Takengen | Lintas Gayo – Rektor Universitas Gajah Putih Takengon, Ir.Syukur Kobath menilai bahwa Pemkab Aceh Tengah belum serius menangani kopi rakyat Gayo. Bahkan, rektor sangat menyayangkan hingga saat ini belum ada pusat penelitian kopi Gayo, kebun induk atau bahkan plasma nutfah kopi.
“Padahal kopi adalah primadona yang sudah diusahakan oleh petani kopi sejak zaman Belanda”, ujar Rektor. Ketidakseriusan Pemkab Aceh Tengah dirincikan Rektor bukan saja pada hal-hal prinsip yang disebutkan tadi.
Selain itu, Universitas Gajah Putih yang meminta kepada Pemkab lahan tidak produktif yang akan dijadikan lokasi penelitian dan pembibitan juga tidak direspon. ‘Dari dua hektar lahan yang diminta untuk pembibitan di Belang Bebangka, hanya satu hektar diberikan”, ujar Syukur.
Bahkan sejak enam bulan lalu, UGP melayangkan surat kepada Pemkab Aceh Tengah meminta agar lahan perkebunan daerah di Burni Bius Kecamatan Silih Nara yang berjumlah puluhan hektar dijadikan lokasi penelitian kopi serta kepentingan ilmiah lainnya, hingga kini belum direspon.
Pemkab Aceh Tengah selama ini, tambah Rektor, mendapatkan sumber PAD terbesar dari retribusi kopi petani, tapi sangat disayangkan,ujarnya, uang retribusi petani kopi belum ada dialokasikan untuk kepentingan penelitian kopi yang berdampak pada kepentingan petani kopi dimasa depan.
“Banyak yang menilai UGP tidak berbuat banyak untuk melakukan penelitian kopi.Bagaimana kita melakukan penelitian jika tidak didukung sumber dana dan fasilitas. Sudah diajukan, tapi hingga kini belum ada respon bahkan tidak dipeduli”, tegas Syukur Kobath.
Pun begitu, dikatakan Rektor, saat ini malah sebuah lembaga di Taiwan telah memberikan bantuan penelitian khusus kopi bagi lima mahasiswa Gajah Putih.”Meski tidak besar, ada bentuk kepedulian justru dari luar negeri. Kedepan hubungan baik ini akan terus kita tingkatkan”, papar Syukur.
Adanya perlindungan kopi Gayo, khususnya arabika Gayo dengan Indikasi Geografis, menurut Prof.DR.Abu Bakar Karim yang dikatakan ulang Rektor UGP, tiga kabupaten yang masuk kawasan Indikasi Geografis , Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues berpotensi dikembangkan 80 hektar kopi lagi.
“Saat ini sudah ada 86 ribu hektar kopi arabika. Masih potensial dikembangkan 80 ribu hektar lagi”, kata Syukur menirukan ucapan Prof.Abu Bakar Karim kepadanya. Kedepan, rektor UGP menilai prospek kopi Gayo akan sangat baik dan harus diikuti dengan peningkatan produksi, mutu serta dikembangkannya kopi olahan. (Ashaf)