A.S. Coubat: Bahasa Gayo Kian Ditinggalkan

 

 

Takengon | Lintas Gayo – Salah satu budayawan Gayo, A.S. Coubat menyatakan kegembiraannya terkait terbitnya tiga buku Gayo di Jakarta, yaitu A.R.Moese: Perjalanan Sang Maestro (biografi) dan Tutur Gayo karya Yusradi Usman al-Gayoni serta Tari Saman karya Ridhwan Abd. Salam.

“Dua hari yang lalu, saya baca Harian Serambi Indonesia. Kemudian, saya langsung menghubungi penulisnya dan menanyakan tempat penjualan buku-buku tersebut di Takengon,” katanya di Kebet, Takengon, Rabu (9/8/2012).

Saat ini, sebut sahabat A.R.Moese dan Saifoeddin Kadir itu, bahasa Gayo makin ditinggalkan. Orang Gayo, katanya mencotohkan, tidak lagi menyebut penan untuk kue, tapi sudah menggantikannya dengan kata enak.

“Saya sempat mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah agar bahasa Gayo dijadikan muatan lokal. Dengan demikian, bisa dipelajari di sekolah-sekolah. Sayangnya, masih belum terlaksana,” katanya sedih.

Pernah suatu waktu, kenangnya, ada seorang guru mengajar bahasa Gayo yang salah pada muridnya. “Tahu salah, langsung saya tegur, “Urang si ko, Win. Hana keti salah-salah i ejer bahasa Gayo ku kekanak ka (Orang mana kamu, Win. Kenapa [bisa]salah-salahmengajar bahasa Gayo sama muridmu)?”.

Tutur Gayo (istilah kekerabatan) sangat penting diketahui anak-anak dan dipelajari di sekolah-sekolah. “Mudah-mudahan, buku Tutur Gayo bisa mengenalkan kembali tutur Gayo,” harapnya (*)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.