by

Pedampingan Agama dan Budaya dalam Kehidupan

Oleh. Drs. Jamhuri, MA[*]

Budaya merupakan hasil karya dan karsa manusia, untuk itu maju mundurnya sebuah budaya sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuan manusianya, sebuah negara yang maju dipastikan penduduknya lebih banyak yang berpendidikan dibanding dengan negara yang tidak maju. Demikian juga dengan daerah dalam sebuah negara yang penduduknya lebih banyak berpendidikan akan lebih cepat berkembang dibanding dengan daerah yang kebanyakan penduduknya tidak berpendidikan.

Sedangkan makna Agama sangat erat hubungannya dengan sejarah lahirnya kepercaraan kepada sesuatu yang dipercayai tersebut. Sebagian definisi menyebutkan bahwa agama mempunyai asal kata a-gama berarti tidak kacau, kata ini berasal dari bahasa  Sanskerta. Asal mula pemaknaan ini didasarkan pada kesepakatan sekelompok orang untuk membuat aturan dan aturan itu dibuat untuk dipatuhi dan akan diberi sanksi bagi anggota kelompok yang melanggarnya. Lama kelamaan kepatuhan terhadap peraturan ini diyakini sebagai sebuah aturan yang disebut dengan agama.

Istilah barat menyebut kata agama ini dengan kata religi, artinya adalah keyakinan terhadap adanya kekuatan yang dimiliki oleh benda-benda, seperti kayu besar, batu besar,kuburan atau benda-benda lainnya yang mempunyai kekuatan. Sedangkan Islam menamai kata agama ini dengan ad-din atau millah. Kata ini mempunya arti sebuah perintah keyakinan yang datangnya dari Allah yang Maha Pencipta.

Kedua agama yang pertama dikenal dengan sebutan agama ardh dan agama yang ketiga dinamakan dengan agama samawi. Tidak hanya Islam yang dinamakan dengan agama samawi tetapi juga agama Yahudi dan Nasrani, dan orang yang memeluknya disebutkan dengan ahlul kitab (dalam Islam).

Penamaan kata ad-din dan millah dengan kata agama sesuai dengan ilmu komunikasi atau dakwah, bahwa untuk memudahkan transpormasi pemahaman sebuah ajaran atau keyakinan kepada orang yang tidak memiliki bahasa yang sama maka harus dicari padanannya, sehingga ditemukanlah bahwa kata ad-din atau millah dipersamakan dengan agama, sebagaimana juga halnya kata shalat dengan sembahyang.

Didasari dengan pengetahuan ini muncullah pemahaman yang memisahkan antara budaya dengan agama, dimana kata budaya identik terhadap apa yang dihasilkan dari karya dan karsa manusia, sedangkan kata agama identik dengan apa yang berasal dari Allah. Kendati sebenarnya sebagaimana telah disebutkan bahwa kata agama itu sendiri merupakan hasil dari budaya manusia itu sendiri.

Pemisahan kedua kata ini terus berlanjut sampai dengan sekarang ini, sampai kepada mempertentangkan keduanya dan hampir tidak pernah dipertemukan lagi antara kedua kata tersebut. Sebenarnya dalam Islam dikenal yang namanya ‘aqal dan naql, artinya ada petunjuk-petunjuk yang kebenarannya dapat dibuktikan dengan menggunakan akal (pikiran) manusia dan ada juga kebenaran yang didapat dengan petunjuk secara langsung dalam al-Qur’an dan al-Hadis. Pembuktian kebenaran berdasarkan hasil petunjuk dari akal manusia diakui oleh Islam sepanjang dapat dikaitkan dengan al-Qur’an dan al-Hadis Nabi, dan apabila kebenaran hasil pikiran tidak dapat dihubungkan dengan petunjuk al-Qur’an dan hadis maka ini tidak diakui dan dikatakan dengan pemikran sekuler

Sedangkan untuk kata sekuler itu sendiri terjadi perbedaan pemahaman diantar orang Islam dengan orang non muslim (khususnya Barat), dalam Islam yang dikatakan dengan skuler adalah pemikiran yang tidak dilandasi kepada al-Qur’an dan al-Hadis, sedang menurut orang non muslim mengatatakan makna skuler adalah pemisahan antara kewenangan agama dengan negara. Agama menjadi kewenangan Gereja dan Negara bukan kewenangan Gereja.

Bentuk pemikiran yang memisahkan antara budaya dan agama secara ketat, juga terlihat pada pemikiran yang tidak berimbang dalam memandang dunia dan kahirat. Kehidupan dunia yang penuh dengan gelora budaya seakan semua bertentangan dengan agama, sampai menjadikan agama bukan lagi untuk kepentingan dunia tetapi semata hanya untuk kepentingan kehidupan akhirat.

Banyak orang-orang yang takut dengan kehidupan dunia sehingga ia  lari dari kenyataan hidup, mereka takut memiliki harta yang banyak karena ketika menuju alam akhirat nanti terlalu banyak pertanyaan yang diajukan, dan menyulitkan untuk menjawabnya. Sementara orang yang tidak memiliki harta akan sedikit pertanyaan dan tidak memerlukan banyak jawaban. Orang tersebut juga berpikir bahwa semua kemewahan dunia hanya dapat melalaikan kehidupan akhirat, hotel dan tempai hiburan hanyalah tempat maksiat. Mereka lupa bahwa baik dan buruknya sebuah perbuatan hanyalah  sudut pandang bagaiman kita mengisinya dan uuntuk apa kita memanfaatkannya.

Di sisi lain ada orang yang berpikir berimbang antara kehidupan dunia dan akhirat, mereka berpendapat bahwa kehidupan dunia bukanlah semata hasil dari karya dan karsa manusia yang tidak ada hubungannya dengan petunjuk al-Qur’an dan al-Hadis, mereka terus berupaya menghasilkan karya dan karsa agar manusia yang lain tidak hanya bisa menikmati karya yang bertentangan dengan kehendak agama. Mereka menciptakan lembaga-lembaga pendidikan agar semua orang dapat mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Karena hanya dengan ilmulah kita dapat membuktikan firman  Tuhan bahwa orang yang mempunyai ilmu akan lebih dihargai, ditakuti dan akan ditempatkan pada posisi yang lebih baik dari orang yang tidak berlimu.

Hal tersebut membuktikan bahwa budaya bukanlah lawan dari agama, tetapi keduanya dalap berjalan dalam kehidupan manusia secara berdampinga, agama bukanlah semata-mata urusan akhirat, karena diakhirat kelak merupakan pertanggung jawaban dari kehidupan dunia. Kemewahan yang didapat dalam hidup sangatlah membantu pelaksanaan ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah, dan harus juga kita yakini bahwa semua yang ada di alam nyata ini merupakan ciptaan Allah, kita ditantang oleh Allah untuk memilih antara yang baik sesuai dengan kehendak-Nya atau kita memilih yang bersalahan dengan kehendak-Nya.



[*] Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.