Pegasing Berkembang Pesat, Harga Tanah Capai Jutaan Permeter

Pegasing dari arah timur | Foto Kha A Zaghlul

Sejak 10 tahun terakhir, harga tanah di lintasan Uning-Kung Kecamatan Pegasing Kabupaten Aceh Tengah dan seputaran Belang Bebangka naik dari belasan ribu Rupiah, puluhan, ratusan dan kini jutaan Rupiah permeter perseginya.

Diseputaran Belang Bebangka yang masuk dalam wilayah 3 kampung diantaranya Kayu Kul, Belang Bebangka, Simpang Kelaping dan Kung, antara tahun 2000-2006 harga tanah permeter perseginya paling tinggi hanya sekitar Rp.20 ribu – Rp.30 ribu permeter persegi.

Namun setelah sejumlah perkantoran dan fasilitas umum dibangun dikawasan ini, harga tanah mulai melambung tinggi mencapai Rp.300 ribu permeter persegi. Bahkan dikanan kiri jalan dua jalur Simpang Kelaping-Jembatan Lokop Badak, kini ditawar Rp1.2 juta permeter perseginya.

“Posisi tanah saya berdekatan dengan lokasi pembangunan Rumah Sakit, saya tawar Rp.1,2 juta permeternya,” kata Irwansyah, warga Sp.Kelaping beberapa waktu lalu.

Sementara menurut Aman Taqin, warga kampung yang sama, mengaku pernah ditanya orang yang melintas dikawasan tersebut menanyakan ada tidak tanah dijual untuk dibangun rumah toko (ruko) dilintasan jalan Pegasing antara Kampung Belang Bebangka-Sp Kelaping. “Jika ada yang jual, orang tersebut mau ambil Rp.1.5 juta permeter perseginya,” kata Aman Taqin.

Melambungnya harga tanah dikawasan ini, dipastikan karena tingginya permintaan pembelian tanah untuk pemukiman dan sudah banyaknya perkantoran, pendidikan dan fasilitas umum lainnya dikawasan ini diantaranya ada 2 perbankan,  Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Aceh. Untuk perkantoran diantaranya Dinas Pendidikan, Pekerjaan Umum, Kehutanan dan Perkebunan, Pertanian dan Hortikultura, Badan Penyuluhan Ketahanan Pangan, Dinas Peternakan dan Perikanan, Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Mahkamah Syar’iyah, Komisi Independen Pemilihan (KIP) dan Palang Merah Indonesia (PMI).

Untuk fasilitas pendidikan, selain tingkat Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMA) dan Sekolah Tingkat Menengah Atas (SMA), sejak beberapa tahun ini sebagian mahasiswa Universitas Gajah Putih dengan sejumlah fakultasnya sudah memulai perkuliahan di Kampus barunya di Kawasan Belang Bebangka.

Sementara untuk usaha jasa, sangat kontras dibanding sepuluh tahun lalu. “Tahun 2000 lalu, kami dianggap tidak waras saat buka usaha jasa fotokopi, foto dan menjual ATK di Pegasing ini, namun sejak tahun 2002 mulai banyak yang mengikuti jejak kami. Dan kini sudah mencapai belasan usaha yang seperti kami disini,” kata Tanti W, salah seorang pengusaha jasa tersebut di Simpang Kelaping.

Untuk usaha penjualan sarana produksi pertanian juga sama, dimulai tahun 2002. Kini sudah banyak yang buka usaha tersebut. Juga usaha dagang bahan dan peralatan bangunan. sejak 2 tahun belakangan ini mungkin sudah ada belasan usaha dagang tersebut.

Ramainya warga yang melintas dan beraktivitas di kawasan Pegasing termasuk adanya even pacuan kuda yang digelar 2 kali dalam setahunnya di lapangan HM Hasan Gayo Belang Bebangka berpengaruh pada pertumbuhan usaha warung makan dan cafe. Kini usaha jasa tersebut semakin berkembang.

Tingginya aktivitas warga yang melintas di dan ke kawasan Pegasing ini juga berakibat rawannya terjadinya kecelakaan lalu lintas. Selain itu kerap terjadi kemacetan lalu lintas terutama di kawasan Simpang Uning yang merupakan persimpangan menuju kecamatan Bies dan Kecamatan Silih Nara, Rusip, Celala dan Ketol. Sudah selayaknya jalan menuju arah ini diperlebar beberapa meter, sangat pantas jika dibangun 2 jalur.(Kha A Zaghlul/03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.