Bentengi Diri dengan Keimanan dan Ketaqwaan

Redelong | Lintas Gayo – Dalam kehidupan ini kita cenderung  pada dua hal yaitu  yang haq dan yang bathil sebagaimana firman Allah SWT. Faalhamaha Fujuraha wa Taqwaha “Maka Dia mengilhamkan (kepada setiap jiwa) jalan dosanya dan jalan taqwanya.” (Qs. Asy-Syams: 8) Kata Mahdi, S.Ag, MA selaku khatib Jum’at, (9/3/2012) di masjid Istiqamah Jl. Bale Atu – Simpang Tiga Redelong kampung Hakim Tungul Naru, kecamatan Bukit, kabupaten Bener Meriah.

Manusia diberikan akal dan insting untuk memilih yang baik atau yang buruk, dalam kehidupan sehari-hari kita selalui ditemui godaan dan cobaan, kerena cobaan dan godaan yang selalu menghampiri manusia maka untuk mengantisipasi hal tersebut maka kita harus membentengi dengan keimanan dan ketaqwaan.

Khatib yang merupakan Guru di MTSN Simpang Tiga Redelong ini menjelaskan makna iman menurut bahasa,  iman berarti pembenaran hati, sedangkan menurut istilah, iman adalah: “Membenarkan dengan hati, mengikrarkan dengan lisan dan mengamalkan dengan anggota badan.”

Diuraikan satu persatu maksud iman dalam istilah “Membenarkan dengan hati” maksudnya menerima segala apa yang dibawa oleh Rasulullah. “Mengikrarkan dengan lisan” maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat, “La ilaha illallah wa anna muhammad Rosulullah” (Tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah).“Mengamalkan dengan anggota badan” maksudnya, hati mengamalkan dengan bentuk kayakinan, sedang anggota badan mengamalkan dengan bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.

Tiga aspek inilah yang melingkupi  70 lebih cabang imam. Dari mulut kita ada ungkapan Lailahaillah mungkin juga tasbih yang lainnya. Iman itu tidak sekedar ungkapan verbal dengan perkataan, tapi iman juga dengan hati yaitu malu dengan hal – hal yang dilarang Allah SWT serta dengan anggota tubuh dan serendah – rendah iman membuang durian dari jalan.

Dalil cabang-cabang iman adalah hadits Muslim dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda: “Iman itu tujuh puluh cabang lebih atau enam puluh cabang lebih; yang paling utama adalah ucapan “la ilaha illallahu” dan yang paling rendah adalah menyingkirkan rintangan (kotoran) dari tengah jalan, sedangkan rasa malu itu (juga) salah satu cabang dari iman.” (HR. Muslim, I/63)

Alumni S2 di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta ini menegaskan tidak akan berani seseorang meminum khamar ketika iman masih bersemayam dalam hatinya, begitu juga dengan berjina,mencuri dan korupsi sementara jika masih bersemayam iman dalam hatinya.

Banyak kelebihan iman yang telah termaktub dalam Al-qur’an dan  salah satunya adalah firman Allah SWT: “Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih bahwasanya mereka akan mendapatkan balasan berupa surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai…” (Qs. al-Baqarah: 25)

Iman itu hidayah, selain hidayah kita harus berusaha  untuk meningkatkan keimanan tersebut. Begitu juga dengan hakikat iman. “Iman tidak diwariskan kepada anak cucu begitu saja, tanpa usaha.” Tegas Khatib yang berprofesi sebagai guru dan dosen ini.

Ada ungkapan yang biasa kita dengar “ Jika berteman dengan pandai besi maka percikannnya akan mengenai kita,  begitu juga jika berteman dengan penjual minyak wangi maka akan kebagaian wanginya.” Maksudnya jika kita bergaul dengan orang yang berbuat amal shaleh, maka  kebaikannya  akan tertular sedikit banyaknya kepada kita.

Dalam kehidupan modern yang berkembang   pesat seperti sekarang ini dengan fasilitas seperti televisi, handphone dan internet, tantangan beragama semakin berat. Diluar rumah orang tua tidak bisa lagi mengontrol anaknya .

“Marilah kita bentengi dengan nilai keimanan dan ketaqwaan. Karena kita tidak bisa membentengi anak kita diluar rumah kecewali dengan keimanan dan ketaqwaaan yanag kita didik dan ajarkan sejak dini.” Seru khatib sekaligus imam Jum’at, (9/3) kelahiran Belang Ara 17 Januari 1978 ini.

Di penutup khutbahnya khatib kembali menyeru dan menegaskan kepaa jama’ah agar orang tua dan kaum muslimin umumnya tidak membiarkan anaknya membuka aurat, malu melakukan perbuatan yang dilarang Allah.  Mari kita mendo’akan kepada Allah dan membimbingnya agar menjadi anak amal shaleh.  (Fazri)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.