Rudi, Penyayang Lebah dari Paya Tumpi

Beternak lebah disela-sela pohon kopi | Foto : Khalis

Mendengar orang menyebut lebah, tentu akan terbayang akan kengerian disengat. Namun berbeda dengan bujangan Paya Tumpi Baru Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah, Rudi HR, S.Hut. Baginya beternak lebah adalah hobi, sekaligus sumber mata pencaharian.

“Sudah 2 tahun saya geluti usaha ini secara serius, namun saya sudah sangat biasa dengan peternakan lebah di Kampung Paya Tumpi Baru ini sejak masih duduk di bangku SMP,” ujarnya kepada Lintas Gayo saat bertandang ke rumahnya, Jum’at (16/12/2011).

Anak kedua dari 3 bersaudara dari pasangan Ramlan MS dan Jumila ini mengaku mengelola 130 Stup (kandang lebah modern-red) yang dipanen secara tidak serentak paling lama setiap 2 bulan sekali. “Panen madu lebah ini sangat tergantung kepada berbunganya tumbuh-tumbuhan di sekitar peternakan lebah,” kata Rudi.

Jika banyak pohon atau tumbuhan yang sedang berbunga seperti kopi, lamtoro, alpokat, sengon, kaliandra, tanaman palawija, rumput alam, tanaman bunga ditaman rumah warga dan tanaman lainnya maka masa panen lebih cepat.

Masa panen dan kualitas serta madu sangat tergantung musim berbunganya pohon disekitar areal peternakan lebah. “Lebah mencari sari madu bunga (nektar-red) hingga mencapai 2 kilometer dari sarangnya dan tiada kata kembali jika tidak membawa sari madu bunga,” papar Rudi.

Biasanya, paling lama lebah itu meninggalkan sarang selama 3 hari, timpal salah seorang dari 7 peternak lebah yang ada didesa tersebut.

Kerap Diminta Ambil Madu Lebah

Untuk bibit lemah madu, Rudi mengungkapkan memperolehnya dari alam. Dia kerap dipanggil untuk mengambil lebah lokal (Apis cerana) yang bersarang dipohon atau tempat lain dikebun dan disekitar rumah warga di Aceh Tengah.

“Saya kerap dipanggil oleh warga untuk mengambil lebah yang bersarang ditempat-tempat tertentu. Sedikitnya 10 kali dalam sebulan mendapat panggilan dan lebah-lebah tersebut beserta ratunya saya bawa pulang untuk diternakkan di Stup yang sudah saya siapkan,” ujar Rudi.

Dia mengaku sangat menyayangi lebah. Sedih jika lebah mati percuma, karenanya dia lebih memilih mengambil madu saat siang hari, berbeda dengan cara orang kebanyakan. “Jika dilakukan malam maka lebah akan mengejar lampu atau sumber api dan lebah-lebah itu akan mati,” kata alumni Sekolah Tinggi Ilmu Kehutanan (STIK) Banda Aceh ini.

Untuk mengurangi resiko kematian lebah, Rudi sengaja mencari baju pengaman berupa jaket yang rengang kainnya. “Saat lebah menyengat dan alat penyengatnya tercabut dari badannya maka dia akan mati. Dengan kain seperti ini, mudah-mudahan lebah selamat,” ujar Rudi sambil menunjukkan jaket berbahan parasut.

Modal Murah, Tidak Menguras Tenaga dan Menguntungkan

Ruhdi yang juga bekerja sebagai Koordinator Lapangan di KBQ Baburrayyan Pegasing, salah satu koperasi yang bergerak dibidang Kopi Gayo menyatakan sangat ingin banyak warga dataran tinggi Gayo beternak lebah.

“Tanoh Gayo sangat potensial untuk pengembangan usaha ini karena banyak tanaman yang berbunga disamping dukungan iklim yang sesuai,” papar Rudi yang menempatkan Stup-stupnya disela-sela pohon kopi disekitar rumahnya.

Jika bukan untuk sumber penghasilan utama atau sampingan, setidaknya untuk konsumsi rumah tangga karena madu lebah itu sangat banyak manfaat dan khasiatnya, timpalnya.

Membuat satu unit Stup sederhana dengan isi 9-11 sisir dengan penghuni antara 3000-6000 ekor lebah, bisa memanfaatkan papan bekas, namun sebaiknya dari jenis kayu Randu Alam, Bayur dan Kuel (nama-nama kayu di Gayo-red).

Dan jika menggunakan papan jadi, maka buatlah ukurannya lebar 40 centimeter, tebal antara 1,5-1,7 centimeter dan untuk 1 Stup menghabiskan sekitar 2,5 keping papan ukuran panjang 4 meter.

Untuk membuatnya, Rudi bersedia membantu mengajarinya. Atau bisa dipelajari sendiri dari buku dan petunjuk lainnya. “Lebah tidak suka bahan kimia sehingga tidak bisa dibuat berbahan tiplek,” tegas Rudi.

Sementara untuk peralatan saat menangani lebah, dibutuhkan sepatu, sarung tangan, pakaian anti sengatan dan topi dengan ditutupi tirai kelambu untuk melindungi serangan lebah ke bagian muka. “Intinya semua bagian tubuh harus tertutup,” kata Rudi.

Rudi juga menegaskan saat menempatkan Stup agar jangan menghadap atau membelakangi timur dan barat dengan alasan lebah akan berwatak kejam, ganas yang suka menyerang.

Dingatkan, dalam sehari jangan lebih dari 30 kali di sengat lebah, karena jika lebih dari itu maka kemungkinan akan tak sadarkan diri. “Hindari juga disengat ratu lebah, karena bisa berakibat fatal,” kata Rudi sambil menimpali lebah itu terbagi tiga dalam satu kelompok, pejantan, prajurit dan ratu.

Untuk keuntungan beternak lebah, dari pengalaman Rudi selama ini, satu stup bisa mengasilkan madu sebanyak 3 – 4 botol sirup yang berisi sekitar 700 ml. Dan perbotolnya biasa dijual Rp.100 ribu.

“Paling lama 2 bulan sekali panen madu, maka hitung saja sendiri berapa income yang kita peroleh,” ujar Rudi sambil tersenyum.

Pengakuan Rudi, selama ini setiap memperoleh panen madu, jika tidak sedang khilaf dia selalu bersadaqah ke masjid terdekat. “Banyak-banyaklah belajar dari kehidupan lebah, dan untuk bersahabat dengannya butuh keikhlasan dan hati yang bersih,” kata Rudi.

Beberapa saat kemudian, Rudi mengajak Lintas Gayo memanen salah satu Stup dan mengambil satu sisir yang telah dipenuhi lilin lebah (malam–red) yang berisi madu.

Dengan cekatan dan tidak begitu lama, Rudi telah berhasil memisahkan malam lebah dari sisirnya dan menampungnya di sebuah wadah plastik bersih. Lintas Gayo yang dibekali hanya pelindung kepala, awalnya ragu-ragu mendekat untuk memotret. Namun karena tidak ingin kehilangan momen foto akhirnya ikut mendekat hingga jarak 1 meter dari Stup.

Alhamdulillah, tidak ada seekor lebah pun yang menyerang.dan malam lebah yang dipanen Rudi bisa dibawa pulang. Saat disodorkan sejumlah uang, Rudi dengan tegas menolak. “Bawa saja untuk oleh-oleh buat keluarga dan uang itu saya amanahkan untuk disadaqahkan ke masjid mana saja,” ujar bujangan yang kelihatannya sudah sangat mapan untuk menikah ini. (Khalisuddin/03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.