Surat Terbuka Untuk Bupati Aceh Tengah

Oleh : Safutra Rantona*

Mari kita melihat masyarakat di Kabupaten ini yang mana masyarakat kesana-kesini berlalu lalang, bangun sebelum pagi untuk berangkat kekebun, dengan berjalan diatas jalan yang penuh dengan krikil bebatuan. Dengan penuh semangat jiwa untuk hidup menerima apa adanya, mereka coba sinari masa depan dengan hasil penghasilan kebun notabene kopi.

Petani, guru, dan pedagang pasar, di pinggir daerah Takengon menjalani hidup berat penuh tanggungjawab. Di tengah berbagai polusi masalah pekat dialami, masyarakat Aceh Tengah semakin menyelempit mencari masa depan itu.

Kegalauan Masyarakat ini bukan bersumber pada rakyat Aceh Tengah tapi pada pemimpin Aceh Tengah, bapak Ir H Nasaruddin MM yang seakan berjalan tanpa arah dan target.  Deretan berbagai konsep penting dan pernyataan menjadi sebagai “bualan”  tetapi tidak kunjung menjadi realita. Pimpinan Pemkab kini menuai kekecewaan oleh segenap masyarakat banyak. Harapan, kepercayaan, strategi pemimpin dan kesabaran pada pemimpin terus kita membuai melihatnya. Apakah kita dikira masih selalu “maklum” tanpa batas bagi Bapak Bupati Aceh Tengah? Ooohhhh,,, tidak bisa…

Hormat saya sampaikan untuk Bapak Bupati Aceh Tengah, sudah seharusnya Takengon itu bangkit dari tidurnya, jika memang masih belum bisa membangkitkan Aceh Tengah, jangan coba-coba menjadi pemimpin, karena pemimpinlah ujung tombak keberhasilan.

Pernyataan yang sampai saat ini, pemimpin daerah Aceh Tengah selalu berpidato tanpa habis-habisnya melainkan kita sudah bosan dengan omongan-omongan yang tidak punya realita itu. Misalnya Bapak Bupati hadir dalam kegiatan penyerahan Qanun Pembentukan Kampung One-one “Potensinya telah ada, tinggal bagaimana meramunya dengan baik, sehingga lebih memiliki daya tarik bagi wisatawan,”(media online Lintas Gayo).

Pernyataan misal diatas itu sebagai contoh kecilnya omong kosong Bapak Bupati Aceh Tengah. Dari amatan saya, Sepertinya jika ada kegiatan Pemkab Aceh Tengah dikampung-kampung, selalu pernyataannya tentang pariwisata-pariwisata. Namun hasil kerja dari Pemkab tidak ada realita alias bohong.

Jika masih belum bisa menjadi pemimpin daerah jangan pernah menggunakan emosional untuk kekuasaan, masyarakat Aceh Tengah itu sudah dari dulu pingin pemimpin yang bijaksana, boleh memberikan statement tetapi menjadi realita ditengah-tengah masyarakat. Sehingga masyarakat Aceh Tengah itu bisa tewujud harapannya selama ini.

Kemudian Dengan hormat untuk terakhirnya saya sampaikan sebelum kita kehabisan kesabaran : stok kepercayaan itu ada batasnya dan sudah menipis

Semua ingin lihat hasil sekarang ini. Tak mau lagi dengar pidato-pidato yang lama itu penuh dengan keluh kesah. Aceh Tengah ini perlu pemimpin yang hadir untuk memiliki rasa  kepribadian tanggung jawab dan percaya-diri, bukan pemimpin yang hanya bisa membuar janji-janji untuk masyarakat.

Harapan dari saya : “Pemimpin tidak boleh kirim problem dirakyat Aceh Tengah, Pemimpin harus kirim harapan untuk Rakyat Aceh Tengah.

——

*Mahasiswa Ilmu Komunikasi/Fisip/Universitas Syiah Kuala

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.