Takengon | Lintas Gayo – Warga kampung Toweren Toa Kecamatan Lut Tawar Aceh Tengah yang berprofesi sebagai nelayan di Danau Lut Tawar (DLT) menginginkan pelabuhan (Sakaten:Gayo-red) khusus untuk tempat mereka beraktifitas dengan leluasa.
Ini dinyatakan oleh kepala kampung setempat, Banta Cut yang turut menemani warganya mengambil hasil tangkapan dari jaring (Doran:Gayo-red) di kawasan Lung tepian DLT, Jum’at (16/3) pagi.
“Warga saya butuh sakaten agar mereka bebas beraktifitas ekonomi didanau Lut Tawar ini, namun tak ada lagi kawasan pantai DLT yang tidak dikuasai oleh perorangan. termasuk lokasi Lung ini,” kata Banta Cut diamini sejumlah warganya.
Menurutnya, sudah secara turun temurun nelayan tradisional dikawasan tersebut menyandarkan perahu mereka di tempat itu, akan tetapi beberapa tahun ini kawasan ini sudah ada yang memiliki, dan melarang mereka menyandarkan perahunya di tempat yang biasa mereka tempatkan.
Banta Cut merasa geram akan ketidaknyamanan warganya tersebut dan berjanji akan segera melaporkan kepada pihak yang berwenang yakni pemerintah dan DPRK selaku wakil untuk menyampaikan aspirasi masyarakat, untuk segera menyelesaikan perkara pelarangan tersebut.
“Menurut undang-undang yang berlaku, pinggir pantai sepanjang DLT tidak boleh ada yang memiliki, dan pada saat ini pihak yang mengaku sebagai pemilik lokasi Lung sudah mulai meminta pajak kepada para nelayan sebesar Rp. 10.000,” ujarnya.
Sesuai aturan yag saya ketahui, pantai di danau ini semua milik rakyat, jadi kenapa kami dilarang untuk menyandarkan perahu kami ditempat yang seharusnya menjadi milik rakyat”, kata Banta Cut geram.
Diungkapkan Banta Cut, semua warganya kini telah protes akan tindakan yang mengaku pemilik tanah dikawasan pantai Toweren Toa ini, dan apabila ini tidak segera dibenahi.
“Jika tidak segera diupayakan penyelesaian persoalan ini, saya khawatir akan terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan,” pungkas Banta Cut.
Sementara itu, hingga berita ini diterbitkan yang dinyatakan sebagai pemilik kawasan Lung tempat warga melabuhkan perahunya itu belum dapat dihubungi untuk dikonfirmasi terkait keluhan nelayan tersebut. (Darmawan Masri/red.03)