Dewi Sumita, Sosok Aka Takengon, Anak Petani yang Mandiri

CITA-CITA, menggapainya tentu tak segampang membalikkan telapak tangan, butuh proses, usaha maksimal dan jiwa yang besar dalam menapakinya. Tak jarang, ranting demi ranting yang disemat menjadi jembatan, terkadang terpatahkan saat dijalani. Materialnya tak cukup, tak memadai dalam proses itu. Kesuksesan merupakan hasil dari suatu kerja keras yang harus dilakukan secara tekun. Kata itulah yang selalu dipegang teguh oleh orang-orang yang ingin menggapai kesuksesan dalam dirinya.

Tak terkecuali sosok wanita muda di Takengon, Dewi Sumita, dara kelahiran Simpang Teritit Bener Meriah, 22 tahun lalu tepatnya, 2 Januari 1990, semula ingin menjadi seorang perwira polisi, namun banyak keterbatasan yang menghalangi niatnya. Akademi Kepolisian hanya tinggal impian.

Anak ke-3 dari 4 bersaudara yang terlahir dari buah kasih pasangan Subandi dan Sukmawarni ini adalah sosok wanita mandiri. Meskipun cita-cita awalnya yang tak tercapai menjadi perwira polisi, Dewi Sumita tak berputus asa. Setelah menamatkan sekolah di SMA Unggul Bener Meriah, Dewi memilih melanjutkan studinya di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAI) Gajah Putih Takengon.

Mahasiswa tingkat akhir di jurusan Tarbiyah Bahasa Inggris ini memiliki berbagai prestasi yang berhasil diraihnya. Semasa duduk di bangku Sekolah Dasar, Dewi Sumita pernah meraih juara cerdas cermat. Puncak prestasinya dimulai sejak duduk di bangku SMA.

Dirinya mencatatkan berbagai prestasi baik ditingkat daerah maupun nasional. Mungkin tak banyak yang tahu, sosok muda yang sudah memiliki bakat menari ini, pernah menjadi juara menari se Kabupaten Bener Meriah.

Tak hanya berbakat dibidang seni, wanita yang juga aktif mengikuti organisasi kepramukaan disekolahnya mencatatkan beberapa prestasi di tingkat provinsi dan nasional.

Di tahun 2005, Dewi Sumita terpilih sebagai perwakilan daerah dalam kegiatan Gladian Pimpinan Regu (Dianpinru) Pramuka Sejati di Banda Aceh. Setahun berselang dirinya mengikuti Jambore Nasional tahun 2012 di Jatinangor-Sumedang, Jawa Barat.

Ditahun 2009, Dewi terpilih kembali sebagai perwakilan daerah Bener Meriah dalam kegiatan perkemahan putri nasional di Bau-Bau Sulawesi Tenggara. Dan ditahun yang sama dirinya juga diikutkan mengikuti perkemahan nasional ke-8 di Banda Aceh.

Tak hanya di bidang kepramukaan, setelah memasuki bangku perkuliahan Dewi yang memiliki berbagai talenta ini, juga terpilih menjadi duta wisata Kabupaten Aceh Tengah berpasangan dengan Muchlis Muhdan Bintang di tahun 2011 lalu. Meski hanya meraih peringkat ke-4 di tingkat provinsi pasangannya Muchlis berhasil lolos menjadi duta wisata Aceh ke tingkat nasional.

Meski beberapa prestasi berhasil ditorehkannya, tak menjadikan dirinya menjadi orang yang tertutup, Dewi yang memiliki sikap yang peramah ini sehingga dirinya cepat bergaul dengan orang-orang disekitarnya.

Untuk melanjutkan kuliahnya, sejak berada di semester 4, Dewi memilih untuk bekerja dan membiayai kuliahnya sendiri. Alasan bekerja hanya untuk meringankan beban ayah dan ibunya yang sehari-hari bekerja sebagai supir sekaligus petani kopi di Merie Satu Bener Meriah.

“Saya bekerja mulai dari jaga warnet, sempat bekerja di kantor Komisi Independen Pemilihan (KIP) Bener Meriah, disamping membantu orangtua di kebun kopi”, kata Dewi kepada Lintas Gayo, Rabu, 1 Agustus 2012 di Takengon.

Meski cita-citanya menjadi polisi tak kesampaian hingga harus menimba ilmu menjadi guru bidang studi Bahasa Inggris, mantan Duta wisata Aceh Tengah atau Aka Takengon 2011 ini tak berkecil hati. Menurutnya menjadi seorang guru merupakan sebuah profesi yang sangat mulia yang akan dilakoninya setelah menamatkan pendidikan tingginya tersebut.

“Mungkin ini profesi yang ada dalam rahasia Illahi buat saya, biar saya bisa mendidik, berbagi ilmu, dan bermanfaat bagi orang banyak, karena profesi ini sangatlah mulia untuk mengajarkan ilmu yang bermanfaat bagi orang banyak”, kata Dewi disela-sela kesibukannya memberi pembekalan kepada juniornya sepasang Duta Wisata Aceh Tengah 2012, Rahmat Akbar dan Rizki Hawailaina yang akan berkompetisi di tingkat Provinsi Aceh September mendatang.

Berdayakan Abang Aka Takengon

Terhadap dunia kepariwisataan di Aceh Tengah, Dewi Sumita berharap mampu menjadi salah satu lokomotif perkembanganĀ  ekonomi masyarakat Aceh Tengah.

ā€œAceh Tengah dikenal dengan ikon kopi, seni budaya dan keindahan panoramanya. Jadi sangat menjanjikan untuk dikenal dunia dan bangkitnya ekonomi masyarakat dari sektor ini. Tinggal saja bagaimana kita saling bergandeng tangan memajukannya,ā€ kata Dewi Sumita.

Dia juga berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah memberdayakan para alumni Abang Aka Takengon yang jumlahnya mencapai puluhan orang. Menurutnya Abang Aka Takengon adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang bisa diandalkan dalam beberapa hal karena proses seleksinya sangat selektif baik psikis, wawasan dan sejumlah talenta lainnya.

“Sayang sekali jika SDM yang tidak berdayakan,” ujarĀ  Dewi Sumita. Dan bentuk pemberdayaannya, menurutnya diantaranya dengan memberi peran dalam sejumlah kegiatan yang diselengarakan Pemkab baik secara kelembagaan alumni Abang Aka Takengon maupun individu. (Darmawan Masri/red.03)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.