“Misteri Cinta” Ivan Wy

 

Catatan Jauhari Samalanga*

“Misteri Cinta” Ivan Wy  

Teringet  aku,masa si nge lalu
Mulintes kao , mas so sire kutelege
Matamu reduk, Kuleweni kaul
Iring beriring
Mas so wan ni lao senye

Ulen rom bintang e mas o o o
Mujadi saksi
Emon bertari e mas o oo
Iyup iyup kuyu

Kunul gere rane,..
Nome gere emis
Kune die kase ma so akher  perjelenen ni
Besilo e mas lepas seserenge
Rum rasa si uwes  mas o repok ni ateni

Emas piraku uuuu
Pelale ni ate
Osop nge le apus emaso oo
Ko ari mataku..

Lagu “Teringet” Ivan Wy membikin saya selalu cengeng. Entah kenapa, Ivan juga kerap memainkan hati saya dengan lagu itu, bak sedang menggoda, kendati  di panggung dia mengirimkan tembang itu, katanya, lagu itu kenangan yang tak layak, tapi untuk saya lagu itu cukup layak menggambarkan seorang sahabat yang kerap  mendiamkan deritanya, serta “pura-pura” melupakan masa  lalu yangsebenarnya dari hari ke hari menggerogoti hati. Dan itulah Ivan Wy, merahasiakan “hati” demi cinta, dan dia menuangkannya di lagu-lagu indahnya.

Lagu itu masa lalu kami tempo dulu, dan kemarin Jum’at 15 Juni  2012 lagu itu pasti tetap menjadi kepeluan saya, karena kini saya tanpa Ivan. Serasa tak percaya tatkala Temanku Uan Daudy mengabarkan berita duka berpulngnya ke Rahmatullah sahabatku Ivan Wy—penyanyi  yang kukagumi punya suara khas serak –serak basah.  Uan menyampaikan berita dirinya sedang berada di rumah sakit Datu Beru Takengon. Suaranya terpatah-patah dan hanya menyebut “Berita Duka” lantas ponsel  Uan terputus.

Saya yang sedang diperjalanan dari Ujong Batee ke kota Banda Aceh curiga, ini pasti tentang orang dekatku, tapi aku tidak berani memutuskan apa-apa,karena aku berharap “bukan” dia.  Saat aku menghubungi Uan kembali, belum juga Uan menyebutkan Ivan, suara Uan patah-patah. “Berita Duka, Joe” kata Uan lagi. “Siapa, An? Maksudmu Ivan?”  tanyaku dengan gejolak dada luar biasa. “Iya Ivan telah meninggalkan kita semua, jenazahnya lagi diangkut ke ambulan,” jelas Uan lepas.

“Innalillahi Wa’Innalillahiroji’un……..”

Sungguh aku “terdiam” . Ivan Wy?  Orang muda yang baru saja menampakan dirinya “sehat”? bahkan dua hari sebelum dia masuk rumah sakit–sekitar  sepuluh hari lalu, Ivan mengabarkanku soal kesehatannya, dan dia juga “melaporkan” perkembangan musiknya. Kata Ivan, mahasiswa Gayo di Banda Aceh memintanya main. Mahasiswa itu mengaku ikut menonton panggung Rindu Akustika Ivan Wy  di Takengon, Sabtu, 12 Mei lalu, dan berniat mengajak Ivan ke Banda Aceh untuk menghibur warga Gayo di Ibukota Aceh itu.

Dua hari setelah telpon “keramat” sahabatku itu, melalu BlackBerry aku mendapat kabar Ivan Wy kembali di rawat di Rumah Sakit Umum Datu Beru Takengon.  Tapi soal penyakitnya aku tidak tahu, hanya saja pada pertemuan kami di Bulan April 2012, saat acara “Nostalgia Cinta Ujang Lakiki” di Central Kupi, Ivan mengeluh soal sakit di perutnya, tapi dia tidak katakan soal penyakitnya. Setelah dia sempat dirawat di salah satu klinik di Bener  Meriah, dan dibantupengobatan alternative, Ivan mengaku sudah pulih.

