Jakarta | Lintas Gayo – Dalam Dialog Kenegaraan “Terorisme dan Potensi Konflik Sosial di Daerah” di Coffee Corner DPD RI, Senayan, Jakarta, Rabu (28/9), Mahfud Siddiq, salah satu pembicara yang juga Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI menyayangkan, anak-anak sekarang lebih berbahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Lebih-lebih, yang sekolah di Sekolah Berstandar Internasional.
“Saat ini, saya lihat mereka lebih lancar berbahasa asing. Malah, mereka terbata-bata berbahasa Indonesia. Padahal, dalam sumpah pemuda kita jelas, kita berbahasa satu, bahasa Indonesia,” kata politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Kalau bahasa Indonesia saja demikian. Lantas, bagaimana posisi bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia? Terkait dengan masalah ini, Dardanila, Mahasiswa Doktor Linguistik Universitas Sumatera Utara (USU) melalui sambungan telepon mengatakan, bahasa Indonesia di Takengon dewasa ini lebih kuat dari bahasa Gayo. Lebih lanjut, kata akademisi USU dari Takengon ini, dari amatannya, penutur bahasa Gayo pun lebih mempopulerkan bahasa Indonesia dari bahasa Gayo dalam keluarga, lingkungan ketetanggaan, dan masyarakat. Lebih-lebih, di seputar kota Takengon.
Saat lebaran kemarin, dicontohkan Ila, sapaan Dardanila, di keluarganya sendiri yang ada di Kampung Baru, Asir-Asir, Bale Atu, dan Pegasing yang notebene orang Gayo lebih memakai bahasa Indonesia. “Te hana keti be basa Indonesia kam esen, woy (kenapa berbahasa Indonesia kalian, woy)” kata Ila menirukan kembali ucapannya.
Dardanila yang saat ini sedang mendalami kajian Linguistik Historis Komparatif menjelaskan, dalam pemakaian bahasa Indonesia, orang tua di Takengon ikut terpengaruh oleh anak-anak mereka. Ketika anak-anak mereka berbahasa Indonesia dengan mereka. Mereka pun akhirnya lebih memilih bahasa Indonesia daripada bahasa Gayo.
Kalau sudah seperti itu kondisinya, lanjut Dardanila, tidak mustahil, 5 sampai 10 tahun lagi, anak-anak di Takengon tidak lagi mengenal bahasa Gayo. Dikarenakan, dalam keluarga: bahasa Gayo tidak lagi dipakai, dipelajari, dan diajarkan, kata ibu dari Dara Aqila dan Muhammad Raihan Tara itu (Win Kin Tawar)