Agus PMTOH: Seluruh Kepala Negara di Dunia Tau Tari Saman

KEHADIRAN tukang cerita Agus Nur Amal, atau dikenal Agus PMTOH ke Aceh, bukan ingin menebar cerita “Pahlawan”.  Agus pulang kampung untuk mencari data seni-seni yang ada di Aceh. Katanya, banyak seni Aceh yang belum dia kenal, padahal tarian seperti Saman Gayo sudah mendunia. “Aku malu kalau ditanya orang soal Saman Gayo, referensiku cuma dari internet aja,” kata Agus saat bertemu mahasiswa Gayo Lues di Lampineung, Banda Aceh, selasa 29 Mei 2012 kemarin.

Agus bertemu mahasiswa Gayo Lues selain ingin bertanya detail soal Saman Gayo, sekaligus menyampaikan kabar kalau dirinya  ditunjuk menjadi salah seorang panitia mewakili Aceh untuk event International bernama Saman Art Summit, kegiatan yang digelar Desember 2012 mendatang di Jakarta.

Harapan sarjana teater Institut Kesenian Jakarta (IKJ) ini tidak tanggung-tanggung, dia berharap kegiatan Saman Art Summit dapat pula di gelar di Gayo Lues, daerah asal Saman Gayo itu sendiri. “Ini penting untuk simbol Saman Gayo yang kuat,” jelas pria yang biasa disapa Agus “Khee” (Kau) ini.

Bukan cuma Saman, pertemuan Agus dengan mahasiswa Gayo Lues itu terbilang penting. Kata Agus, perjalanan kesenian Aceh di Jakarta tidak terlepas dari peran Saman Gayo, begitu pula Aceh yang dikenal dunia sekarang, juga gara-gara Tari Saman. “Tidak ada kepala negara di dunia ini yang tidak mengenal Tari Saman, bahkan sebagian besar dari mereka telah menyaksikan tari saman itu,” jelas Agus.

Gara-gara itu pula pelakon seni monolog ini dalam waktu dekat akan ke Gayo untuk mendalami kesenian disana, bermula dari Bener Meriah, Aceh Tengah, dan berakhir di Gayo Lues. Menurut Agus, kesenian Gayo pun harus di pahami dengan ketat, karena Gayo yang mendiami Bener Meriah dan Takengon pun berbeda dengan Gayo Lues yang berdiri sendiri. dan tentu saja, dengan kesenian tersendiri pula.

“Inipun harus diberi pemahaman kepada khalayak, karena itu kekayaan seni yang kita miliki, Makanya Saman Art Summit perlu dimainkan juga di Gayo Lues, bukan hanya di Jakarta” jelas Agus lagi.

Wajarlah Agus Nur Amal yang lahir di Sabang, 17 Agustus 1969 ini akan mendalami Gayo. Sejak dia berguru seni Dalupa dari seniman hebat Tgk. Adnan PMTOH, seorang seniman dan penjual obat terkenal di Aceh dengan kisah-kisah lisannya, selalu mengisahkan hikayat-hikayat lama. Salah satunya Hikayat Malem Diwa yang berasal dari legenda Tanah Gayo, Hikayat Raja Beudiu, dan Hikayat Elia Tujuh. Tapi tentu saja, Agus punya gaya sendiri yang lebih moderen. Gaya dan ceritanya berakar dari cerita Hikayat Dalupa yang biasa dimainkan Tgk Adnan PMTOH.

Gara-gara gaya Dalupa moderen pula lantas Agus berhasil memikat penonton dari berbagai latar belakang, karena selain hikayat berbahasa Indonesia, kisah-kisah yang dimainkan pun yang dekat dengan kondisi sosial saat ini, semisal masa konflik, Agus berkisah soal masa itu. Uniknya, Judul PMTOH yang dimainkan pun tetap kental tradisi, semisal “Hikayat Emak mencari Telor”, sebuah kisah untuk anak-anak, atau Hikayat “Jendral Puyeng Bintang Toejoeh”, dan Hikayat “Hamzah Fansuri Anak Dunia”.

Seperti biasa, kalau sang guru Tgk Adnan PMTOH biasa menggunakan perlengkapan dari alat mainan untuk menggambarkan ceritanya, Agus pun menggunakan itu, hanya dari alat apa saja, semisal Gayung yang dapat berubah menjadi  helikopter, atau kardus yang dapat  menggambarkan rumah dan jendela. Tentu diikuti suara yang meniru laki-laki, perempuan,anak-anak, bahkan binatang.

Begitulah Agus Nur Amal, keberadaannya di Aceh selain karena belum mulai mengerjakan kontrak-kontrak untuk pertunjukannya barunya, dia berkeinginan mengumpulkan informsi yang lurus tentang kesenian Aceh, dan bukan agus namanya, kalau nantinya hasilnya akan membentuk inspirasi baru bagi cerita-cerita moderennya kelak. (Sumber : The Atjeh Post)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.