Menyikapi Pembangunan Aceh Tengah

KETIKA Basri Arita, ST menjadi narasumber dalam acara Keberni Gayo di Aceh TV (Jum’at 17/02), dia menjelaskan beberapa hal dari daerah Gayo khususnya Aceh Tengah memerlukan perhatian. Diantaranya adalah :

Perkebunan, masyarakat Gayo yang sudah turun temurun menumpukan kehidupannya kepada perkebunan (utamanya kopi), secara mendasar belum banyak mengalami perubahan, baik dari segi pengolahan lahan ataupun pengolahan hasil. Di sisi lain lahan yang dapat dijadikan perkebunan kopi semakin lama semakin sempit, sedangkan jumlah penduduk setiap tahunnya menjadi semakin banyak. Ukuran paling sederhana ketidakberubahan nasib petani kopi ini dapat dilihat dari semakin hari semakin banyaknya orang yang berasal dari perkampungan Aceh Tengah mencari pekerjaan di kota Takengon, dengan pilihan pekerjaan yang ditekuni tidak lebih baik daripada bertani.

Sikap yang diambil dalam hubungannya dengan sempitnya lahan pertanian ini, menurut  Basri Arita adalah dengan upaya pengalihan profesi. Tidak salah apabila masyarakat kampung mencari penghidupan di kota, namun hendaknya profesi pengganti yang ditekuni haruslah dilakukan dengan skill (keahlian). Di negara manapun manusia hidup pasti mengalami dan melalui perubahan, sebagai  negara menurut satu teori pasti bergerak dari agraris ke industri dan ke transpormasi.

Sebagai anggota masyarakat secara individu atapun secara kelompok kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapi perubahan tersebut, kalau hal ini tidak kita lakukan maka yakinlah bahwa pada satu saat kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan akan menimpa masyarakat kita, dan inilah yang ditakutkan oleh semua orang. Di samping itu juga kita sadar bahwa tidak semua orang mampu menjadikan dirinya berubah mengikuti perkembangan, disitulah perlu adanya peran pemerintah untuk mempersiapkan dan membimbing masyarakatnya menuju kearah perubahan tersebut. Dan lebih baik lagi kalau ada kesepakat akan tujuan perubahan.

Sempitnya lahan perkebunan juga pertanian merupakan proses alami dengan bertambahnya jumlah penduduk, di samping juga semakin tuanya tanah yang dijadikan lahan perkebunan. Dahulu semua tanaman dapat tumbuh dengan subur dan tidak pernah memerlukan pupuk atau pengobatan lain,  sekarang tanah menjadi tidak subur lagi dan kalau bercocok tanam lalu tidak menggunakan pupuk, maka semua orang kan katakan tidak mungkin ada hasil.

Contoh yang paling sederhana disebutkan adalah ilalang, dimana pada tahum 80-an masih bisa digunakan untuk atap rumah, sedangkan sekarang baru 20 cm ilalang tersebut sudah berbunga. Juga tebu yang telah menjadi mata pencarian utama disebagian wilayah Aceh Tengah, pada tahun sebelum 80-an rasa tebu di Aceh Tengah masih manis, kini rasa tebu sudah hambar. Penyebabnya adalah pembibitan, kenapa kita tidak mendatangkan para ahli dalam bidang tersebut sehingga pola pembibitan selalu sesuai dengan aturan.

Nelayan, untuk perubahan kehidupan nelayan telah pernah dilakukan upaya  menyediakan tanah pertanian dan perkebunan. Namun karena mereka telah menekuni kehidupan sebagai nelayan sejak turun temurun, maka pengalihan kehidupan kepada lahan lain tidaklah semudah yang dibayangkan. Karena belum adanya cara atau penghidupan lain yang dapat menggantikan profesi nelayan dan untuk memberikan kesejahteraan kepada mereka yang hidup di seputaran Danau Lut Tawar, maka kelestarian Danau harus dijaga oleh semua orang. Seperti : tidak menggunakan alat tangkap ikan yang dapat merugikan masyarakat, penertiban keramba-keramba yang ada, selanjutnya upaya penyemaian bibit ikan pada saat peringatan hari jadi Aceh Tengah, hari kemerdekaan Indonesia atau juga momen-momen lain.

Moral, tidak hanya mata pencarian masyarakat yang memerlukan perhatian, tetapi lebih dari situ adalah moral. Kita sangat prihati dengan keadaan moral dalam masyarakat Gayo, tidak hanya pada tingkat anak-anak tetapi pada seluruh lapisan masyarakat. Langkah yang efektif dilakukan adalah menambah jam pendidikan agama di setiap jenjang pendidikan, menghidupkan menasah dengan pengajian-pengajian (upaya pemerintah tentunya menyediakan insentif tenaga pengajar). Karena yang menjadi kendala selama ini adalah ketiadaan perangsang untuk pera tenaga pengajar pengajian.

Terakhir narasumber menyebutkan, orang Gayo bisa berubah dengan beralihnya profesi, sebagai contohkan narasumber sendiri. Pada dasarnya ia sama dengan masyarakat lain yang mempunyai latar belakang petani, tapi karena keberanian, ketegasan dan memposisikan bahwa hak orang adalah hak orang dan kewajiban kita adalah hak orang, nyatanya berhasil dan sampai saat ini masih eksis. (Drs. Jamhuri, MA)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.