Banyak cara yang dilakukan untuk berbuat baik kepada orang tua, khususnya ibu. Kerena Ibu mempunyai posisi yang sangat istimewa untuk semua orang, tidak mengenal strata, agama dan suku bangsa. Negara menetapkan tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu untuk setiap tahunnya, pada hari ini guru-guru mengajar anak-anak didiknya bagaimana berbuat baik kepada orang tua, apakah melalui pemberian bunga, menyiapkan kado atau hadiah serta bentuk wujud ekspresi yang lain.
Acara Keberni Gayo yang ditayangkan pada hari jumāat secara live pada tanggal 13 Desember 2011, jam 20.00 sampai dengan 21.00 Wib juga mengambil tema āIneā (Ibu-red), dengan nara sumber seorang aktifis dan politisi perempuan Gayo yaitu Sri Wahyuni.
Sebagaimana biasa sebelum membuka sesi interaktif, nara sumber terlebih dahulu memaparkan pemahaman umum tentang tema dialog interaktif. Dalam paparannya Sri Wahyuni menyebut Ine adalah orang yang paling dekat dengan anak, pada usia 0 sampai dengan 5 bulan malah anak dianggap sebagai bagian dari diri seorang Ibu, karenanya apabila ibu merasa senang maka anak juga turut Ā merasa senang, bila ibu merasa sedih maka Ā anak juga merasa sedih, demikian sebaliknya apa yang dirasakan anak itulah yang dirasakan oleh ibu.
Setelah di atas 5 bulan anak sudah mendapat inspirasi dari luar dirinya dan orang tuanya sehingga pada saat ini anak mulai mengenal lingkungan sekitar dia. Ibu tetap berperasaan sama sejak anak dilahirkan sampai dewasa malah sampai anak menjadi tua. Tidak pernah seorang ibu menolak kehadiran anaknya, kendati dalam kondisi yang bagaimanapun, sehingga kita melihat kenyataan dalam masyarakat bagaimana pengorbanan orang tua untuk menjadikan anaknya menjad sehat, menjadi anak sebagaimana diharapkan semua orang bahkan ia berusaha menjadikan anaknya menjadi harapan bangsa. Ibu tidak pernah menyerah, ia selalu membela anaknya walau terkadang upaya yang dilakukannya bertentangan dengan bathinnya.
Narasumber teringat bagaimana dengan ibu beliau memperlakukan ketika ia masih kecil, dimana pada saat itu belum ada listrik, pada saat ia sudah tidur, ibu tetap belum tidur. Pada pagi hari ketika anak sudah bangun ibu sudah lebih duluan bangun dan sudah mempersiapkan seluruh kebutuhan anak-anaknya.
Ide awal munculnya peringatan hari ibu bukanlah bermula dari ibu-ibu di rumah-rumah, tetapi dari ide kaum perempuan untuk bersatu dan berkeinginan berkiprah dalam mengisi pembangunan dunia secara menyeluruh. Karena selama ini kaum ibu dalam keseharian selalu dianggap sebagai orang yang nomor dua, baik itu posisi dalam rumah tangga ataupun dalam ruang public. Pembentukan ideology berpikir bahwa laki-laki adalah orang nomor satu sudah sejak lama tertanam dalam keyakinan kebanyakan orang, sehingga untuk merubah ini memerlukan waktu dan proses yang panjang. Perubahan ini tidak hanya bagi kaum laki-laki sebagai orang yang selalu menjadikanĀ perempuan sebagai objek dari ideology tetapi karena sudah mengakarnya maka perubahan pola juga harus dilakukan pada kelompok perempuan itu sendiri.
Karena adanya ideology yang tidak berimbang selama ini sudah diyakini, maka upaya yang pertama harus dilakukan adalah perubagah ideology dari ketidak berimbangan menjadi keseimbangan atau kesamaan, karena Tuhan mengatakan : āmanusia itu diciptakan berpuak-puak atau bersuku-suku, gunanya untuk saling mengenal dan yang paling mulia diantara mereka di sisi Allah yang bertaqwaā
Dalam firman Tuhan tersebut sebenarnya tidak ada pembatasan dan perbedaan diantara laki-laki dan perempuan untuk berkreatifitas dalam hidup. Yang membedakan diantara mereka semua adalah ketaqwaan, yaitu kepatuhan kepada perintah dan larangan sesuai dengan keinginan Tuhan sebagai Khaliq.
Proses berjalannya perubahan ideology yang dilakukan selama ini masih memunculkan ketidak siapan sebagian orang, sebagian bapak-bapak belum siap melaksanakan pekerjaan yang diyakini selama ini sebagai pekerjaan ibu-ibu, mereka masih merasa tabu ketika mengerjakan pekerjaan domistik kekeluargaan, sebagian ibu juga belum rela atau belum siap menyerahkan atau bekerja sama dengan bapak-bapak dalam melaksanakan pekerjaan yang diyakini selama ini mejadi beban dia.
Akibat ketidaksiapan dengan perubahan ideologi ini untuk sebagian orang dapat bermuara pada keretakan dalam rumah tangga, sehingga kekerasan dalam rumah tangga rentan terjadi. Di sisi lain zaman menuntut semua orang harus merubah pola hidupnya, diantaranya karena kebutuhan hidup semakinĀ hari semakin meningkat. Kalau yang selama ini kebutuhan sehari-hari cukup ditangani oleh kaum bapak sekarang tidak memadai lagi, demikian juga sebaliknya pekerjaan yang selama ini dianggap memadai untuk dikerjakan kaum ibu-ibu sekarang tidak bisa lagi.
Sebuah harapan dari narasumber kepada mereka yang akan menjadi ibu, untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin, tantangan yang dihadapi semakin hari semakin berat, selama ini masih berharap kepada kemampuan seorang bapak untuk memenuhi kebutuhan hidup, tapi pada masa sekarang ini tidak memadai lagi, selama ini menganggap bahwa pendidikan untuk ibu-ibu memadai dengan sekolah seadanya dan tidak perlu tinggi-tinggi, kedepan tidak memadai lagi.
(Drs. Jamhuri MA)
.