Antara Sambutan yang Membosankan dan Meriah

*Catatan Perjalanan ISPO SMAN 1 Takengon Part VII (Selesai)

TIDAK terasa delapan hari sudah perjalanan Tim kebanggaan SMAN 1 Takengon dalam menyelesaikan serangkaian kegiatan ISPO di Jakarta, sudah waktunya untuk kembali ke kota dingin yang tercinta, seakan rindu kami semua tak terhingga, berkeinginan kembali di Takengon, disana keluarga besar sekolah tertua ini telah menanti, tak sabar untuk menyambut kedatangan kami semua.

Hari itu, Rabu (29/02/2012) kami pun meninggalkan Jakarta menuju Medan, malam harinya kami menampuh jalan darat menuju kampong halaman di Takengon yang telah sepekan kami tinggalkan.

Dalam perjalanan HP ku berbunyi menandakan sebuah panggilan, begitu ku lihat ternyata dari pimpinan SMAN 1 Takengon, Drs. Uswatuddin, M. AP, dirinya memberitahukan bahwa besok sesampai kami di Takengon diagendakan akan disambut di ruang Bupati Kabupaten Aceh Tengah dan langsung kembali ke sekolah untuk disambut bersama keluarga besar SMAN 1 Takengon.

Ku sampaikan pesan dari kepsek ke semuanya, ada yang menanggapi biasa saja dan ada yang senang, karena seumur-umur baru kali ini masuk ke ruang bupati. Hati ku pun senang bercampur haru, pulang ke Takengon disambut oleh siswa-siswa ku disana sekalian rekan-rekan seperjuangan.

Waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi, kami pun tiba ditanah tercinta, segera mengumpulkan barang bawaan dan berpisah sejenak di terminal bersama yang lain untuk mengantarkan barang-barang ke rumah, dan pukul 8 tepat kami harus sudah berada disuatu tempat yang disepakati kemudian langsung pergi bersama ke kantor bupati.

Perjalanan yang melelahkan seakan tak terasa, kelelahan pun tergantikan dengan berjumpa kembali dengan rekan-rekan sejawat dan terutama siswa-siswa ku yang imut, yang sejak kami berada di Jakarta selalu menanyakan kapan kami pulang ke Takengon lewat pesan singkat.

Pukul 8 lebih 5 menit kami pun berkumpul, ternyata Kepsek dan Wakasek bagian kesiswaan telah siap mengantarkan kami ke kantor Bupati, dalam perjalanan Kepsek mengatakan akan disambut diruang kerja Bupati pukul 8 lebih 30 menit, dan dalam hati aku pun berkata berharap Bupati tepat waktu, karena rasa rindu ke sekolah.

Kami pun sampai di kantor Bupati kami pun langsung menuju ruang humas untuk mengabarkan kami semua telah datang, dan ternyata Bupati belum masuk kantor, dengan sabar kami menunggunya hingga ada perasaan bosan menunggu, sampai-sampai ada yang tertidur di tangga, kami semua menunggu di tangga, tak ada kursi untuk duduk.

Kebosanan demi kebosanan terlihat dari siswa-siswa ku, lalu ku ajak mereka untuk berjalan sejenak, awalnya hanya Dika dan Yudi yang mengikuti, namun setelah kami berjalan beberapa meter akhirnya ke-4 siswa ku yang lainnya mengikuti jejak kami untuk melepas kebosanan.

Ulpa pun menanyakan kepada ku, “kemana kita pak?”, aku pun spontan menjawab, kemana saja asalkan tidak bosan menunggu di tangga tadi, mereka pun tertawa agar kesuntukan itu terlupakan, memang ke-6 siswa ku itu sangat mudah tertawa, dan selalu ceria saja.

Kami berjalan sekitar setengah jam, tak ada arah tak ada tujuan, kami memutuskan untuk kembali menemui yang lain ditempat semula, jam sudah menunjukkan pukul 10.45 wib, tetapi tak ada tanda-tanda kami akan segera masuk keruangan Bupati, Sona mengatakan tadi ada staff disitu yang mengatakan Bupati lagi ada tamu dari BPK, pikiran ku langsung mengatakan bahwa akan lama lagi menunggu disini.

SMS demi SMS terus saja terdengar, rupanya di sekolah semuanya tak sabar untuk menunggu kami semua, semuanya berkeinginan untuk segera kembali ke sekolah dan membatalkan bertemu dengan Bupati dengan alasan lelah menunggu.

Pukul 11.20, kami pun dipersilahkan menjumpai Bupati dengan perasaan yang telah menunggu lebih dari 3 jam, perasaan gembira menjadi biasa saja, sudah tak ada yang istimewa.

Penggalungan bunga pun dilakukan, ada memang ada kejadian menarik disini, Aku, Sona dan Fitri disangka siswa lagi oleh bupati, dengan menanyakan pembimbingnya kelas berapa, sedikit terobati rasa jenuh menunggu tadi oleh kami bertiga, dan berharap ada kata-kata yang akan melanjutkan penelitian yang meraih mendali di ISPO ke-4 kami kearah yang lebih serius, namun kata-kata itu tak ada dalam pembicaraan itu.

Tak lama kemudian, kami pun meninggalkan kantor bupati, dengan perasaan senang bercampur kecewa, lama menunggu membuat kami semakin lelah, namun harus kembali ke sekolah untuk menemui keluarga kami disana, dengan semangat kami pun langsung menuju kesana.

Ternyata disana para siswa telah berjejer disetiap sisi sekolah ditambah guru-guru menanti kedatangan kami, rasa lelah tergantikan dengan gembira, aku terharu melihat keluarga besar SMA ini, hanya untuk menanti kami tiba, padahal acara penyambutan disekolah direncanakan pada pukul 10.00 wib dan ternyata harus molor hingga pukul 12.10 wib, kesetiaan mereka menunggu kami membuatku sempat menitikkan air mata, seraya bersalaman dengan guru-guru yang lain sambil berangkulan mengucapkan selamat.

Sebuah kebanggaan bagi SMAN 1 Takengon karena dutanya telah berhasil mengukir prestasi di kancah nasional. Tari munalo pun mewarnai penyambutan kami semua, dan menuju panggung yang ada disekolah yang area tak luas itu.

Sebuah penyambutan sederhana tapi menurut kami sangat meriah, kemudian kepsek berpidato dihadapan kami semua, seraya memberikan hadiah dan penghargaan kepada siswa-siswa yang telah mengukir prestasi itu, ke-6 siswa kami itu memperoleh bebas biaya komite sekolah hingga menamatkan studinya disekolah ini.

Acara itu pun berakhir langsung siswa-siswa yang lainnya mengajak kami berfoto bersama dan bergantian memakai mendali yang diperoleh, begitu juga halnya dengan guru-guru. Semua perjalanan tim ISPO SMAN 1 Takengon telah berakhir, kami semua berkeinginan ada yang menindaklanjuti penelitian yang telah ada, terutama tentang limbah kopi yang diteliti ternyata dapat dijadikan gula sebagai pengganti gula pasir yang rendah kalori, seraya menunggu jawaban itu akan terwujud entah sampai kapan atau mungkin ini hanya menjadi prestasi yang biasa-biasa saja, dan membiarkan semua ini hanya menjadi sebuah prestasi akademik saja tanpa ada kelanjutan. Wallahua’lam.(Darmawan Masri)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.