Tampil sebagai bintang tamu pada acara “Nostalgia Cinta Ujang Lakiki” malam itu, Ivan Wy menyanyikan lagu Teringet, Kalang Memang, dan Tajok. Luar biasa, lagu mendayunya menghanyutkan memang. Dan itu kali kedua aku melihat Ivan bernyanyi lagu “asli” miliknya. Tahun 2011 silam—Ivan juga bernyanyi “sambilan”  di Central Kupi, ada  penyair Fikar W  Eda juga kala itu.

Baru pada 12 Mei 2012 lalu, Ivan tampil total sebagai artis Gayo di penampilan tunggal  “Panggung Rindu Akustika Ivan Wy” yang digelar Joe Project, media Online The Atjeh Post, Web Lintas Gayo dan Café Wahana Apresiasi (Wapres) Takengon. Menurut saya, Ivan tampil hebat malam itu. 11 lagu yang dia nyanyikan seluruhnya disertai penjelasan langsung dari Ivan. Luar biasa dan sangat jarang terjadi dikalangan penyanyi Gayo.

Misteri Cinta

Ivan Wy sebenarnya hanya seorang penyanyi  pop. Seluruh teman-teman mengenalnya sebatas itu. Namun, kemudian Ivan berubah dan dekat dengan lagu-lagu etnis Gayo. Dalam catatan saya, dia termasuk salah satu anak muda yang pernah bergabung di Sanggar Renjani, sebuah sanggar tari dan vocal group dari Kampung Bale. Disitulah Ivan mulai kuat menyanyikanlagu Gayo yang “pop” tadi, dan baru belajar etnik Gayo tatkala bergabung dengan SABA Group, dan terus berupaya mematangkan vocalnya di Gayo.

Saya cukup tercengang—suatu ketika—dikediaman saya di kawasan  Meruya, Ciledug,  di suatu malam Ivan bernyanyi  lagu-lagu nostalgia Indonesia, dan yang mengejutkan Ivan ikut menyanyikan lagu “MisteriCinta”, lagu milik penyanyi dan tokoh Jazz Indonesia Chris Kayhatu. Lagu itu kesukaan saya—dan saya yakin di Takengon sangat terbatas orang yang menyukai jenis lagu seperti itu, tapi—rupanya Ivan menyanyikannya.

Sejak itulah saya kerap memintanya menyanyikan lagu  Misteri Cinta, dan dengan  mudah Ivan melantunkannya.

Padahal, sebenarnya Ivan bukanlah orang yang sembarangan mau bernyanyi. Hanya pada even-even tertentu saja. Di Jakarta, bersama saya dia ikut mempopulerkan lagu Etnik Gayo, karena teman-teman seniman di Jakarta menyukai karakter Ivan bernyanyi, sehingga Ivan sejak itu kerap ikut mengisi acara-acara tertentu, dan Ivan menjadi penyanyi Gayo yang getol menyuarakan Gayo ke publik.

Catatan penting saya, Lagu Misteri Cinta bukan lagu biasa. Itu menampakan watak Ivan yang juga “misteri”, baik dalam peralihan musik pop yang diusungnya menjadi etnik, kehidupannya juga terbilang misteri. Sebagai informasi kecil, sebagian besar lagu yang dia buat terinspirasi dari seorang “kekasih” yang meninggalkannya hanya gara-gara keluarga perempuan itu menolak “Ivan”.

Ivan tidak membicarakannya, dia tetap riang, tetapi sebenarnya dia tidak kuasa ditinggal kekasih yang dia cintai itu, hingga melalui album SABA 2 Ivan bersenandung lagu “Tajuk”,sebuah lagu yang diperuntukan untuk  sang kekasih. Dan terus mengalir beberapa lagu lainnya, seperti lagu “Teringet” tadi.

