selain para pencari ikan dan mereka yang mengembala kerbau, interaksi yang terjadi selama berada di kawasan ini hanya dengan kerbau yang berkeliaran bebas hingga ke sungai Gerfa serta monyet. Monyet harus diawasi dan diantisipasi karena kalau tak terpantau, makanan yang kita miliki akan berpindah ke atas pohon.
Kecuali di pinggir sungai, tumbuhan atau pohon kayu tumbuh subur dan menghijau. Namun melewati sisi sungai, hanya akan terlihat hamparan seperti lapangan bola yang hanya ditumbuhi rumput, Itulah sebabnya kawasan ini dijadikan kawasan Peternakan Terbuka (Peruweren) karena dianggap tanah marginal.
Uyem dan kerbau adalah komoditi andalan dari Serule dan kawasan disekitarnya. Sebagian wilayah antara Kecamatan Bintang –Serule juga ditanami kopi arabika gayo , terutama kawasan suburnya.
Di hari kedua berada di Gerfa, kegiatan memancing adalah daya Tarik utama selain mencari batu untuk dijadikan cincin atau suiseki. Di hari kedua ini, Minggu (6/8) hanya Bintik yang mendapat tarikan kuat dari tiga ekor ikan sungai Gerfa dengan umpan ikan kecil dari plastic.
Sementara umpan umpan buatan serta binatang kecil, udang sama sekali tidak disentuh ikan ini. Di hari kedua ini menu masam jing masih strike ditemani kupi rosting serta tembakau yang dibakar alias rokok masih menemani dipinggir sungai Gerfa yang deras mengalir.
Gerfa kami tinggalkan setelah shalat magrib. Masih terlihat api menyala di beberapa bagian sungai ini yang menunjukkan masih ada orang disana sedang mencari ikan atau entah sedang menenangkan dirinya dari rutinitas seperti kami yang terkadang membelenggu.
Rutinitas terkadang membuat kita lupa bahwa diluar sana ada alam yang indah yang menanti kehadiran kita untuk disapa, dikelola untuk mensejahterakan. Bukan sebaliknya , dirusak untuk keuntungan pribadi.
Sungai Gerfa telah mengundang kami kesana dan Bersyukur atas Anugerah Allah ini. Sekaligus juga bertanya-tanya dan berharap misteri Sejarah Gayo akan terungkap meski secuil. Karena di satu bagian tempat di Serule terdapat peristirahatan Muyang Gerfa yang harus melewati Lumpe agar bisa sampai kesana.
Pinus mercusi atau Uyem Serule, telah pula mengundang sekitar 150 warga dari Jawa yang bekerja menderes pinus disana yang diolah Perusahaan local. Pekerja yang lajang menempati kamp yang dibuat disana. Sementara pekerja yang sudah berkeluarga menyewa rumah bersama penduduk setempat….
Terkait : Serule, Riwayatmu Kini (1)
Oleh : Win Ruhdi Bathin
Penulis : Owner WRB Coffe Shop Takengen