Manusia Sebagai Khalifah

Oleh. Drs. Jamhuri, MA

TUHAN berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 30 : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Ketika Tuhan hendak menciptakan manusia ke dunia ini muncul respon dari para Malaikat dan Jin, mereka tidak setuju kalau manusia itu diciptakan apalagi menjadi khalifah Tuhan di muka bumi. Alasan yang digunakan sebagai respon dari ketidak setujuannya adalah sudah  menjadi tabi’at manusia selalu berbuat kerusakan dan saling bertumpah darah.

Masalah yang masih memerlakan diskusi tentang posisi manusia sebagai khalifah adalah : apakah Tuhan telah pernah menciptakan manusia atau sejenis manusia  sebelum Nabi Adam,  kalau belum dari mana malaikat bisa mengetahui bahwa manusia mempunyai tabi’at selalu berbuat kerusakan dan saling membunuh. Kalau pertanyaan itu kita lanjutkan, apa artinya manusia sebagai khalifah di muka bumi serta khalifah dari siapa manusia itu ?

Pengetahuan awal yang dibicarakan kepada kita sebagai orang yang selalu berupaya menggunakan akal untuk memahami al-Qur’an adalah, sikap malaikat yang selalu bertasbih dengan cara memuji dan mensucikan Tuhan, kendati manusia itu jadi diciptakan. Sebaliknya sikap kufur selama-lamanya dari para jin kepada Tuhan atas  penciptaan manusia. Dan Tuhan mengatakan “Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Mungkinkah bisa kita katakan pengetahuan Tuhan yang tidak diketahui oleh Malaikat dan Jin, memberi arti bahwa dugaan Malaikat dan Jin terhadap manusia yang selalu berbuat kerusakan dan saling membunuh itu boleh jadi benar ? Kenyataannya Tuhan juga katakan bahwa kerusakan di darat dan di laut semuanya disebabkan oleh ulah tangan manusia. Demikian juga terjadinya pembunuhan dan peperangan yang seolah tidak pernah berhenti.

Penciptaan manusia sebagai khalifah di muka bumi bukan berarti ia akan berbuat baik terhadap alam di mana mereka tinggal dan kekhalifahan juga bukan jaminan untuk selalu berbuat baik diantara sesame manusia, serta  bukan juga merupakan bukti bahwa khalifah adalah orang yang pasti mengabdikan dirinya kepada Tuhan Sang Pencipta. Lalu apa sebenarnya yang ada pada diri manusia sehingga ia dapat  dikatakan khalifah di bumi.

Sebenarnya ruh merupakan entitas yang merubah manusia dari bentuk basyar (bentuk manusia belum sempurna) menjadi insan (manusia berbentuk sempurna), atau dengan kata lain ruh merupakan potensi yang meningkatkan kualitas manusia dari derajat binatang menuju derajat manusia yang memiliki kesadaran dan akal.

Manusia yang hidup pada masa pra Adam  adalah manusia purba yang disebut dengan basyar, kehidupan masa ini setara dengan kehidupan binatang tetapi mereka memiliki ciri-ciri fisikologis yang mirip manusia. Dalam kondisi ini Tuhan meniupkan ruh kepada basyar, sehingga beralih menuju insan, bukan meniupkan ruh kepada kera, sehingga sampai saat ini kera tetap menjadi kera dan tidak beralih kepada bentik lain (ini berbeda dengan teori Darwin yang mengatakan manusia berasal dari kera).

Ruh dari Tuhanlah yang merubah manusia dari basyar menjadi insan, sehingga hewan tetap sebagai hewan yang dibedakan dengan insan. Dengan ditiupkan ruh inilah manusia menjadi khalifah Tuhan di muka bumi, diantara aspek peniupan ruh melahirkan sejarah kesadaran manusia, sehingga ia mengetahui perbuatan baik dan perbuatan yang tidak baik, mengetahui konsep halal dan haram, mengetahui perbuatan yang boleh dan yang dilarang. Dengan ruh juga manusia mampu mendirikan Negara, mendirikan lembaga pendidikan dan mengatur apa yang akan diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, membuat aturan hukum yang bertujuan untuk  menjaga keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan, kekayaan dan lingkungan dimana manusia itu tinggal.

Ruh yang dimaksudkan dalam pembahasan dimaksud adalah jiwa (spirit) yang dibedakan dengan nafs (nyawa), artinya manusia sebagai basyar sudah mempunyai nyawa tapi belum mempunyai jiwa, dan manusia sebagai insan disamping mempunyai nafs juga mempunyai ruh.

Sejarah perkembangan pemikiran manusia menghentikan pembicaraan tentang ruh ini, karena mereka berpendapat bahwa ruh adalah kewenangan Tuhan secara mutlak dan tidak ada hubungannya dengan kewenangan manusia, sebagaimana firman-Nya :

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: “Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”.al-Isra’. 85

Sebagian ulama sebagaimana disebutkan di atas memahami bahwa ruh menjadi kewenangan muthlak Tuhan dan manusia tidak mempunyai kewenangan, namun bila kita perhatikan di ujung ayat disebutkan bahwa “tidaklah kamu diberi pengetahuan (tentang ruh) melainkan sedikit”. Memberi arti manusia bukan tidak punya kewenangan tentang ruh, tetapi hanya sedikit.

Ukuran sidikit yang dimaksudkan Tuhan dalam ayat ini tidaklah sama dengan kadar sedikit dalam ukuran manusia, Kita bisa katakana bahwa sedikit dalam ukuranTuhan adalah banyak dalam ukuran manuisa, karena itu kita masih bisa berpendapat bahwa ruh merupakan wilayah bersama antara Tuhan dan manusia. Karena ruh merupakan rahasia kemajuan peradaban manusia dan hanya manusialah diantara makhluk hidup yang mempunyai ruh. Sehingga hanya manusia yang mempunyai potensi untuk mengembangkan diri dibanding dengan makhluk lain.

Ketika Tuhan meniupkan ruh-Nya kepada Adam, maka para malaikat bersujud kepadanya, karena ruh yang ada dalam diri Adam adalah ruh Tuhan. Maka dengan peniupan ruh ini telah menjadikan manusia sebagai khalifah Tuhan di bumi.

*Mahasiswa Pascasarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

3,627 comments

  1. Dengan semakin penuh sesaknya BUMI oleh jumlah manusia yang semakin bertambah, sedangkan pemusnahan manusia adalah sesuatu yg dilarang oleh hukum maupun agama, Maka manusia harus mencari alternatif hunian lain di luar Bumi……Nah ini masalahnya…..Apakah Tuhan mengijinkan manusia untuk mengkoloni Planet lain selain BUMI ? karena jelas2 disebutkan oleh Allah bahwa manusia diciptakan untuk mengelola BUMI dan tidak disebutkan boleh juga selain BUMI. Apakah berarti Allah akan membinasakan manusia sebelum hijrah manusia ke Planet lain terjadi ?