Dalam pergaulannya,  Ivan  Wy juga tidak bisa ditebak. Dia selalu berganti tempat bergabung bersama teman-teman, dan sangat  sulit kalau mencarinya. Barangkali, hanya Bambu Apus  saja yang menyimpan berlimpah kenangan, selain bersama teman-teman Gayo,  di kampong itu juga kekasihnya yang juga berasal dari Gayo.

Satu hal unik yang dimiliki Ivan,rupanya Ivan adalah salah satu yang memiliki kemampuan mengecat rumah, termasuk rumah saya di Ciledug, dia yang cat. Ivan pernah bekerja menjadi tukang cat, dan beberapa Dept. Store  Ramayana di Jakarta dan Tangerang, juga di cat Ivan—tetapi itu sudah cukup lama, ditahun 2000-an.

Soal keluarga pun para sahabat selalu dengan tanda Tanya. Ivan menyebutkan, kalau dia sudah punya istri di Solo, Jawa Tengah.  Dan Ivan sempat menghilang cukup lama, dan akhirnya kembali ke Jakarta. Dia rupanya sedang menanam padi di Solo, kemudian katanya, sang Istri melanjutkan tugas sebagai TKI ke China selama dua tahun, itu sebabnya Ivan ke Jakarta lagi.

Baru pada tahun 2010 Istri kembali ke Indonesia, dan Ivan kembali ke Solo. Dan tidak lama dari itu dia mengabarkan saya kalau dia dan Istrinya jatuh sepeda motor, tangan dan kaki Ivan terluka, begitupun istrinya yang hingga sekarang saya  tidak mengenalnya.

Awal tahun 2011 Ivan lagi-lagi menghubungi saya untuk mengabarkan istrinya sedang hamil, dan dalam waktu dekat akan melahirkan. Setelah itu baru bertemu di Jakarta.  Betul saja, tidak lama  setelah istrinya  melahirkan dia ke Jakarta, tetapi tidak bertemu saya, karena saya sudah pindah ke Banda Aceh. Katanya lagi, dia akan segera ke takengon dan akan mengusahakan datang ke Banda Aceh. Ke Takengon dia mengaku  ada permintaan pembuatan musik untuk album Gayo.

Ivan menghilang lagi. Saya tidak tahu kemana dia. Rupanya di penghujung 2011 Ivan sedang mempersiapkan album Solo Kedua di Medan, dan saya sempat mendengarkan lagu “Ike” . Di studio dalam gang itu Ivan menjelaskan kalau  albumnya kali ini ada yang bercerita soal hutan, Nahma I Gayo.  Tapi saying,  album yang belum sempat beredar itu, sudah di publis secara gelap, sehingga Ivan cukup marah melihat lagunya berada dimana-mana. “Lagun te I bajak jema Pak Joe,” kata Ivan kepada saya di Takengon.

Memasuki 2012, bersama seorang teman di Bener Meriah, Sella, Ivan merampungkan album baru milik Sella. Setelah itu, hanya beberapa lama setelah album itu kelar, Ivan sakit dan dirawat di Bener  Meriah untuk beberapa lama. Dan kami beru bertemu kembali di kediaman  Aman Ega di Paya Tumpi, Takengon.  Saya datang kesitu karena saya tahu ada Ivan di rumah kayu yang menghadap ke Danau laut Tawar itu.

Di Rumah itu, ada Aman Ega yang sedang memantau kebun Jagung miliknya. Setelah beberapa menit baru pintu rumah kayu itu dibuka. Kulihat Ivan yang membuka pintu, tapi begitu melihatku dia menutupnya kembali.  Setelah itu dia buka lagi sambil tertawa. Lalu kami memilih ruang dapur untuk kami mengobrol.

