Banda Aceh | Lintas Gayo – Pantauan yang dilakukan oleh Jaringan Masyarakat Sipil untuk Perdamaian (JMSP) dalam pelaksanaan Pilkada Aceh 2012 menunjukan tingkat antusiasme masyarakat untuk berpartisipasi menurun.
Di beberapa lokasi seperti Ie Rho barat dan Tambu Samalanga, tingkat partisipasinya 60-75 persen. Dibeberapa tempat lainnya, menurut pengakuan beberapa masyarakat, mereka tidak mendapatkan undangan pencoblosan sebagaimana dijanjikan, hal ini mempengaruhi partisipasi masyarakat untuk melakukan pemilihan.
“Selain itu, beberapa masyarakat cenderung apatis untuk aktif berpartisipasi, selain ada kekhawatiran mereka juga kelihat seperti kebingungan dengan keadaan ini,” ujar Juanda Djamal, Penanggung Jawab JMSP di Banda Aceh, Senin (9/4/12).
Sementara itu, kasus lainnya yang dilaporkan oleh masyarakat Sikabu dan Lhok Gayo di Aceh Barat Daya (Abdya) ditemukan kertas suara yang sudah di coblos terlebih dahulu. Keadaan ini menjadi indikasi atas ketidakjujuran para kontestan atau pendukungnya dalam menciptakan pemilukada yang jurdil dan demokratis.
Disisi lain, tindak kekerasan masih terjadi satu hari menjelang pencoblosan, pemukulan tim sukse Irwandi di Bireun, penyanderaan tim sukses Ilyas Hamid di Aceh Utara dan beberapa aksi intimidatif lainnya merupakan aksi yang dapat mempengaruhi jalannya proses pencoblosan 9 April 2012.
Gambaran ini membut JMSP meminta kepada pihak kepolisian supaya dapat menindaklanjuti kasus-kasus kekerasan menjelang masa pencoblosan dan kasus-kasus kekerasan sebelumnya, semoga kasus-kasus ini dapat menjadi momentum terhadap penegakan hukum di Aceh.
Panwaslu sebagai lembaga yang berwenang mengawasi proses penyelenggaraan pemilukada supaya dapat membantu pihak kepolisian dalam menindaklanjuti berbagai kasus pelanggaran yang terjadi.
Sedangkan, KIP sebagai pihak penyelenggara Pilkada diminta supaya dapat mengumpulkan informasi atas kelemahan dan kekurangan yang terjadi pada pemilukada menjadi pembelajaran bagi penyelenggaraan pemilukada yang akan datang secara lebih sempurna lagi.
Bagi masyarakat dan Pemerintah Aceh, JMSP memita untuk dapat menciptakan keadaan yang penuh kesejukan pascapilkada, perbedaan yang terbangun selama ini menjadi kekuatan untuk membangun masa depan Aceh yang maju dan sejahtera.
“Kita berharap Pilkada 2017 kita dapat bergerak pada Pilkada yang substantif dan tidak lagi terjebak dengan perdebatan teknis dan prosedural yang melelahkan,” ujar Juanda.(SP/zh hulwah)