Jakarta | Lintas Gayo – Usai dikukuhkan UNESCO jadi warisan budaya dunia tak benda, mahasiswa Gayo Lues yang kuliah di Jakarta mulai berbuat dalam memaksimalkan pengenalan Saman.
“Sebelumnya, kita sering nampil atas nama Sanggar Kepies Gayo Jakarta dan Ikatan Mahasiswa Gayo Lues (IMGL). Dalam waktu dekat, kita akan bentuk Sanggar sendiri. Dan, saya pikir, makin banyak sanggar Saman di sini, tambah bagus. Namun, kita tetap saling membantu di lapangan,” kata Abu Rahmat, di Jakarta Selatan, Selasa (21/2/2012)
Dijelaskan lebih lanjut, kemungkinan, dalam bulan ini, mereka sudah memfinalkan struktur dan nama-nama kepengurusan, yaitu dengan melibatkan orang tua dan orang-orang mau dan betul-betul peduli. Setelah itu, sambungnya, akan digelar rapat kerja pengurus untuk menentukan program kerja. Khususnya, untuk jangka pendek, tahun ini.
“Kami terakhir nampil saat pertemuan pemimpin-pemimpin negara Islam di Palembang. Dan, awal bulan depan, kami akan mentas di Bandung. Sayangnya, kami belum memiliki baju kerawang untuk bersaman. Konsekuensinya, ya, harus nyewa,” ungkapnya.
Karenanya, Abu Rahmat dan kesepuluh anggotanya sangat mengharapkan bantuan baju kerawang Saman dari Pemerintah Gayo Lues. “Bagaimana kita bisa maksimal dalam mengenalkan Saman. Sementara, dukungan ke kita kurang. Jangankan bantuan dalam bentuk uang, untuk baju saja tidak ada,” tuturnya.
Menurutnya, Saman perlu lebih dikenalkan di luar Aceh. Apalagi, dengan adanya kesalah-pemahaman dan kesalahan pemeraktikkannya selama ini. Lebih-lebih, masa uji coba Saman sebagai warisan budaya dunia tak benda cuma empat tahun. Jadi, harus betul-betul optimal dalam mengenalkan, mempertahankan, dan melestarikan Saman ini,” katanya dengan tegas. (Faiz Akbar)
.