Tingginya Etika Sepakbola Inggeris

Catatan: Marah Halim*

MENJELANG berakhirnya babakpertama atau tepatnya menit ke-41, Fabrice Muamba, pemain Bolton Wenderers, terkapar di kotak pertahanan lawan, Tottemham Hotspurs, siapa yang menyikutnya hingga terkapar? Tayangan TV menampilkan tidak ada orang di dekatnya, dia jatuh sendiri. Wasit, yang melihat kejadian itu, sontak meniup peluit panjang, menghentikan pertandingan.

Para pemain, baik pemain Bolton atau Hotspurs, berlarian mendekati Muamba. Muamba mengejang tertelungkup memegangi dadanya, terlihat sangat sekarat. Para pemain lain ada yang shock bahkan mengeluarkan air mata melihat kondisi Muamba. Penonton, baik lai-laki dan perempuan banyak yang menangis histeris melihat Muamba masih tergeletak di tengah lapangan.

Tim media segera bergegas, segera mengangkat Muamba ke tandu dan bergegas menuju ambulans yang telah menunggu di luar stadion. Selama 15 menit pertandingan terhenti, seluruh isi stadion larut dalam kesedihan, lebih banyak yang diam dan bengong serubu bahasa. Di tengah lapangan, para pemain terlihat mengerumuni wasit dan berbicara sesuatu satu sama lain. Tidak lama kemudian mereka bergegas ke kamar ganti dan ternyata mereka menyepakati untuk menghentikan pertandingan

Sebagai penonton setia dari rumah, saya melihat sisi lain yang luar biasa dari sepak bola eropa, yaitu sisi etika penonton, pemain, dan penyelenggara yang sangat tinggi. Bagi saya ini luar biasa, saya yang melihatnya dari layar TV saja sempat bingung mengapa para penonton semuanya diam tak seorangpun yang tertawa atau senyum melihat Muamba yang tengah sekarat, semua menunjukkan sikap sedih, simpati yang luar biasa. Banyak mereka mengucurkan air mata. Yang luar biasa bagi saya adalah sikap penonton yang begitu peduli dan menghormati pemain yang sedang bertarung di lapangan.

Saat Muamba digotong, spontan beberapa orang penonton berdiri di tempat yang agak tinggi menganggkat tangan mengajak semua penonton yang ada di stadion bertepuk tangan hormat mendukung dan menyemangati Muamba, mereka melakukannya dengan takzim tanpa ada tersirat wajah yang senyum, mereka prihatin, sangat prihatin. Bagi saya ini luar bisa sportif. Yang lebih luar biasa lagi, manakala pertandingan dihentikan, merekapun keluar dengan tertib tanpa ada yang menggerutu, bayangkan hanya karena satu orang yang menderita, mereka yang jumlahnya ribuan bersedia menunda kesenangannya. Itulah bagi saya etika islami walaupun mereka belum tentu muslim, tapi mereka telah menunjukkan “keislaman” mereka.

Mungkin jika situasi di atas terjadi di Indonesia, pertandingan hanya akan diskor sementara sementara menunggu korban dibawa keluar lapangan, setelah itu lanjut kembali. Penonton pun mungkin tidak akan sedih sebab sebagian penonton mungkin mendukung kubu yang bukan kesebelasan yang dibela si korban. Penonton kita yang terkenal tidak tertib mungkin pula ada yang biasa-biasa saja melihat kejadian mengenaskan itu.

Tapi publik sepakbola Inggris yang terkenal dengan hoologanisme-nya menunjukkan etika sepakbola yang sangat tinggi dan berprilemanusiaan, sesuatu yang patut kita apresiasi dan contohi. Mungkin dalam bidang lain kita kerap dibuat “geram” oleh ulah Inggris, tapi untuk yang satu ini kita harus angkat jempol.

*Pecandu Bola

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.