Niatku kesana sebenarnya  mau meminta Ivan untuk membantuku menjadi bintang tamu pada acara Nostalgia Cinta Ujang.  Dia bernyanyi lagu Cintanya. Niat itu tidak berani kusampaikan, karena aku takut tidak ada biaya. Tapi Ivan tahu niatku itu,lalu dia mulai membuka cerita soal panggung Ujang Lakiki. Kataku,aku sangat ingin Ivan bernyanyi malam itu, dan tanpa kusangka dia menyambutnya gembira, dan bernaynyilah Ivan walau hanya dengan iringan sebuah gitar saja.

Selepas acara itu,kami tidak bertemu dalam beberapa minggu, dan aku sudah meniatkan akan menggelar konser kecil-kecilan untuk Ivan, disamping itu juga permintaan dari ‘sesorang’ agar Ivan Wy di apresiasi, lantaran lagu-lagunya yang menyangkutcinta.  Lantas aku mencoba menghubungi  Ivan, dan dengan senang Ivan menyambutnya. Terjadilah Konser Akustik Ivan Wy secara kecil-kecilan.

Tentang Panggungnya itu Ivan tidak banyak mengatur. Dia percaya sepenuhnya kepadaku. Hanya dia katakana, dia harus latihan beberapa kali supaya bisa tampil optimal.Tentu saja, untuk latihan memang harus dilakukan, dan Ivan sangat rajin soal “latihan” itu.

Sehari menjelang pertunjukan, aku mengajaknya tidur di rumahku di Blang Kolak I. Kataku padanya,  kau harus tampil optimal. Lagu-lagu yang akan dinyanyikan harus diurut dan disusun yang sesuai, supaya penampilan bisa maksimal. Dan kami larut menyusun lagu perlagu, termasuk sebuah lagu Ebiet GAde berjudul “Ayah” disipakan Ivan. Maksud lagu itu, kata Ivan, untuk memanggil bang Firdaus Chalid naik ke panggung harus dengan tu, karena Ivan Tahu lagu “Ayah” merupakan inspirasi Firdaus memotret kehidupandi Gayo.

Sayang, Lagu “Ayah” batal dinyanyikan Ivan lantaran MC mis komukasi dengan maksud Ivan. Tetapi itu tidak masalah, Ivan mengapresiasi Firdaus naik ke pentas.


Keinginan Ivan

Selepas menggelar Panggung Rindu Akustika Ivan Wy, saya dan Ivan sudah berniat mengkonsep sebuah panggung yang bagus untuk almarhum Munai, Abang kandung Ivan. Panggung itu untuk mengenang Munai sebabi musisi di Tanah Gayo yang banyak menginspirasi lahirnya band-band di tanah Gayo. Ivan bilang, dia tahu lagu-lagu kesukaan abangnya. Niat itu akan dibicarakan setelah dia merampungkan album pesanan Sella yang kedua. Diperkirakan baru kelar bulan Juni 2012 ini.

Namun niat itu tinggal kenangan saja, Ivanpun medahului kita semua. Namun, Ivan harus tetap dikenang sebagai seniman Gayo yang terobsesi mempopulerkan lagu-lagu gayo hingga ke tingkat dunia.  Dan saya secara pribadi, belakangan potensi itu ada pada Ivan. Seperti halnya penyanyi Aceh Rafly yang terkenal unik, saya melihat Ivan punya potensi itu, karena diamampu bersenandung gayo dengan gaya vocal yang berubah-ubah.

Dan melalui tulisan yang tidak beraturan ini, saya pribadi juga berkeyakinan apa yang telah diperbuat almarhum pasti menjadi inspirasi cerdas untuk genarasi Gayo mendatang, karena Ivan memang bernyanyi dengan “Hati”,bukan industri. Begitulah untuk sahabatku Ivan,semoga  catatan ini berguna untuk mengenal lebih dekat penyanyi Ivan Wy, setidaknya dari versi saya, seorangsahabat almarhum yang tetap mengagungkan karya-karyanya.

*Jauhari Samalanga adalah Sahabat Alm Ivan Way

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.