Memilih Bupati Kopi

Marah Halim*

“Apapun makanannya, minumannya teh botol Sosro”, itulah salah satu iklan yang menancapkan imprint di alam bawah sadar kita bahwa teh botol Sosro adalah pasangan makanan yang paling tepat. Imprint seperti ini sulit di-delete dari alam bawah sadar karena kekuatan ide-nya yang dikemas dalam kalimat pendek yang begitu men-doktrin dan kuat, sederhana, mudah diingat, dan tampaknya seperti tidak memaksa. Inilah strategi iklan saat ini.

Sebelum masa kampanye benar-benar dimulai, kita juga ingin menanamkan imprint dulu di alam bawah sadar kita sebagai pemilih di Gayo sebelum dicekoki oleh kampanye-kampanye pasangan yang nantinya sudah pasti diduga menawarkan mimpi-mimpi indah yang sangat klise. Kata-kata “keadilan”, “kesejahteraan”, “mengundang kemakmuran”, “menghalau kemiskinan”, dipastikan akan beterbangan dari mulut para jurkam.

“Siapapun bupatinya, kita tetaplah petani kopi”, itulah imprint yang hendak kita tanamkan ke alam bawah sadar kita urang Gayo di Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Kata-kata klise seperti di atas hanya isapan jempol belaka jika setiap pasangan calon tidak tau apa yang harus diperbuatnya untuk mencapai itu. Hanya “wiro sableng” atau “pendekar mabuk” yang akan ber-iklan bahwa untuk menggapai kesejahteraan bagi masyarakat Aceh Tengah maka buatlah peternakan di perueren yang jauh dari jangkauan kehidupan riil masyarakat; ada juga iklan yang menawarkan mimpi indah urang Gayo untuk bertanam kelapa sawit di Samar Kilang, padahal “main sawit” bukanlah keahlian urang Gayo. Yang namanya Gayo tetaplah “Bangsa Kopi”. Karena itu, yang kita tagih adalah iklan yang berbau kopi.

“Untuk kopi, apa yang kamu bisa buat, wahai calon Bupati?” Kalimat ini yang harus kita todongkan kepada para calon bupati di Gayo. Kalau dia gagap menjawabnya, dipastikan dia tidak punya visi dan misi untuk kesejahteraan, jadi “jauhkan paku penusuk dari tanda gambarnya di kartu pemilih”.

Kalau ada calon Bupati yang beriklan di luar kopi, maka ia adalah pembohong besar. Kalau ada yang bicara infrastruktur jalan dan jembatan, gajah kule, polan kepulin, itu adalah bohong besar sebab yang namanya infrastruktur lebih banyak merupakan program APBN atau minimal provinsi. Kalau jalan tingkat jalan desa maka tidak usah bupati yang memikirkannya, kalau ada dana serahkan saja ke kepala PU-nya. Urusan infrastruktur jalan antar kabupaten minimal menjadi bahan iklan calon gubernur.

Iklan orang yang sudah pernah jadi Bupati juga harus diwaspadai. Sudah pasti ia akan mengungkit jasa-jasanya ketika ia menjadi bupati, ukurannya tetap saja sama, selama ia jadi bupati apa yang telah ia perbuat untuk kopi. Bahwa kopi Gayo saat ini telah memiliki Indikasi Geografis bukanlah semata-mata jasa bupati yang lalu, itu adalah perjuangan masyarakat kopi Gayo, tanpa bupati pun IG itu akan didapat. Jadi jangan sampai muncul klaim ”pernah berjasa” dalam hal itu.

Akan ada nanti calon Bupati yang ”galau” tak tau harus beriklan apa lantas seperti orang kesurupan mendompleng program di luar bidangnya. Kalau ada calon bupati berlatar belakang ilmu teknik atau ilmu pertanian, tapi kemudian beriklan tentang syari’at Islam, maka dipastikan ia salah minum obat, seharusnya ia tidak lari dari imprint tadi apaun latar belakang pendidikan dan profesinya. Yang berlatar belakang teknik sipil seharusnya bisa saja beriklan bagaimana membangun sarana yang menunjang dan memudahkan masyarakat untuk meningkatkan pemasaran dan produksi kopi, apalagi yang berlatar belakang pertanian, seharusnya lebih fokus ke kopi. Kata kuncinya adalah kopi. Syari’at Islam sekalipun takkan berjalan tanpa kopi.

Ukuran “keadilan”, “kesejahteraan”, “kemakmuran”, dan “syari’at Islam” di Gayo adalah kopi. Adil ada jika pemasaran kopi membela dan melindungi petani; sejahtera ada jika petani tidak dirugikan terus dalam mata rantai perdagangan kopi; dan makmur akan hadir jika dengan kopinya urang Gayo bisa bangun rumah, menyekolahkan anak, dan menabung untuk hari tua.

Singkatnya, yang kita pilih adalah yang paling fasih berbicara tentang kopi. Yang setiap kalimatnya bisa kita tagih kalau nanti yang bersangkutan benar-benar mendarat di kursi Gayo 1.

*Anak Petani Kopi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.