Silaturrahmi, Menyikapi Perubahan Tradisi

Setelah dua minggu off acara Keberni Gayo dalam rangka hari raya ā€˜idul fithri, pada jumā€™at malam pukul 20.00 Wib sampai dengan 21.00 Wib, acara ini live kembali. Kali ini berbincang dengan tema ā€œSilaturrahmiā€, dengan narasumber Sofyan, SH.MM., Pegawai Bank Bukopin Aceh.

Silaturrahmi dimaknai secara luas, mulai dari komunikasi secara lisan dengan saling mengunjungi sampai kepada komunikasi melalui dunia maya, mulai dari silaturrahmi secara tradisional sampai pada open house. Lebih menarik lagi ketika Sofyan menambahkan hikmah silaturrahmi dalam kaitannya dengan perintah agama melalui pesan Nabi, yaitu : diantara manfaat bagi mereka yang selalu memelihara silaturrahmi tersebut adalah. Umur mereka akan dipanjangkan Tuhan dan rizkinya akan dimudahkan.

Sudah menjadi keharusan bagi semua orang untuk selalu menjaga silaturrahmi, hubungan dengan keluarga harus selalu dijaga, kepada mereka yang telah meninggal untuk tidak lupa mengunjungi (menziarahi) kuburannya. Upaya menjaga silaturrahmi bagi mereka yang ada diperantauan hendaknya berupaya pulang kampong minimal setahun sekali, dengan membawa seluruh anggota keluarga, memperkenalkan anak-anak kepada seluruh anggota keluarga yang berada di kampong halaman. Tidak hanya itu, bagi kita-kita biasa juga teringat (denem) dengan pematang sawah yang ketika dahulu menjadi tempat bermain dan mencari nafkah, kebun yang menjadi tempat senda gurau sambil bekerja membantu orang tua, lapangan tempat bermain bola sampai kepada lapangan tempat pemeliharaan kuda.

Pada hari raya ā€˜idul fithri biasa semua orang dari semua daerah perantauan akan pulang kampong (mudik), kawan-kawan yang ketika dulu pernah satu sekolah, satu kuliah bertemu kembali. Terkadang hal seperti ini member motivasi kepada mereka yang berada di kampong untuk pergi melantau, karena mereka yang merantau biasa lebih berhasi dari mereka yang tetap di kampong.

Pergeseran bentuk silturrahmi tidak bisa dihindarkan, ketika kita masih kecil kenikmatan silaturrahmi lebih terasa, karena kita mengunjungi saudara menghabiskan waktu yang panjang, dengan berjalan kaki dan ketika sampai kerumah saudara harus makan dan terkadang bermalam. Kini silaturrahmi yang kita lakukan tidak seperti itu lagi, kita mengunjungi saudara yang sangat dekat dan seharusnya bermalam kita lakukan paling lama dalam waktu setengan jam, sehingga memunculkan kerenggangan, dan akhirnya kita sekarang tidak bisa membedakan mana yang wajib dikunjungi dengan mana yang harus dan mana yang tidak perlu.

Menyikapi tradisi pemerintahan yang mengadakan open house, Sofyan aman Iko ini sangat setuju, karena menurut beliau penjadwalan ini sangat perlu sehingga jangan sampai ada yang berkunjung ke tempat pejabat lalu pejabatnya tidak berada di tempat. Kita pahami juga bahwa pejabat itu adalah dalam jabatan pemerintah, sedangkan dalam keluarga mereka juga adalah anak atau keluarga yang bungsu yang juga harus mengunjungii keluarganya yang lebih tua. Namun mungkin waktu open housenya yang haru di sesuaikan, paling kurang jangan pada hari pertama, karena pada hari ini semua orang akan mengunjungi orang tua mereka, demikian juga dengan pejabat tersebut. biarlah pada hari ini open house bagi orang-orang tua masing-masing.

Aturan yang seperti ini diperlukan dibiasakan agar silaturrahmi dapat berjalan sesuai dengan tuntunan agama dan adat. Karena kalau ini kita jalankan secara pasti pada hari pertama dan hari kedua, tidak ada tempat hiburan yang dikunjungi orang. Kalau tempat hiburan tidak dikunjungi orang sudah pasti semua petugas keamanan tidak perlu bekerja pada hari ini dan dipastikan dapar bersilaturrahmi dengan keluarga mereka.

Sebagai orang yang bergerak di bidang perbankan, aman Iko sangat menekankan silaturrahmi dan kalau boleh tidak hanya menjaga silaturrahmi, tetapi harus menjalin hubungan dengan orang lain yang baru minimal satu orang dalam satu hari. Karena dari sisi profesi dia berpikir bahwa rizki kita ada di tangan orang lain (minimal informasi), sebagai contoh dikatakan : ada orang yang bercerita dengan kita tentang keinginannya menjual mobil, kendati kita menanggapinya secara spele tapi pada hari yang lain tanpa kita duga ada diantara kawan kita yang butuh mobil, maka kita bisa menghubungkan mereka, dan pasti dari transaksi ini kita akan dapat sedikit rizki. Inilah salah satu wujud silaturrahmi.

Bagi keluarga kami ungkap Sofyan, lebaran ini berbeda dengan lebaran sebelumnya. Pada lebaran sebelumnya Inen (Ibu) masih ada, tapi pada lebaran kali ini beliau tidak ada lagi, namun ada hikmah dibali itu. Bahwa ikatan kami sebagai anak nampak lebih dekat dan memunculkan nilai-nilai kebersamaan serta kemandirian. (Drs. Jamhuri, MA)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.