Takengon | Lintas Gayo – Dari keterangan salah seorang pedagang pengumpul barang bekas di Takengon, bisa disimpulkan tidak kurang dari 100 ton barang butut berupa besi, alumunium, kertas kardus, botol dan plastik gelas minuman, kertas hvs, kaleng bekas dan barang-barang lainnya hasil kerja para pemulung di kabupaten Aceh Tengah dikirim ke Lhok Seumawe untuk diolah kembali (dicincang) menjadi sejumlah bahan baku produk.
Diungkap Fazri (30) saat ditemui di tempatnya mengumpulkan barang-barang tersebut di kawasan Paya Ilang Takengon, Rabu (9/11/2011) dalam sebulannya dia mengirim barang ke Lhok Seumawe 2 kali dengan rata-rata 5 – 7 ton persekali kirim.
“Saya mengirim barang per 15 hari dan sekali kirim dengan berat antara 5 – 7 ton,” kata Fazri, pria beranak 2 yang berasal dari Sigli ini.
Untuk sekali kirim, dia mengaku mendapat Rp.3 juta, sementara jumlah modal yang diperlukan sekitar Rp.5 juta sampai Rp.6 juta dengan peruntukan membeli barang dari para pemulung dan ongkos kirim.
Fazri juga merincikan harga barang-barang yang dibelinya dari para pemulung diantaranya besi Rp2000/kilogram, kaleng bekas Rp.700/kilogram, flat besi Rp.1500/kilogram, kardus Rp500/kilogram, kertas HVS Rp.700/kilogram dan botol plastik bekas air mineral Rp.1200 perkilogramnya.
“Diantara barang-barang tersebut, botol plastik air mineral yang paling banyak kami kirim,” timpal Fazri yang mengaku mendapatkan barang dengan membelinya dari sejumlah pemulung yang beroperasi di Bur Lintang kecamatan Pegasing serta dari petugas kebersihan yang sudah memisahkan barang-barang permintaannya.
Dia mengaku masih akan bertahan dengan bisnis yang ditekuninya selama ini. “Sudah banyak model pekerjaan yang saya tekuni selama ini dan terakhir sebagai tukang perabot selama 5 tahun di Lampahan Kabupaten Bener Meriah namun nampaknya usaha barang butut ini masih sangat menjanjikan,” pungkas Fazri. (Kha A Zaghlul/03)